Cina Kecam Pertemuan Komisi HAM Jerman dengan Wakil Taiwan
21 Oktober 2020
Kedutaan Besar Cina di Berlin mengkritik pertemuan antara Komisi Hak Asasi Jerman dengan delegasi Taiwan di parlemen Jerman, Bundestag. Cina menuduh Jerman "campur tangan" dan sengaja melanggar "prinsip satu Cina".
Iklan
Cina mengkritik kedatangan Wakil Representatif Taiwan di Berlin Jhy-Wey-Shieh ke gedung parlemen Jerman atas undangan Komisi Hak Asasi, pada Senin (20/10). Dalam pertemuan, dilakukan juga percakapan video dengan Menteri Digital Taiwan Audrey Tang dan dua wakil menteri lain.
Kedutaan Besar Cina di Berlin dalam sebuah pernyataan mengatakan, dalam pertemuan itu telah dikeluarkan "pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab". Selanjutnya disebutkan, beberapa politisi Jerman belakangan "mencampuri urusan dalam negeri Cina" dengan membahas isu Taiwan.
Para politisi Jerman telah menyalahgunakan isu Hong Kong dan Taiwan untuk agenda politik mereka sendiri, dan hal itu "tidak bisa diterima" rakyat Cina, kata Kedutaan Besar Cina di Berlin.
Cina tolak "campur tangan luar negeri" soal Taiwan
Dalam pernyataan itu, Kedutaan Besar Cina menekankan bahwa "campur tangan" Jerman dalam isu Taiwan tidak akan mengubah kenyataan, bahwa" Taiwan adalah bagian dari wilayah teritorial Cina".
Iklan
"Seluruh rakyat Cina tidak akan terpengaruh (campur tangan) itu, terutama dalam tekadnya untuk melindungi dan mempertahankan persatuan nasional,'' demikian disebutkan.
Ketua Komisi Hak Asasi parlemen Jerman Gyde Jensen dari Partai Liberaldemokrat FDP menolak kritik itu dan mengatakan, Jerman harus mengambil posisi tegas mengenai Taiwan dan pemerintah tidak boleh tunduk pada tekanan dari Cina.
"Taiwan sangat berharap, bahwa Jerman tidak hanya mengingatkan Cina dari luar pagar saja, terkait isu Taiwan dan Hong Kong," kata Gyde Jensen. "Justru kita harus secara tegas menuntut agar Cina menaati hukum internasional. Kami akan tetap menuntut hal ini dari pemerintah Jerman."
Pertemuan Komisi Hak Asasi dan perwakilan Taiwan di Berlin dilaksanakan sebagai acara pengganti, setelah pembatalan kunjungan Komisi Hak Asasi Jerman ke Taiwan akhir September lalu karena pandemi corona.
Banyak negara tidak berani buka hubungan diplomatik
Pertemuan para politisi Jerman dan negara-negara Barat lain dengan pejabat Taiwan sudah sering mengundang kritik tajam dari Cina. Hanya belasan negara yang hingga saat ini mengakui Taiwan sebagai negara merdeka dan membuka hubungan diplomatik, kebanyakan negara-negara Amerika Selatan.
Jerman hingga saat ini juga tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, namun memandangnya sebagai "mitra dalam nilai-nilai" dan bertujuan "memelihara hubungan ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan" dengan negara pulau itu.
Cina memandang Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya yang memberontak tahun 1949, dan menyebut negara pulau itu sebagai "provinsi". Cina juga mencoba mengisolasi Taiwan dari kancah internasional, dengan mengancam setiap negara yang secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Taiwan. Sementara, Indonesia juga tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, karena kekhawatiran konsekuensi keras dari Cina.
hp/pkp (dpa)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)