Cina Harus Tengahi Ancaman Korea Utara
6 Oktober 2006Harian AS The Washington Post yang terbit di Washington berkomentar:
"Ancaman Korea Utara itu juga dapat mengubah tatanan keamanan di kawasan tersebut. Sebagai reaksinya, bisa saja Jepang juga membuat bom atom. Tapi Amerika Serikat juga terancam. Sebab sekitar 30.000 serdadu AS kini ditempatkan di Korea Selatan. Sebagai dampaknya, Korea Selatan dan Cina harus meningkatkan upaya, agar Korea Utara membatalkan rencananya. Kedua negara ini memiliki kemampuan melakukan tekanan, jauh lebih besar ketimbang AS maupun PBB. Sebab, tanpa pasokan energi dan bantuan bahan pangan, ditambah penutupan perbatasan Cina bagi pengungsi Korea Utara, kemungkinan diktatur di Pyongyang akan runtuh."
Sementara harian Inggris The Times yang terbit di London berkomentar: Hanya Ciina yang dapat menengahi krisis dengan Korea Utara.
"Masyarakat internasional sebaiknya tidak bereaksi berlebihan terhadap ancaman terbaru penguasa di Pyongyang. Demikian saran pemerintah di Beijing. Kim Jong Il hidup dalam dunia yang teaterikal, karena itu saran dari Beijing ini amat bagus. Tapi dalam waktu bersamaan, Cina juga harus menegaskan kepada Korea Utara, bahwa dengan rencana ujicoba bom atomnya, berarti mempertaruhkan hubungan dengan Beijing. Sekarang ini, hanya tinggal Cina yang masih dapat menyelamatkan dunia dari ancaman Korea Utara."
Sedangkan harian Spanyol El Pais yang terbit di Madrid berkomentar: Korea Utara melancarkan permainan yang semakin berbahaya.
"Rezim di Pyongyang memiliki spesialisasi, secara rutin mengejutkan dunia dengan berita kemampuan militernya. Para pakar memperkirakan, Korea Utara memiliki cukup material radioaktiv untuk membuat beberapa buah bom atom. Akan tetapi, tidak ada yang percaya, negara itu benar-benar mampu membuat bom atom. Pengumuman akan dilakukannya ujicoba bom atom memiliki arti ancaman besar bagi stabilitas politik di seluruh Asia."
Tema lainnya yang disoroti harian-harian internasional adalah krisis di industri pembuat pesawat terbang Eropa, Airbus. Keterlambatan pemasokan pesanan pesawat jumbo jet terbesar sedunia, A-380, memicu krisis berat di perusahaan patungan Eropa tersebut.
Harian ekonomi Prancis Les Echos yang terbit di Paris berkomentar:
"Belum semua masalah di Airbus muncul ke permukaan. Pimpinan Airbus harus mengajukan rencana restrukturisasi kepada serikat buruh dan para tokoh politik Eropa. Sebuah misi yang amat sulit, sebab diperlukan perundingan dengan tokoh politik Prancis, Inggris, Jerman serta negara mitra lainnya. Ketika masalah muncul, semua negara akan berprinsip, asal jangan terjadi di rumah kita. Pokoknya semua hanya ingin selamat."
Sementara harian Jerman Westdeutsche Zeitung yang terbit di Düsseldorf berkomentar:
"Semua proses produksi harus dikonsentrasikan di satu tempat. Produksi model puzzel harus dihentikan. Konsentrasi menghemat waktu dan ongkos. Dalam kasus Airbus, juga berarti penghematan milyaran Euro dari uang pajak. Karena untuk biaya pengembangan A -380, mula-mula rakyat biasalah yang harus membayarnya lewat pajak."