1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Cina Membuka Diri, Uni Eropa Menutup Diri

15 April 2019

Hubungan perdagangan antara Cina dan Uni Eropa dianggap tidak adil oleh kedua belah pihak. Apa saja yang dituntut oleh Cina kepada Uni Eropa? Wawancara dengan DW, Pakar Cina Cui Hongjian.

Symbolbild Handelsbeziehungen EU - China
Foto: Imago/C. Ohde

DW: Uni Eropa menuntut agar perdagangan dan investasi bilateral dilakukan lebih adil. Apakah tuntutan ini mempunyai alasan?

Dr. Cui Hongjian - Direktur Studi Eropa di Institut Studi Internasional Cina CIISFoto: CIIS

Cui Hongjian: Perdana Menteri Li keqiang harus bisa meyakinkan Brussels. Ia harus menyampaikan, bahwa Cina sudah melakukan banyak hal. Pada Kongres Rakyat bulan Maret lalu, disahkan undang-undang tentang investasi asing di Cina, yang merupakan jawaban jelas atas kekhawatiran Uni Eropa. Perusahaan-perusahaan asing akan diperlakukan seperti perusahaan lokal dalam banyak sektor.

Pada saat bersamaan, Cina masih merupakan negara berkembang. Pasarnya pasti masih harus terus dibuka. Tetapi Cina tidak bisa diharapkan sudah seperti negara-negara industri. Tetapi sudah jelas perjalanannya menuju ke mana.

Uni Eropa menuntut timbal balik. Agar ini bisa dicapai, dibutuhkan pembicaraan yang intensif dengan mempertimbangkan hal-hal spesifik di Cina. Banyak perubahan sedang berlangsung. Dampaknya tidak akan terlihat secara langsung. Ini harus dijalankan sampai ke setiap wilayah dan dibutuhkan banyak waktu untuk itu di sebuah negara besar seperti Cina. Cina tentu akan menjalankan diskusi nyata dalam tingkat kerja tentang bagaimana dapat memenuhi harapan Komisi Uni Eropa.

Akhir Maret lalu Uni Eropa mendefinisikan Cina sebagai "saingan" dan "rival sistematis". Apakah Cina punya jawaban atas hal itu?

Definisi ini tidak mengejutkan saya. Dalam beberapa tahun terakhir ini memang ada persaingan antara Cina dan Eropa, terutama di bidang-bidang, dimana Cina benar-benar kuat.

Persaingan antara perekonomian adalah hal yang wajar dalam pasar bebas. Cina adalah negara yang tumbuh dengan cepat, sementara Eropa dihadapkan dengan berbagai tantangan di dalam dan di luar Uni Eropa sendiri. Juga sebab itu persaingannya menjadi lebih intensif. Ini sebenarnya tidak buruk. Kedua mitra bisa menggunakan dampak sinerginya, seperti contohnya dalam membangun pasar-pasar lain.

Terkait persaingan sistematisnya, Cina secara internasional menjadi lebih percaya diri.Ini bukan berarti, bahwa Cina ingin mengekspor sistemnya sendiri ke wilayah-wilayah lain. Dalam hal ini, seharusnya Uni Eropa menjadi lebih percaya diri juga.

Uni Eropa menuntut peninjauan investasi-investasi dari negara-negara Non-Uni Eropa. Yang dimaksud disini terutama Cina.

Investasi-investasi Cina di Uni Eropa mengalami fluktuasi besar di beberapa tahun terakhir. Misalnya pada tahun 2016 investasi-investasi dari Cina menjadi fokus publik di Jerman. Ini menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan.

Dalam dua tahun terakhir, investasi langsung semakin menurun. Pada satu sisi, beberapa negara Uni Eropa, antara lain Jerman, menjalankan tindakan pembatasan. Di sisi lain, Cina memperketat aturan arus modal untuk investasi asing karena peraturan baru.

Inisiatif Jalur Sutra Cina dilihat dengan skpetis di Eropa. Terutama di wilayah timur Uni Eropa Cina berinvestasi sangat besar di infrastruktur yang di sana masih lemah. Banyak yang bilang, ini "obral ke Cina". Apakah kekhawatiran ini beralasan?

Cina semakin membuka diri dan UE ingin membatasi ekspansi CinaFoto: picture alliance/dpa/Hu Yan

Kekhawatiran di Eropa sudah diketahui. Pihak-pihak yang khawatir di Jerman misalnya takut, bahwa Cina mengambil alih bidang teknologi di Eropa melalui investasi besarnya dan mengambil manfaat untuknya. Karena itu Eropa takut daya saingnya diperlemah.

Tetapi kenyataannya, Cina di banyak bidang secara teknis tidak bisa bersaing dengan Eropa. Cina lebih mencari kerjasama teknis dengan mitra-mitra Eropa.

Secara bersamaan, ini bukan berarti bahwa Cina "mencuri" teknologi dari orang lain dan melarang produk-produk dari perusahaan asing di Cina. Jika begitu, ini akan menentang globalisasi dan prinsip-prinsi perdagangan bebas.

Apa pendapat Anda tentang perlindungan atas "infrastruktur penting"?

Bagi Jerman, jaringan jalan, bandar udara dan pelabuhan termasuk infrastruktur penting. Dalam bidang-bidang ini sekarang ada kriteria yang lebih ketat bagi investor-investor asing daripada dulu.

Saya menduga, Eropa ingin menggunakan pembatasan seperti ini sebagai alat untuk menekan Cina agar lebih terbuka. Dan ini sisi ironisnya: Cina semakin membuka diri,sementara Eropa dan Jerman ingin melindungi pasarnya.Ini juga menyebabkan ketidakseimbangan.

Kedua belah pihak harus berdiskusi bagaimana timbal baliknya bisa dicapai dan bagaimana investasi dalam bidang infrastruktur penting dapat diatur. Dalam hal ini selalu diperlukan obyektifitas. Jika seorang investor Cina mengambil alih sebuah pelabuhan di Italia, ini masih sangat jauh dari "mengendalikan Eropa secara sistematis". Perdebatan publiknya harus tetap dilakukan dengan obyektif dan tidak dengan emosional.

*Cui Hongjian memimpin Institut Studi Eropa di Institut Studi Internasional Cina (CIIS) di Beijing.