Rumah sakit di Shanghai melaporkan sekitar 5,4 juta kasus infeksi Covid-19, saat pemerintah mengklaim tidak ada kasus kematian dalam dua hari berturut-turut. Sejumlah kota dilaporkan kini membagikan obat pereda demam
Iklan
Rumah Sakit Deji di Shanghai pada Rabu (21/12) mengimbau pegawainya untuk bersiap diri menghadapi "pertempuran tragis” melawan Covid-19. Hingga akhir tahun, hampir separuh penduduk Shanghai yang berjumlah 25 juta orang itu diprediksi akan terinfeksi virus corona.
"Perayaan Natal dan Tahun Baru ditakdirkan berbahaya,” tulis RS Deji di akun WeChat. "Dalam pertempuran tragis ini, kawasan metropolitan Shanghai akan jatuh. Kita tidak punya pilihan dan kita tidak bisa melarikan diri.”
Pembukaan kembali di Cina dilakukan secara mendadak awal Desember lalu, menyusul gelombang aksi protes warga terhadap kebijakan "nol-Covid.” Tanpa persiapan yang memadai, pemerintah diyakini akan kewalahan menghadapi lonjakan kasus infeksi.
Meski demikian, angka kematian Covid-19 di Cina yang totalnya 5.241 kasus, tergolong sangat kecil dibandingkan negara-negara lain. Kasus kematian dilaporkan nol sejak 21 Desember. Padahal, industri pemakaman mencatat lonjakan pesanan dalam beberapa pekan terakhir.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Otoritas Cina sendiri mengklaim sebanyak hampir 390.000 orang mengalami gejala Covid-19. Namun analis pandemi meragukan laporan pemerintah, karena minimnya pengujian dan tes pasca pencabutan pembatasan pandemi.
Iklan
Satu juta kematian
Analis pandemi memprediksi Cina berpotensi mencatatkan satu juta kasus kematian akibat Covid-19 tahun depan. Penyebabnya adalah tingkat vaksinasi yang rendah di kalangan lanjut usia. Sejauh ini, baru sekitar 42,3 persen warga berusia di atas 80 tahun yang sudah mendapat imunisasi, lapor otoritas kesehatan.
Di sebuah rumah sakit di ibu kota Beijing, laporan stasiun televisi CCTV menampilkan sederet pasien lansia bernafas dengan tabung oksigen di Unit Perawatan Intensif. Tidak jelas apakah mereka merupakan pasien Covid-19.
Kepada CCTV, wakil direktur rumah sakit mengaku mendapat 400 pasien baru setiap hari, empat kali lipat di atas jumlah normal.
"Pasien-pasien ini adalah warga lansia yang punya penyakit bawaan, mengalam demam dan infeksi saluran pernafasan. Mereka berada dalam kondisi yang serius,” kata Han Xue.
Cegah Penyebaran Virus dengan Mendeteksi dari Air Limbah
Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pihaknya membutuhkan informasi tambahan terkait perkembangan pandemi di Cina. Hingga kini, Beijing belum melaporkan secara utuh, berapa jumlah kasus penularan atau pasien bergejala berat.
Sejumlah kota di Cina saat ini sudah membagikan obat pereda demam kepada warga secara cuma-cuma. Pemerintah Tongchuan, sebuah kota berpenduduk 700.000 jiwa di Provinsi Shaanxi, memanggil pensiunan tenaga kesehatan untuk kembali bekerja.
"Semua lembaga kesehatan di kota ini berada di bawah tekanan besar,” tulis pemerintah kota itu dalam sebuah pernyataan publik.