Cina Sahkan UU Perlindungan Data Pribadi Pengguna Internet
20 Agustus 2021
Cina mengesahkan undang-undang baru untuk mencegah bisnis mengumpulkan data pribadi yang sensitif. Keputusan itu diambil di tengah peningkatan kasus penipuan internet hingga penyalahgunaan informasi pribadi klien.
Iklan
Di bawah undang-undang baru yang disahkan oleh parlemen Cina, perusahaan milik negara dan swasta yang menangani informasi pribadi akan diminta untuk mengurangi pengumpulan data dan mendapatkan persetujuan pengguna.
Namun, aparat keamanan Cina akan mempertahankan akses ke petak-petak data pribadi. Beijing telah lama dituduh memanfaatkan teknologi besar untuk melancarkan penindasan di provinsi Xinjiang barat laut dan di tempat lain.
Aturan baru yang disahkan Jumat (29/08) ini juga diperkirakan akan semakin mengguncang sektor teknologi Cina, dengan perusahaan seperti raksasa ride-hailing Didi dan game Tencent berada dalam bidik regulator selama beberapa bulan terakhir karena penyalahgunaan data pribadi.
Undang-undang tersebut bertujuan untuk melindungi mereka yang "merasa aman tentang penyimpanan data pribadi yang digunakan untuk profil pengguna dan dengan algoritme rekomendasi atau penggunaan data besar dalam menetapkan harga yang [tidak adil]," kata juru bicara Kongres Rakyat Nasional kepada kantor berita Xinhua pada pekan lalu.
Regulasi tersebut juga akan mencegah perusahaan menetapkan harga yang berbeda untuk layanan yang sama berdasarkan riwayat belanja klien, sebuah praktik umum di antara bisnis online Cina.
Perusahaan Yang Tinggalkan Facebook Setelah Skandal Data Pribadi
Beberapa perusahaan besar menyatakan mereka meninggalkan Facebook atau untuk sementara berhenti menggunakan media sosial ini. Tapi Facebook mengatakan, tidak banyak perusahaan yang ikut aksi #deletefacebook.
Foto: Getty Images/J. Kempin
Playboy Enterprises
Playboy Enterprises mengatakan telah menutup laman Facebook-nya saat skandal seputar media sosial itu berkembang. Playboy mengatakan, skandal privasi ini adalah insiden terakhir setelah lama mengalami kesulitan memposting ke situs tersebut karena aturan ketat Facebook. Sekitar 25 juta orang sebelumnya berinteraksi dengan halaman Facebook Playboy.
Foto: Getty Images/J. Kempin
SpaceX dan Tesla
Elon Musk, miliarder di belakang produsen mobil listrik Tesla dan program roket SpaceX, menulis di Twitter bahwa dia akan menghapus akun Facebook kedua perusahaannya. Keputusan itu tampaknya spontan setelah Musk menulis dia "tidak menyadari" bahwa SpaceX punya akun Facebook. Akun kedua perusahaan masing-masing memiliki sekitar 2,6 juta pengikut sebelum dihapus.
Foto: Reuters/T. Baur
Mozilla
Perusahaan di balik browser populer Firefox mengatakan dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu "mengusahakan jeda" iklan Facebook-nya. Namun dikatakan, mereka tidak akan menghapus akun Facebook-nya, tetapi berhenti memposting pembaruan rutin pada akun. "Jika Facebook mengambil tindakan yang lebih tegas dalam cara berbagi data pelanggan... kami akan mempertimbangkan (langkah itu) kembali," katanya.
Foto: LEON NEAL/AFP/Getty Images
Sonos
Perusahaan AS yang khusus membuat sound system ini mengatakan, mereka menarik iklan-iklannya dari Facebook dan platform media sosial lainnya termasuk Instagram. Sonos mengatakan, apa yang terjadi akhir-akhir ini "membangkitkan tanda tanya", apakah Facebook serius ingin menjaga kerahasiaan data-data pribadi. Tapi Sonos tidak menghapus akun Facebooknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Sonos
Commerzbank
Salah satu bank terbesar Jerman, Commerzbank, menyatakan akan memberhentikan untuk sementara iklan di Facebook. Direktur Utama Commerzbank mengatakan kepada harian ekonomi Jerman Handelsblatt: Kami jeda dulu dari iklan di Facebook. Perlindungan data dan mempertahankan citra perusahaan sangat penting bagi kami." Commerzbank akan menanti perkembangan lebih jauh untuk menentukan langklah selanjutnya.
Foto: Daniel Roland/AFP/Getty Images
Dr. Oetker
Perusahaan makanan Jerman Dr. Oetker menyerahkan keputusan kepada pengikutnya di Twitter. "Kami akan menghapus halaman Facebook kami jika didukung 1.000 retweet," tulis perusahaan itu si Twitter, 21 Maret lalu. Hari itu juga akun Facebooknya di-nonaktif-kan. Namun hari berikutnya akun Facebook Dr. Oetker aktif lagi. Di Twitter mereka menulis, "tidak mungkin" melakukan promosi tanpa Facebook.
Foto: Dr. Oetker
Tanggapan dari Facebook
Mengenai mundurnya beberapa perusahaan dari Facebook, perusahaan media sosial itu mengatakan: "Sebagian besar perusahaan yang kami ajak bicara minggu ini senang dengan langkah-langkah yang telah kami canangkan untuk lebih melindungi data pribadi, dan mereka percaya bahwa kami akan menanggapi tantangan ini dengan baik dan menjadi mitra yang lebih baik." (Alexander Pearson/hp/yf)
"Rezim privasi baru Cina adalah salah satu yang terberat di dunia," kata Kendra Schaefer, mitra di perusahaan konsultan Trivium Cina yang berbasis di Beijing. "Cina tidak benar-benar melihat jangka pendek dengan undang-undang ini."
Sebaliknya, katanya, langkah itu bertujuan "untuk membangun fondasi ekonomi digital selama 40 atau 50 tahun ke depan."
Iklan
Data pribadi warga dilindungi dengan ketat
Undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa data pribadi warga negara Cina tidak dapat ditransfer ke negara-negara dengan standar keamanan data yang lebih rendah daripada Tiongkok, aturan yang dapat menimbulkan masalah bagi bisnis asing.
"Hal yang membuat kita semua gelisah adalah masalah transfer data," kata Schaefer. "Ini menimbulkan teka-teki geopolitik yang sangat menarik, yaitu AS tidak memiliki undang-undang privasi nasional."
Perusahaan yang gagal mematuhi undang-undang baru itu terancam denda hingga 50 juta yuan (Rp111,2 miliar) atau lima persen dari omset tahunan perusahaan. Bagi pelanggar berat menghadapi risiko kehilangan izin usaha dan dipaksa untuk tutup.