1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekCina

Cina Ingin Libatkan Pihak Asing Ikut Program Luar Angkasa

1 November 2023

Cina telah menyampaikan undangan terbuka kepada astronot asing yang tertarik untuk terbang ke stasiun luar angkasa barunya. Tapi AS dan Eropa tampaknya ragu-ragu. Mengapa?

Peluncuran Shenzhou-17 dari Jiuquan, 26 Oktober 2023
Peluncuran Shenzhou-17 dari Jiuquan, 26 Oktober 2023Foto: Li Gang/Xinhua/picture alliance

Dalam mitos dan legenda Tiongkok kuno, manusia sering kali naik ke langit dan menjelajah luar angkasa. Beijing kerap memanfaatkan motif-motif tersebut untuk mempromosikan program ruang angkasanya yang disebut sebagai ranah non-ideologis, bebas dari politik sehari-hari.

Namun sejak era Perang Dingin dan perlombaan program ruang angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada pertengahan abad ke-20, politisasi ruang angkasa makin sengit. Bagi negara-negara pesaing, banyak hal yang dipertaruhkan: supremasi teknologi dan peluang untuk menunjukkan dominasi ekonomi dan inovasi.

Hari Kamis lalu (26/10) Beijing meluncurkan misi Shenzhou-17 yang membawa tiga taikonaut  menuju stasiun luar angkasa Tiangong. Setelah sepuluh menit waktu penerbangan dan enam setengah jam untuk manuver docking, mereka tiba dengan selamat di Tiangong.

Setelah dua proyek uji coba Tiangong-1 (2011-2017) dan Tiangong-2 (2016-2019), Cina mulai membangun stasiun luar angkasanya pada tahun 2021. Konstruksi itu selesai pada November 2022. Di stasiun itu, tiga pesawat ruang angkasa ― satu wahana pasokan logistik dan dua kapsul luar angkasa ― dapat melakukan "docking" secara bersamaan.

Kecil tapi perkasa

Pers Cina menjuluki stasiun luar angkasa itu sebagai "apartemen tiga kamar" karena ukurannya yang relatif kecil. Bobotnya sekitar 100 ton lebih ringan dari stasiun luar angkasa internasional ISS, yang berbobot sekitar 450 ton. Tiangong dirancang untuk beroperasi selama 15 tahun pada ketinggian orbit sekitar 450 kilometer.

Pada konferensi baru-baru ini di Azerbaijan, Cina mengumumkan keinginannya untuk menggandakan jumlah modul yang terpasang di dok dari tiga menjadi enam di tahun-tahun mendatang. "Selain itu, Cina juga siap membawa penjelajah luar angkasa asing ke Tiangong", kata wakil direktur Badan Antariksa Berawak Tiongkok, Lin Xiqiang.

"Kami menyampaikan undangan kepada dunia dan menyambut semua negara dan wilayah, yang berkomitmen terhadap penggunaan luar angkasa secara damai, untuk bekerja sama dengan kami dan berpartisipasi dalam misi stasiun luar angkasa Cina,” ujar Lin menegaskan.

Program luar angkasa Cina berada di bawah pengawasan militer. Seleksi dan pelatihan astronot berkaitan erat dengan program angkatan bersenjata. Dari 18 taikonaut Tiongkok sejauh ini, dua di antaranya perempuan, hanya satu warga sipil yang terbang ke luar angkasa, sebagai ahli muatan pada misi terakhir, Shenzhou-16.

Dalam perebutan supremasi luar angkasa, Cina memang masih berada di belakang Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS, NASA. Tetapi satu-satunya stasiun luar angkasa selain Tiangong yang saat ini beroperasi adalah ISS, yang memiliki awak tetap di luar angkasa sejak tahun 2000.

Seorang taikonaut sedang bekerja di luar badan stasiun luar angkasa Tiangong Foto: Liu Fang/Xinhua/IMAGO

Persaingan ideologi di orbit?

"Cina sudah menjadi kekuatan besar di bidang luar angkasa dan menguasai seluruh spektrum disiplin ilmu luar angkasa,” kata Thomas Reiter, mantan astronot Jerman di Badan Antariksa Eropa, ESA, kepada DW. "Hal ini menempatkan negara ini setara dengan negara-negara penjelajah ruang angkasa lainnya, Amerika Serikat dan Rusia,” kata Thomas Reiter, yang menghabiskan total 350 hari, 4 jam dan 55 menit di luar angkasa.

Keberhasilan baru di bidang luar angkasa selalu menjadi peluang baik bagi pemerintah di Beijing untuk meningkatkan kebanggaan nasional dan mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah seperti perekonomian yang lesu atau pengangguran kaum muda. Televisi pemerintah menyiarkan peluncuran roket luar angkasanya secara langsung di saluran keempatnya, CCTV-4, yang dapat disaksikan di seluruh dunia.

Sampai saat ini, undang-undang di AS melarang NASA bekerja sama dengan mitranya dari Cina. "Cina dan AS tidak hanya mencari prestise nasional dan kepemimpinan teknologi global, tetapi juga pengaruh geopolitik dan kekuatan militer,” kata Johann C. Fuhrmann, yang mengepalai yayasan politik Konrad Adenauer Stiftung di Beijing sejak 2021.

India, pesaing besar Cina di Asia, kini juga memasuki perlombaan luar angkasa. Negara ini mengumumkan rencana untuk membangun stasiun luar angkasanya sendiri pada tahun 2035.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait