Cina diancam bakal menghadapi sanksi berat jika nekat mendukung Rusia. Beijing bersikukuh bersikap netral. Namun, AS mencurigai Cina bersiap memetik keuntungan dari kegentingan ekonomi di Rusia.
Iklan
Terisolasi di tengah derasnya arus kapital ke luar negeri dan nilai mata uang yang terjun bebas, Rusia, di pekan ketiga invasi Ukraina, mulai berharap pada bantuan dari sekutu terbesarnya di barat daya: Cina. Baru-baru ini Moskow dikabarkan meminta bantuan Beijing untuk selamat dari gelombang sanksi yang mengucilkan Rusia dari sistem keuangan global.
Untuk itu, Presiden Vladimir Putin menawarkan diskon besar-besaran terhadap harga minyak untuk jirannya itu, termasuk juga bagi India. Tawaran tersebut diyakini merupakan upaya Moskow menjaring konsumen baru seiring matangnya rencana Eropa menjauhi energi Rusia.
Potret Kehancuran Kota Kiev
Serangan Rusia ke Ukraina telah menyebabkan kehancuran yang meluas di dalam dan sekitar ibukota Kiev.
Foto: Emilio Morenatti/AP/picture alliance
Apartemen Porak-poranda
Seorang perempuan tua berada dalam bangunan yang rusak parah akibat hantaman rudal Rusia di ibukota Kiev pada hari Jumat 25 Februari 2022.
Foto: Wolfgang Schwan/AA/picture alliance
Kawasan Bisnis dalam Reruntuhan
Banyak bangunan di distrik bisnis di ibu kota Kiev ini hancur rata dengan tanah, setelah digempur serangan Rusia pada Sabtu pagi, 26 Februari 2022.
Foto: Aytac Unal/AA/picture alliance
Seperti Luka
Menurut sumber dari pihak Ukraina, sebuah roket Rusia telah merusak sebuah gedung apartemen di barat daya kota Kiev, sekitar pukul 8 pagi pada 26 Februari. Beberapa orang terluka. Namun, banyak penghuni gedung ini yang sebelumnya sudah mengungsi di tempat penampungan di sekolah terdekat.
Foto: Efrem Lukatsky/AP/dpa/picture alliance
Kepulan Asap di Atas Cakrawala Kiev
Setelah banyak wilayah seputar kota Kiev diserang pada hari Minggu, 27 Februari, awan hitam menggantung di atas kota metropolizan berpenduduk 3 juta jiwa itu.
Foto: Irakli Gedenidze/REUTERS
Tinggal Kerangka
Seorang tentara Ukraina memeriksa truk yang terbakar di Kiev. Tidak diketahui, apakah truk ini milik militer Ukraina atau Rusia. Yang pasti adalah: tidak hanya target militer yang saat ini dihancurkan di Ukraina.
Foto: Efrem Lukatsky/AP/dpa/picture alliance
Depot Minyak Terbakar
Pada pagi hari tanggal 27 Februari, sebuah depot minyak di Vasulkiv di pinggiran kota Kiev terbakar. Menurut laporan Ukraina, tempat penyimpanan minyak ini dihantam oleh rudal Rusia. Informasi yang diberikan oleh kedua pihak yang bertikai tidak dapat diverifikasi secara independen saat ini.
Foto: Maksim Levin/REUTERS
Ketakutan akan Granat
Dua tentara Ukraina tengah mencari granat yang tidak meledak setelah baku tembak dengan Rusia pada pagi hari tanggal 26 Februari. Militer Ukraina sebelumnya berhasil menangkis serangan Rusia di ibu kota, kata pihak Ukraina.
Foto: Sergei Supinsky/AFP
Jatuh dari langit
Puing-puing pesawat militer terlihat di Kiev pada 25 Februari. Tidak jelas milik siapa dan jenis apa pesawat yang naas itu. (yf/hp)
"Cina mendahulukan kepentingan sendiri, titik,” kata Alexander Gabuev, peneliti senior di Carnegie Center, Moskow. "Rusia yang lemah adalah Rusia, di mana Anda bisa lebih mudah menanam pengaruh, karena Anda memiliki daya tawar yang lebih kuat,” imbuhnya.
Iklan
Poros Moskow-Beijing
Melemahnya posisi Rusia diyakini ikut mencuatkan Cina sebagai aktor kunci. Beijing diyakini bersedia membantu memulihkan perekonomian Rusia dari dampak isolasi.
Senin (14/03), seorang pejabat Kemenlu AS mengatakan pihaknya "punya kekhawatiran besar terkait pendekatan Cina dengan Rusia,” setelah pertemuan antara pejabat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, dan Yang Jiechi yang menukangi urusan luar negeri di Partai Komunis Cina, di Roma, Italia.
Protes Menentang Invasi ke Ukraina Menggema di Kota-kota di Rusia
Meski berisiko ditangkap, orang-orang di beberapa kota di Rusia turun ke jalan untuk memprotes operasi militer Rusia ke Ukraina.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Menentang invasi Rusia ke Ukraina
Di Saint Petersburg, ratusan orang berkumpul Kamis (24/02) malam untuk memprotes invasi ke Ukraina. Kerumunan itu berteriak-teriak agar dihentikannya serangan. Banyak orang Rusia memiliki hubungan dekat dengan Ukraina, termasuk mereka yang memiliki anggota keluarga di seberang perbatasan.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Polisi merespons cepat
Meskipun ada larangan protes dan ancaman hukuman keras, menurut para aktivis di 44 kota diselenggarakan demonstrasi. Dalam banyak kasus, seperti di sini di Moskow, polisi datang dan melakukan penangkapan.
Foto: EVGENIA NOVOZHENINA/REUTERS
Protes dan penangkapan
Aktivis mengatakan lebih dari 1.700 orang ditahan selama berlangsungnya aksi protes. Gambar ini menunjukkan pemandangan di Moskow, di mana orang-orang berkumpul di Lapangan Pushkin di pusat kota.
Foto: DENIS KAMINEV/REUTERS
Solidaritas dengan Ukraina
"Tarik mundur pasukan!" Itulah yang tertulis di plakat yang dipegang oleh perempuan muda di Saint Petersburg ini.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Polisi menahan pengunjuk rasa
Pihak berwenang telah menggunakan isu pandemi COVID-19 sebagai pembenaran untuk melarang demonstrasi. Tapi saksi mata telah memfilmkan dan mendokumentasikan tindakan kekerasan polisi.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Menolak dalam tahanan
Salah satu pengunjuk rasa menunjukkan tanda perdamaian yang digambar di punggung tangannya — sementara dia ditahan di truk polisi. (ap/yp)
Foto: Anton Vaganov/REUTERS
6 foto1 | 6
Sebab itu pula AS dan Uni Eropa giat mendesak Beijing untuk menggunakan "pengaruh besarnya” terhadap Rusia untuk mengakhiri perang. Namun, imbauan itu ditanggapi sebagai angin lalu.
"Kenapa Cina mau mempertimbangkan untuk tidak mendukung Rusia atau lebih parah, merusak aliansinya dengan Rusia?” tanya Alexander Korolev, Guru Besar Politik dan Hubungan Internasional di University of New South Wales di Sydney, Australia.
Namun begitu, bukan berarti Beijing akan mempertaruhkan kepentingan demi Rusia. Betapapun juga, hubungan kedua negara masih sering diwarnai rasa saling curiga. "Sikap Cina lebih cendrung anti-Amerika ketimbang pro-Rusia,” kata Alexander Gabuev dari Carnegie Center Moskow.
Sebab itu pula perkembangan invasi di Ukraina bisa menguji persahabatan kedua negara. "Semakin brutal konflik di Ukraina, semakin sulit situasinya buat Cina,” kata Ni Lexiong, Guru Besar di Shangai Institute of National Defence Strategy.