Cina Kecam G7 Agar Tidak Ikut Campur Urusan Dalam Negeri
7 Mei 2021
Jubir Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengecam keras pernyataan G7 terkait dukungan kepada Taiwan. Wenbin menyarankan G7 fokus pada pemulihan ekonomi global alih-alih mencampuri "urusan dalam negeri" Cina.
Iklan
Cina pada hari Kamis (06/05) mengutuk pernyataan bersama para menteri luar negeri anggota G7 yang menyatakan dukungan mereka terhadap Taiwan dan menyebut Beijing sebagai pengganggu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengatakan bahwa hal tersebut adalah intervensi besar dalam urusan internal negaranya.
"Hong Kong, Tibet, dan Xinjiang ... semuanya adalah urusan internal Cina," kata Wenbin kepada wartawan.
Selain itu, G7 mengatakan bahwa mereka mendukung Taiwan untuk bergabung sebagai anggota Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Majelis Kesehatan Dunia (WHA). G7 juga menyatakan keprihatinan mereka atas "tindakan sepihak apapun yang dapat meningkatkan ketegangan" di Selat Taiwan.
Wenbin pun menyebut pernyataan tersebut sebagai "tuduhan tidak berdasar."
"Ini adalah perusakan tak beralasan dari norma-norma hubungan internasional," ujarnya.
Jurus Cina Bungkam Brunei dalam Konflik Laut Cina Selatan
Brunei yang sedang mengalami resesi membutuhkan aliran dana investasi dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Namun pertautan kedua negara bukan tak beriak. Beijing mengharapkan balasan yang setimpal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
Akhir Kejayaan Minyak
Selama berpuluh tahun warga Brunei menikmati kemakmuran tak berbatas berkat produksi minyak berlimpah. Namun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pasalnya cadangan minyak Brunei bakal pupus dalam dua dekade ke depan. Negeri kesultanan itu pun dilanda resesi sejak tiga tahun terakhir dan terpaksa memangkas berbagai subsidi.
Foto: picture-alliance/dpa
Resesi Tanpa Henti
Tidak heran jika laju pertumbuhan ekonomi Brunei merangkak di kisaran 0,6% pada 2016 silam dan bahkan anjlok menjadi minus 2,7% pada 2017. Pondasi ekonomi yang terlalu bergantung pada pemasukan dari sektor migas menjadi petaka ketika harga minyak dunia menukik tajam sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Ekonomi Terpusat di Ujung Hayat
Menurut analis pasar tenaga kerja, warga Brunei cendrung menginginkan pekerjaan di pemerintahan, perusahaan pelat merah atau industri minyak. Tapi justru ketiganya sedang babak belur. Akibatnya angka pengangguran meroket tajam. Kondisi ini memaksa Sultan Hassanal Bolkiah mencari sumber duit baru.
Foto: picture alliance/landov/Z. Jie
Cina Menggeser Arab
Biasanya Brunei melirik negara-negara Arab untuk mencari investasi. Namun kali ini Sultan Hasanah Bolkiah melirik poros ekonomi baru dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing aktif menyuntikkan dana untuk perekonomian Brunei yang tengah lesu.
Foto: Imago/Xinhua/J. Wong
Gerbang Investasi
Ketika Citibank hengkang setelah mengawal investasi asing untuk Brunei selama 41 tahun, Bank of China justru membuka cabang di Bandar Seri Begawan. Kehadiran bank pelat merah itu diharapkan menjadi pintu masuk aliran dana investasi langsung dari Tiongkok. Sejauh ini Cina telah menginevatasikan 4,1 miliar USD di Brunei.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Berharap Pada Duit Tiongkok
Investasi Cina mencakup berbagai sektor, mulai dari industri pertanian dan makanan, energi dan perikanan. Menurut klaim pemerintah, aliran dana investasi dari Tiongkok akan menciptakan 1.600 lapangan kerja baru dan menopang sekitar 5.000 lapangan kerja di sektor pendukung seperti logistik dan perbankan.
Foto: Fotolia/philipus
Pertaruhan Bolkiah di Utara
Pertautan itu bukan tak beriak. Sultan Bolkiah banyak membisu ihwal konflik di Laut Cina Selatan. Sikap gamang Brunei dinilai merupakan hasil dari strategi Cina mendekati negara kecil di ASEAN terkait klaim teritorial Beijing. Padahal kawasan laut yang diperebutkan diyakini mengandung cadangan energi dalam jumlah besar, sesuatu yang dibutuhkan Brunei buat menjamin kemakmuran warganya di masa depan
Tajam Diplomasi Xi
Sejak Xi Jinping memegang jabatan Sekretaris Jendral PKC 2012 silam, Beijing aktif menggunakan 'diplomasi buku cek' terhadap negara-negara ASEAN untuk mengamankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Selain Brunei, Cina juga aktif menanam investasi di Malaysia, Laos dan Kamboja. Harapannya dengan meningkatnya kebergantungan ekonomi, ASEAN akan sulit menyatukan suara dalam konflik Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
8 foto1 | 8
Wenbin menyarankan G7 seharusnya memberi perhatian lebih terhadap pemulihan ekonomi global dan membantu negara-negara berkembang alih-alih "mengobarkan konflik internasional".
"Mereka seharusnya tidak mengkritik dan mencampuri urusan negara lain dengan sikap sombong dan berkuasa, merusak prioritas utama kerja sama antipandemi internasional saat ini," katanya.
Taiwan menyambut dan "akan terus bekerja sama"
Selama ini Cina menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan menentang keras pengakuan atau pembukaan kedutaan besar Taiwan di tingkat internasional, termasuk di Indonesia. Cina baru-baru ini juga telah meningkatkan aktivitas militer di perairan dekat Taiwan sebagai upaya untuk untuk menegaskan klaim kedaulatannya.
Berbeda dengan Cina, pernyataan G7 disambut hangat oleh Taipei dan mengucapkan terima kasih atas dukungan tersebut.
"Taiwan akan terus memperdalam kemitraan kerja sama dengan negara-negara anggota G7, dan terus memberikan kontribusi positif terbesar untuk kesehatan global dan kesejahteraan masyarakat, juga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik," kata juru bicara Kantor Kepresidenan Taiwan, Xavier Chang.