Cina Resmi Gabung COVAX, Siap Distribusi Vaksin COVID-19
9 Oktober 2020
Pemerintah Cina mengumumkan pada hari Jumat (09/10) bahwa negaranya telah resmi bergabung dengan inisiatif vaksin COVID-19 global atau COVAX. Cina berkomitmen untuk membiayai dan mendistribusikan vaksin secara adil.
"Kami mengambil langkah konkret ini untuk memastikan distribusi vaksin yang adil ke negara berkembang dan berharap negara yang lebih mampu juga akan bergabung dan mendukung COVAX," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying dalam sebuah pernyataan.
Cina tidak memberikan rincian tentang besaran bantuan yang akan diberikan, namun Presiden Xi Jinping pada Mei lalu berjanji akan memberikan 2 miliar dolar AS atau Rp 29,4 triliun selama dua tahun ke depan untuk membantu menangani pandemi virus corona yang telah merenggut lebih dari satu juta nyawa hingga saat ini.
Berlomba Mencari Vaksin Corona
Pandemi Covid-19 menerjang cepat dan sudah tewaskan 450.000 jiwa kurang dari enam bulan. Hal ini pun picu lomba pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Dari 100 potensi vaksin, inilah yang sudah uji klinis pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-P. Strobel
BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS
Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech menjadi yang pertama mendapat rekomendasi dari Paul Ehrlich Institut untuk uji klinis pada manusia. Fase pertama dilakukan tes pada manusia dengan 12 relawan pada bulan April lalu. Bersama perusahaan farmasi AS Pfizer akan di lakukan uji klinis berikutnya untuk calon vaksin BNT162 dengan 360 relawan di AS.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Albrecht
CureVac dari Jerman
Perusahaan Jerman CureVac juga telah mendapat izin dari otoritas Jerman, dan siap melakukan uji klinis vaksin virus corona. Bulan Juni ini perusahaan dari kota Tübingen itu akan menguji calon vaksinnya pada 168 relawan. Pemerintah Jerman juga menanam investasi senilai 300 juta Euro di perusahaan bioteknologi ini.
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress/S. Kanz
Moderna dari AS
Perusahaan bioteknologi AS, Moderna Inc adalah yang pertama di dunia yang mengumumkan uji klinis calon vaksin mRna-1273 pada manusia. CEO Moderna bertemu Presiden Trump Maret lalu untuk melaporkan perkembangan positif. Pemerintah AS mendukung dengan dana 483 juta US Dolar. Akhir Mei, fase kedua uji klinis dimulai dengan 600 relawan. Moderna bisa produksi hingga 500 juta dosis vaksin per tahun.
Foto: picture-alliance/CNP/AdMedia/K. Dietsch
AstraZeneca Swedia/Inggris dan Oxford Inggris
Perusahaan farmasi Swedia/Inggris AstraZeneca bersama Oxford University lakukan uji klinis vaksin eksperimental pada manusia di Inggris dan Brasil. Calon vaksin berasal dari virus adeno simpanse ChAdOx1. Bulan Mei dilakukan uji fase dua dengan 10.000 relawan. Produksi vaksin diharap bisa dimulai akhir tahun 2020, dengan kapasitas hingga dua miliar dosis. Uni Eropa sudah memesan 400 juta dosis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/University of Oxford
Kaiser Permanente AS
Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) sudah melakukan uji klinis vaksin corona pada manusia dengan sampel kecil Maret lalu. Uji coba juga dilakukan pada manula. Riset dibiayai oleh jawatan kesehatan federal AS dengan vaksin yang dikembangkan moderna. (as/gtp)
Foto: picture-alliance/AP/T. Warren
5 foto1 | 5
COVAX tanpa AS dan Rusia
COVAX dipimpin bersama oleh aliansi vaksin GAVI, WHO, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI). Inisiatif ini dirancang untuk mencegah pemerintah nasional menimbun vaksin COVID-19 dan fokus pada vaksinasi orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara.
COVAX akan memberikan setidaknya dua miliar dosisi vaksin pada akhir tahun 2021 kepada negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Cina setidaknya memiliki empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis, dua dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) dan dua lainnya masing-masing dari Sinovac Biotech dan CanSino Biologics.
Vaksin eksperimental ini juga telah menginokulasi ratusan ribu pekerja penting dan kelompok lain yang dianggap berisiko tinggi. Pemberian vaksin ini dikhawatirkan keamanannya oleh para ahli karena uji klinis belum sepenuhnya selesai.