Cina kembali unjuk gigi di bidang teknologi tinggi, dengan sukes luncurkan Roket kargo terbesar Long March 5 yang mampu angkut beban hingga 25 ton. Cina buktikan mampu golkan misi ambisius ke bulan dan ke planet Mars.
Iklan
Cina Sukses Luncurkan Roket Kargo Terbesar
01:03
Peluncuran perdana roket kargo terbesar Cina, Long March 5 dari Wenchang Satellite Launch Center menandai era baru dalam perang program ambisius di luar angkasa. Cina kini mendemonstrasikan kemampuannya menyaingi pemain kawakan AS, Eropa dan Rusia dalam teknik antariksa.
Piring Terbang untuk Planet Mars
Bentuknya seperti pesawat mahluk luar angkasa, sejatinya wahana berwujud piring terbang yang belakangan sering terlihat di langit Pasifik adalah wahana pendarat milik NASA yang rencananya akan dipakai di Mars.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Wahana Kargo untuk Mars
Low-Density Supersonic Decelerator (LDSD) dikembangkan NASA sebagai wahana berawak untuk mendarat di planet Mars. Dengan LDSD, NASA bisa mengirimkan muatan berbobot 2 hingga 3 ton, jauh dibandingkan dengan bobot maksimal 1 ton seperti yang dimiliki jenis wahana yang ada saat ini.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Bermula dari Viking
Pengembangan LDSD berawal dari sistem parasut milik program Viking yang berhasil mendaratkan dua wahana nirawak di Mars tahun 1976. Sistem serupa digunakan untuk mengirimkan wahana Curiosity ke Mars 2012 silam. Sistem parasut Viking memungkinkan bobot maksimal yang lebih tinggi, serta menghemat bahan bakar.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Parasut Terbesar
Menurut berbagai media, NASA mengucurkan dana sebesar 230 juta US Dollar untuk mengembangkan LDSD. Berbeda dengan pendahulunya, parasut yang digunakan NASA untuk piring terbang ini memiliki lebar 30 meter dan termasuk parasut paling besar yang pernah digunakan manusia.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Tersandung di Ujicoba Perdana
Pada ujicoba perdana 2014 silam, piring terbang NASA berhasil melakukan serangkaian tes, kecuali saat parasut utama tidak mengembang kendati berhasil dilepaskan. Akibatnya wahana anyar ini terbang menghujam samudera Pasifik dengan kecepatan hingga 42 kilometer per detik. Beruntung ilmuwan bisa menyelamatkan kotak hitam dan data-data penerbangan yang tersimpan.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Ujicoba Kedua
Untuk menyempurnakan sistem parasut pada LDSD, NASA menggelar uji terbang kedua pada awal Juni 2015. Kali ini NASA berniat menguji sistem parasut utama dan piringan balon yang mengembang di sekitar wahana untuk memperlambat laju terbang ketika memasuki atmosfer Bumi.
Foto: cc-by-nc/NASA
Parasut Terkoyak
Namun setelah fase awal yang berjalan lancar, ujicoba LDSD kembali mengalami kegagalan. Perkaranya lagi-lagi parasut utama yang kendati sukses dilepaskan, namun gagal mengembang karena mengalami kerusakan selama proses tersebut.
Foto: cc-by-nc/NASA
Selanjutnya di 2016
Dua ujicoba LDSD menunjukkan NASA masih harus menyempurnakan desain parasutnya sebelum wahana ini bisa mengangkut manusia ke Mars. Hingga pertengahan tahun 2016, badan antariksa AS ini berambisi menuntaskan kendala tersebut sebelum fase ujicoba ketiga digelar.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
7 foto1 | 7
Roket Long March5 sepanjang 57 meter itu dilengkapi empat mesin penyembur untuk "lift off" dengan daya luncur keseluruhan lebih 1.000 ton. Cina juga melabel roket dengan bahan bakar kryogenik campuran oksigen dan hidrogen cair bersuhu amat rendah, sebagai hijau karena tidak beracun dan bebas polusi. Bahan bakar ini juga disebut sangat stabil.
Beijing juga mengklaim menerapkan teknologi termodern di ruang pengendali roket. Dengan sukses peluncuran Long March 5, Cina memantapkan diri untuk menggolkan rencana misi ambisius terdekat, yakni membangun stasiun ruang angkasa permanen di orbiter Bumi.
Cina siap kuasai antariksa
Sebelumnya Cina juga sukses dengan misi peluncuran modul stasiun ruang angkas Tiangong2 atau Tangga Langit. Modul inti stasiun ruang angkasa Cina seberat 30 ton, direncanakan akan diluncurkan 2018. Diharap, proyek stasiun antariksa seberat seluruhnya 60 ton itu tuntas tahun 2022.
Eropa Siap Kuasai Antariksa
Badan Antariksa Eropa ESA luncurkan program ambisius: 2013 akan diluncurkan sejumlah satelit dan misi berawak terbaru. Targetnya alam semesta di luar orbit Bumi.
Foto: ESA – P. Carril
Misi Penelitian Jagat Raya
Orion demikian nama wahana ruang angkasa berawak yang akan diluncurkan bersama badan ruang angkasa Eropa dan Amerika Serikat. ESA menyuplai modul servis utamanya. Mula-mula perjalanan menuju orbit Bulan. Selanjutnya Orion akan diposisikan di lokasi orbiter tetap, dan akan dijadikan pangkalan misi ke planet Mars.
Foto: ESA-D. Ducros, 2012
Latihan Kondisi Tanpa Bobot
Para astronot Eropa mula-mula harus bertugas di stasiun ruang angkasa internasional-ISS. Astronot Italia Luca Parmitano berlatih simulasi tanpa bobot dalam kolam air di pusat astronot Eropa di kota Köln. Di sini dia berlatih mengatasi kerusakan atau juga jika rekan astronot pingsan.
Foto: ESA/H. Rueb, 2010
Visi Hidup di Bulan
Gambaran stasiun riset di Bulan: sebuah visi jauh ke depan. Jika di Bulan ditemukan air, dapat dibuat stasiun semacam itu. Robot pendarat Chang'e 3 Rover milik Cina, akan melacak keberadaan air di Bulan tahun 2013 ini. ESA memasok kontak data ke wahana pendarat milik Cina itu dan mengambil alih kontrol lintasannya.
Foto: ESA/Foster + Partners
Pengendali Satelit dari Jerman
Dari pusat kontrol antariksa Eropa (ESOC) di kota Darmstadt Jerman ini, ESA sudah mendukung komunikasi data dua wahana pendahulu Chang'e 3. Kedua wahana itu hanya mengorbit Bulan dan tidak mendarat. Dari markas ESOC ini, ESA juga memantau berbagai peluncuran satelit komunikasi dan riset lainnya.
Foto: ESA - J. Mai
Citra Galaxy 3D
Wahana peneliti GAIA akan diluncurkan Oktober 2013. Dengan bantuan alat Interferometer dari gelombang cahaya akan dibuat citra resolusi tinggi tiga dimensi Galaxy Bima Sakti. Para peneliti ESA mengharapkan dapat menemukan minimal semilyar bintang baru.
Foto: ESA/Medialab
Melacak Asteroid dan Komet
Wahana ruang angkasa Rosetta sejak 2004 meluncur ke Komet 67/PTschurjumow-Gerasimenko. Awal 2014 wahana ini diharapkan sudah memasuki orbit komet. Sebelumnya Rosetta merekam tumbukan proyektil NASA Deep Impact ke komet Temple 1, Mars dan Asteroid Steins serta Lutetia.
Foto: picture-alliance/dpa
Pendaratan di Komet
Rosetta pada November 2014 akan melepaskan robot pendarat Philae ke permukaan komet. Pendaratan akan dikendalikan pusat pengendali ruang angkasa Jerman MUSC di kota Köln. Pendaratan akan sangat sulit, karena komet hanya memiliki gaya gravitasi amat lemah. Rosetta akan meneliti komposisi kimia komet ini.
Foto: ESA/AOES Medialab
Bumi Juga Diobservasi
Kotak kecil berbobot 160 kg ini merupakan miniatur dari satelit peneliti Probe-V yang akan diluncurkan bulan April 2013 ke orbit Bumi di ketinggian 820 km. Tugasnya mengukur kerapatan vegetasi di permukaan Bumi. Dengan itu akan lebih dimengerti mekanisme musim, iklim dan pertanian pada pertumbuhan tanaman.
Foto: ESA–P. Carril, 2012
Menembus Kerak Bumi
Tiga satelit Swarm yang akan diluncurkan Juli 2013 akan mengorbit lebih rendah pada lintasan sekitar 400 hingga 500 km di atas Bumi. Tugasnya meneliti lapisan dalam kerak Bumi, dimana kondisinya amat panas dan cair. Satelit ini juga akan mengukur medan magent Bumi serta perkembangannya seiring perubahan zaman.
Foto: ESA–P. Carril
Mengamati Dampak Perubahan
Medan magnet Bumi melindungi permukaan planet kita ini dari pancaran kosmis. Ini juga berdampak pada iklim, sinyal listrik, navigasi dan komunikasi. Pusat riset kebumian GFZ di Potsdam juga mengendalikan misi Swarm. Para peneliti hendak melacak. apa dampak dari perubahan kontinyu medan magnet itu.
Foto: GFZ
Satelit Navigasi Terbaru
ESA juga akan meluncurkan satelit navigasi terbaru. Tahun 2013 saja akan diluncurkan 9 satelit baru untuk sistem navigasi Eropa, Galileo. Bersama pusat navigasi satelit CESAH, ESA menggelar kompetisi bagi penerapan inovatif baru teknik navigasi.
Foto: ESA – P. Carril
11 foto1 | 11
Cina kini juga merencanakan penerbangan ulang-alik robotik ke Bulan. Dan juga misi ambisius lainnya, penerbangan perdana ke planet Mars pada tahun 2020 disusul pendaratan rover peneliti di planet merah itu beberapa tahun kemudian.
Long March 5 yang diluncurkan Kamis, membawa satelit ujicoba yang akan melakukan eksperimen propulsi listrik di kawasan orbit Bumi. tahun 2017 mendatang, roket tipe ini akan meluncurkan wahana penelitian robotik Chang'e 5 ke bulan, serta mendaratkan rover penjelajah bulan.
Rusia dan Eropa Lacak Kehidupan di Mars
Rusia dan Eropa luncurkan misi ExoMars dengan terget melacak adanya jejak kehidupan di planet Mars. Fase pertama misi: mencari lokasi terbaik di planet merah itu.
Foto: ESA
Siap Diluncurkan
Roket Proton-M buatan Rusia mengangkut Trace Gas Orbiter (TGO) dan pendarat Schiaparelli EDM. Membangun dua perangkat itu perlu waktu 10 tahun. Roket siap diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan setelah diisi penuh bahan bakar.
Foto: ESA
Separasi
Beberapa jam setelah diluncurkan, orbiter (hitam) dan pendarat (emas) akan melepaskan diri dari roket. Dimulai penerbangan selama 7 bulan menuju planet Mars. Kondisi orbital Mars dan Bumi Yang seharis menjadi keuntungan bagi misi ExoMars. Dengan itu waktu perjalanan jadi relativ lebih pendek.
Foto: ESA
Orbiter dan Pendarat Berpisah
Setelah 200 hari terbang di angkasa luar, wahana orbiter dan pendarat akan memisahkan diri tiga hari menjelang memasuki Orbit planet Mars. Diperhitungkan pemisahan dilakukan akhir Oktober. Kedua wahana robotik itu akan melakukan misi terpisah secara mandiri.
Foto: ESA
Misi Pendaratan
Wahana pendarat akan mendekati planet Mars dengan kecepatan 20.000 Kilometer per jam. Lokasi pendaratan : Meridiani Planum sebuah lokasi datar yang dipenuhi mineral hematit. Di bumi biasanya ditemukan di sumber air panas. Jadi siap mendarat di permukaan panas.
Foto: ESA
Pendaratan Empuk
Teorinya atmosfir Mars akan memperlambat laju wahana pendarat. Sebuah parasut akan bertindak sebagi rem yang menurunkan kecepatan hingga tinggal 200 kilometer per jam (gambar model). Pada ketinggian 1.2 Kilometer, roket booster untuk mengerem laju wahana akan dihidupkan, agar pendaratan berlangsung Mulus dan empuk.
Foto: ESA
Memindai Udara
Setelah mendarat di Mars, sejumlah instrumen di dalam wahana pendarat akan mengumpulkan data atmosferik selama 4 hari. Data ini akan menjadi informasi kritis bagi ilmuwan Rusia dan Eropa terkait pendaratan rover pada misi berikutnya. Baterai pada Schiaparelli hanya tahan 4 hari, setelah itu semua peralatan akan mati.
Foto: ESA
Orbiter Juga Bekerja
Orbiter di atas planet Mars juga akan melakukan tugasnya. Untuk itu posisi Orbiter akan dikoreksi terlebih dulu menggunakan Booster roket.
Foto: ESA
Melacak Jejak Gas
Tugas Orbiter adalah "mencium" atau "melacak" jejak gas yang ada di atmosfir Mars. Terutama dilacak keberadaan gas Metana. Karena gas ini bisa menjadi petunjuk adanya sisa atau bahkan aktifitas kehidupan yang masih eksis di planet merah. Tugas Orbiter mencium jejak gas akan berlangsung beberapa tahun, hingga misi berikutnya diluncurkan.
Foto: ESA
Rover ExoMars
Tahun 2018 akan diluncurkan misi ExoMars berikutnyam, untuk mendaratkan wahana penjelajah atau rover di lokasi yang saat ini sedang diteliti. Misalnya di Oxia Planum yang kaya unsur besi dan Magnesium dan berada 3000 meter di bawah permukaan dataran Mars. Diduga masih ada jejak air di sana.
Foto: ESA
Mengebor Sampel
Rover juga akan mengebor tanah di planet Mars untuk mengumpulkan sampel dari bawah permukaan. Harapan para ilmuwan Eusia dan Eropa, di kedalaman Mars akan ditemukan molekul organik. Ini bisa menunjukan jejak aktifitas biologis di Mars. Jika ditemukan ini menjadi sukses pertama bukti adanya jejak kehidupan di planet merah itu.