Latihan digelar menyusul kecaman keras dari Kementerian Pertahanan Cina atas kunjungan delegasi kongres Amerika Serikat (AS) ke Taiwan dengan pesawat militer beberapa waktu lalu.
Iklan
Militer Cina mengatakan pada hari Selasa (09/11) bahwa mereka telah melakukan patroli kesiapan tempur di Selat Taiwan. Latihan ini menyusul kecaman keras dari Kementerian Pertahanan Cina atas kunjungan delegasi kongres Amerika Serikat (AS) ke Taiwan dengan pesawat militer beberapa waktu lalu.
Dalam pernyatannya, seorang juru bicara militer Cina mengatakan bahwa patroli itu ditujukan sebagai tanggapan atas kata-kata dan tindakan yang "sangat salah" dari "negara-negara terkait" tentang masalah Taiwan dan gerakan pro-kemerdekaan di Taiwan.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa latihan di wilayah Taiwan adalah "langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional." Meski begitu, tidak diketahui pasti kapan, berapa banyak personel, dan lokasi latihan tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan enam pesawat militer Cina memasuki zona pertahanan udara barat daya pada Selasa (09/11), termasuk empat jet tempur J-16 dan dua pesawat pengintai.
Iklan
Hubungan AS-Taiwan
Ketika ditanya tentang kunjungan delegasi kongres AS, Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu (10/11) bahwa hubungn Taiwan-AS "sangat penting" dan bahwa dia menghormati kunjungan "teman."
Pemerintah akan membuat "pengaturan yang tepat" berdasarkan kebutuhan masing-masing, kata Su tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Institut Amerika di Taiwan yang menjadi perwakilan de facto AS di Taipei juga tidak segera menanggapi soal kunjungan tersebut.
Sementara Pentagon mengatakan bahwa bukanlah hal yang luar biasa bagi delegasi kongres untuk menaiki pesawat militer. Juru bicara Pentagon John Kirby tidak memberikan penjelasan tentang siapa saja yang ikut dalam penerbangan tersebut. Ia mengatakan bahwa ini adalah kunjungan kedua delegasi Kongres AS ke Taiwan tahun ini.
"Ini bukan hal yang aneh," ujar Kirby.
Pekerja Seni Hong Kong dan Cina yang Dipersekusi Beijing
Seniman Hong Kong yang mengekspresikan sikap pro-demokrasi, kreativitasnya dibungkam, sama seperti para musisi di Cina. Berikut daftar seniman yang jadi target persekusi Beijing.
Foto: Richard Shotwell/Invision/AP/picture alliance
Menamakan diri ‘pemadam kebakaran budaya’
Kacey Wong baru saja hengkang dari Hong Kong ke Taiwan, dengan alasan kurangnya ruang untuk ekspresi artistik. Terkenal dengan seni pertunjukan satire politiknya, musisi lulusan Cornell ini memilih isu seperti Pembantaian Tiananmen atau sensor di Cina. Dalam konser “The Patriot” tahun 2018, ia menyanyikan lagu kebangsaan Cina di dalam jeruji besi berwarna merah.
Foto: ANTHONY WALLACE/AFP
Lagu tentang pilihan
Pendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong, Anthony Wong (kiri) menyanyikan lagu “A Forbidden fruit per day” pada saat pemilu 2018. “Lagu ini menceritakan pilihan, entah masyarakat punya pilihan atau tidak,” ucapnya. Ia ditangkap aparat belum lama ini dan pejabat Komisi independen anti Korupsi Hong Kong mendakwanya karena “perilaku korup.” Wong terancam hukuman penjara cukup lama.
Foto: Alvin Chan/SOPA/Zuma/picture alliance
Tirani tidak bisa mengalahkan kreativitas
Penyanyi Kanton Pop, aktris, dan aktivis pro-demokrasi Denise Ho masuk daftar hitam karena bergabung dengan Gerakan Payung Hong Kong 2014. Saat TEDTalk tahun 2019 dia mengatakan, tirani tidak akan bisa mengalahkan kreativitas. “Apakah itu protes turun ke jalan yang menciptakan gejolak baru atau saat warga menemukan kembali jati dirinya, sistem butuh waktu untuk melawannya dengan mencari solusi.”
Foto: Asanka Ratnayake/Getty Images
Dianugerahi Nobel Perdamaian saat di penjara
Mendiang Liu Xiaobo dianugerahi Nobel Perdamaian tahun 2010 atas “perjuangan panjang dan tanpa kekerasan demi hak asasi manusia di Cina” saat ia menjalani masa tahanan keempatnya. Dia adalah penulis, kritikus sastra, aktivis hak asasi manusia, dan filsuf yang ditangkap berkali-kali, dicap sebagai pembangkang Cina, dan dikenal sebagai tahanan politik.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Xia
Seni sebagai alat bantu untuk kebebasan
Seniman kontemporer dan pembangkang politik Ai Weiwei dipenjara tahun 2011 karena dituduh mengemplang pajak. Dibebaskan setelah 81 hari, dan diorama ini menggambarkan kisah menyedihkan dari penahanannya. Ai menjelaskan makna karyanya: “Jika karya saya bermakna, itu adalah alat kebebasan. Jika saya melihat korban otoritarianisme, saya adalah tentara pembela kebebasan mereka.”
Foto: Federico Gambarini/dpa/picture alliance
Saat kebenaran jadi tabu
Pembuat film dan penulis Zhou Qing harus membayar mahal karena menulis hal tabu. Saat wawancara 2011 lalu, dia mengatakan “di Cina mengungkap kebenaran membuat orang menderita selamanya. Warga biasa yang tahu dan menyebarkannya akan kehilangan keluarga atau pekerjaan. Penulis yang mengungkap kebenaran diadili dengan ancaman penjara. Pejabat yang memilih kebenaran, kemungkinan kehilangan nyawanya.”
Foto: Ai Weiwei/Zhou Qing
Gunakan budaya pop lawan propaganda
Lahir dan besar di Shanghai, Badiucao beken sebagai kartunis politik, seniman, dan aktivis yang "pergi belajar" ke Australia tahun 2009 dan menetap di sana. Dia menggunakan nama penanya untuk melindungi identitasnya. Ia melontarkan pernyataan politiknya berupa penggabungan lelucon politik, satir, dan budaya pop dengan gambar khas propaganda partai komunis. Presiden Xi Jinping sering jadi objeknya.
Foto: Libor Sojka/Ctk/dpa/picture alliance
Dari pahlawan jadi musuh negara
Mulanya Chloe Zhao dielu-elukan media resmi Cina sebagai “kebanggan Cina” setelah menyabet predikat Sutradara Terbaik versi Golden Globe 2021. Namun, kemenangan Oscar ini tidak lagi dianggap, dan pujian di media sosial juga dihapus. Spekulasinya, saat wawancara dengan majalah Filmmaker tahun 2013, dia menghina Cina dengan mendeskrpsikan Cina sebagai “negara dengan kebohongan di mana-mana.” (mh/as)
Foto: Richard Shotwell/Invision/AP/picture alliance
8 foto1 | 8
Joe Biden-Xi Jinping akan bertemu?
Dilansir Reuters, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping akan mengadakan pertemuan virtual pada pekan depan. Namun, Juru bicara Gedung Putih dan Kedutaan Besar Cina di Washington menolak untuk mengkonfirmasi apakah pertemuan itu akan berlangsung pekan depan.
Pejabat AS percaya pendekatan langsung dengan Xi Jinping adalah cara terbaik untuk mencegah konflik antara dua ekonomi terbesar dunia.
Sebelumnya, kedua belah pihak mengatakan mereka telah mencapai kesepakatan untuk mengadakan pertemuan virtual antara Biden dan Xi sebelum akhir tahun setelah pembicaraan di kota Zurich, Swiss, bulan lalu antara penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dan diplomat Cina, Yang Jiechi.
Wakil sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean Pierre pada hari Senin (08/11) menegaskan bahwa pertemuan antara Biden dan Xi akan digelar sebelum akhir tahun tanpa memberikan rincian speifik kapan pertemuan itu akan berlangsung.