1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Cina Minta Pekerja Tidak Pulang Kampung Saat Imlek

15 Januari 2021

Khawatir terjadi peningkatan kasus COVID-19, pemerintah Cina dan sejumlah pabrik menawarkan banyak insentif bagi para pekerja agar tidak pulang kampung saat libur tahun baru Imlek, Februari mendatang.

Wisatawan di stasiun kereta api Beijing
Wisatawan yang mengenakan masker terlihat tengah menunggu kedatangan kereta di stasiun BeijingFoto: Thomas Peter/REUTERS

Jelang perayaan tahun baru, mayoritas dari 280 juta pekerja migran di Cina melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Virus corona yang dapat dengan cepat menyebar selama periode liburan tahun lalu memaksa banyak pekerja terjebak di desa selama berbulan-bulan dan sekembalinya ke kota mereka juga harus menjalani karantina. Akibatnya pabrik-pabrik tidak beroperasi, industri anjlok, dan para pekerja kehilangan pendapatan selama berminggu-minggu.

Pihak perusahaan biasanya memberikan upah lebih kepada mereka yang tetap bekerja selama hari libur, tetapi tahun ini pemerintah daerah dan perusahaan berharap lebih banyak pekerja yang menerima tawaran intensif tersebut.

Sebagian besar provinsi telah mengeluarkan pemberitahuan yang mendorong pekerja untuk tidak pulang ke kampung halaman, dengan alasan pentingnya pengendalian epidemi serta "menjamin stabilitas rantai industri dan pasokan."

Insentif yang diberikan mencakup pembayaran ekstra, hadiah, hiburan, perjamuan malam tahun baru gratis, hingga tawaran liburan yang berbeda-beda.

Data kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di beberapa negara di dunia

Permintaan tenaga kerja di sektor industri

Pemulihan manufaktur Cina sebagian didorong oleh permintaan dari konsumen di luar negeri hingga melampaui ekspektasi tahun ini, membuat pabrik-pabrik berjuang mengisi kekurangan pekerja.

Sebuah pemberitahuan dari pemerintah Ningbo, sebuah pelabuhan dan pusat industri di provinsi Zhejiang, mengatakan penghentian produksi selama Tahun Baru Imlek di tengah permintaan luar negeri yang membludak dapat "menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan." Meskipun belum diketahui berapa banyak pekerja yang bertahan tahun ini, perencana negara bagian Cina mengatakan mereka berharap tidak banyak pekerja yang pergi.

Provinsi Jiangxi selatan, daerah dengan sumber utama pekerja migran memperkirakan perjalanan saat libur Imlek sekitar 60% pada 2019.

Salah satu perusahaan bahan kimia di Zhejiang mengatakan kepada media lokal bahwa 85% pekerjanya berencana untuk tetap tinggal di kota tahun ini, lantaran terpikat dengan gaji dua kali lipat per jam dan hadiah tambahan 500 yuan (Rp 1 juta) untuk bekerja penuh waktu selama periode festival.

Risiko infeksi corona

Peningkatan perjalanan massal saat ini berpotensi meningkatkan risiko infeksi virus corona baru, yang sebagian besar telah mereda di sebagian besar negara. Cina melaporkan kasus lonjakan harian terbesar dalam lebih dari 10 bulan terakhir pada hari Kamis (14/01) terjadi karena infeksi di provinsi Heilongjiang timur laut yang meningkat hampir tiga kali lipat.

Wang Zhishen, yang bekerja di sebuah pabrik peti kemas di Dongguan, pusat ekspor, mengatakan dia mungkin akan bertahan jika pabriknya tetap buka, meskipun telah membeli tiket kereta untuk pulang ke provinsi Gansu. "Bagaimana jika Anda tidak beruntung dan terinfeksi dalam perjalanan pulang? Nanti seluruh keluargamu bisa sakit,” katanya.

"Jika pabrik tidak akan tutup selama liburan, saya pikir saya hanya akan tinggal di Dongguan. Pulang ke rumah terlalu berisiko.”

Potret pekerja migran yang memilih pulang ke kampung halamannya sedang menunggu jadwal keberangkatan di stasiun Beijing (13/01)Foto: Carlos Garcia Rawlins/REUTERS

Bagi beberapa pekerja, terutama mereka yang tidak memiliki majikan yang menawarkan insentif selama liburan, berkumpul kembali dengan keluarga dirasa masih sepadan dengan risikonya.

Pada pekan ini, seorang pekerja migran berusia 64 tahun bermarga Wang, yang bekerja sebagai pekerja konstruksi di ibu kota, bergegas kembali ke desanya di provinsi Shandong timur sebelum lockdown diberlakukan. "Tidak ada jalan lain. Kita harus kembali sebelum lockdown. Kami punya keluarga di rumah." katanya, setelah tiba di stasiun tujuh jam sebelum keretanya meninggalkan Beijing.

ha/ (Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait