Cina Larang Warga yang Belum Divaksin Pergi ke Ruang Publik
15 Juli 2021
Sejumlah kota di Cina menerapkan larangan bagi warga yang belum pernah mendapatkan vaksin COVID-19 untuk pergi ke pusat keramaian. Tak hanya di Cina, sejumlah negara di kawasan Teluk juga menerapkan aturan serupa.
Iklan
Sejumlah kota di Cina menerapkan larangan bagi warga yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 untuk melakukan aktivitas di ruang publik seperti sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan.
Salah satunya di Kota Hancheng, Provinsi Shaanxi, di mana warga yang belum divaksin dilarang memasuki pasar, hotel, restoran, acara pertunjukan seni, instansi pemerintahan, dan dilarang menggunakan kendaraan umum.
Aturan ini diterapkan menyusul munculnya varian Delta yang sangat menular di seluruh kawasan Asia. Kebijakan ini berlaku efektif mulai hari Kamis (15/07).
Terancam tidak mendapatkan gaji
Dilaporkan di kabupaten Tianhe di provinsi Henan, para pegawai negeri sipil yang belum disuntik vaksin COVID-19 hingga tanggal 20 Juli mendatang terancam tidak akan menerima gaji. Pengumuman telah dikeluarkan sejak awal pekan ini.
Sementara di kota Chuxiong yang terletak di selatan provinsi Yunnan, semua penduduk yang berusia di atas 18 tahun perlu setidaknya mendapatkan satu dosis vaksin COVID-19 untuk dapat beraktivitas di ruang publik. Aturan ini akan berlaku pada 23 Juli mendatang.
Mereka yang kedapatan belum divaksin tidak diizinkan untuk memasuki fasilitas umum termasuk rumah sakit, panti jompo, taman kanak-kanak dan sekolah, perpustakaan, museum, dan penjara, atau menggunakan kendaraan umum.
Satu bulan kemudian aturan akan diperketat di mana hanya orang yang sudah divaksin dosis penuh yang dapat beraktivitas di ruang publik.
Kebijakan serupa juga dikeluarkan di enam kota dan kabupaten di provinsi Jiangxi timur, satu kota di provinsi Sichuan dan Gaungxi, dan tiga kota di provinsi Fujian.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019 dan menyebar ke kota-kota sekitar. Tetapi pemerintah berhasil mengendalikan penyebaran virus corona di sebagian besar wilayah di negeri Tirai Bambu tersebut. Cina sendiri memiliki target nasional vaksinasi 64 persen dari 1,4 miliar populasinya pada akhir tahun ini.
Iklan
Negara mana yang menerapkan aturan serupa?
Sebelumnya pada Senin (12/07), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan larangan masuk ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, atau tempat publik lainnya bagi warga yang belum divaksinasi COVID-19 atau warga yang tidak dapat menujukkan hasil tes negatif COVID-19.
Macron juga mewajibkan tenaga kesehatan untuk divaksinasi sebelum tanggal 15 September. Bagi tenaga kesehatan yang belum mendapatkan vaksin hingga tenggat tersebut akan terancam denda. Macron juga mengumumkan bahwa pihaknya akan mengakhiri program tes PCR gratis agar mendorong warga Prancis mengikuti program vaksinasi.
Dilansir Associated Press, Prancis mencatatkan sekitar 926.000 janji vaksinasi sehari setelah Macron mengumumkan aturan tersebut. Hingga saat ini sekitar 41 persen populasi Prancis telah mendapatkan dosis penuh vaksin COVID-19.
Sementara di negara Teluk seperti Uni Emirat Arab (UEA) juga akan menerapkan larangan bagi warga yang belum menerima vaksin untuk masuk ke ruang publik seperti sekolah, universitas, mal, restoran, kafe, pusat kebugaran, museum, dan taman rekreasi di ibu kota Abu Dhabi. Aturan ini mulai berlaku pada 20 Agustus mendatang.
Adapun Kuwait telah menerapkan aturan serupa yakni larangan masuk ke pusat perbelanjaan, salon, pusat kebugaran, dan restoran bagi warganya yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 sejak akhir bulan Juni silam.
Berdasarkan data Johns Hopkins University & Medicine pada Kamis (15/07), total kasus positif COVID-19 global telah mencapai lebih dari 188 juta kasus. Dari angka tersebut sedikitnya 4.060.292 orang meninggal dunia.