Cina dalam diplomasinya mengakui "integritas teritorial" Ukraina, tetapi sejauh ini menolak untuk menyebut invasi Rusia apa adanya. Beijing bisa segera dipaksa untuk membuat keputusan yang tidak nyaman.
Iklan
Saat KTT Keamanan München berlangsung pekan lalu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan "norma mendasar" dari hubungan internasional mencakup penghormatan terhadap "kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial" negara mana pun, termasuk Ukraina.
Beberapa hari setelah pidato Wang Yi, Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina melalui jalur darat, udara dan laut, dari tiga arah, dan menggenapi apa yang telah diprediksi oleh dinas intelijen Barat selama beberapa bulan terakhir.
Dalam konferensi pers hari Kamis (24/02), juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengkritik para wartawan yang menggunakan kata "invasi" sebagai metode pertanyaan "khas Barat".
Ketika roket Rusia menghantam kota-kota Ukraina, Hua kembali mengulangi apa yang menjadi tanggapan standar Cina terhadap konflik tersebut, dan menyerukan "semua pihak agar menahan diri demi mencegah situasi menjadi tidak terkendali."
Pada hari itu juga, di Twitter, Hua mengklaim bahwa Cina mendukung "keadilan dan perdamaian," seraya menambahkan bahwa banyak negara yang "menyelesaikan perselisihan internasional secara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB."
Beijing menyadari bahwa Piagam PBB melarang penggunaan kekuatan senjata dalam hubungan internasional kecuali dalam kasus pembelaan diri.
Diplomasi permainan kata ala Cina
Apakah Kementerian Luar Negeri Cina memberi petunjuk tidak langsung kepada Moskow agar membatalkan invasi, meski Beijing tidak ingin menggunakan istilah itu?
Tampaknya tidak. Besar kemungkinan Beijing akan terus berusaha menerapkan retorika yang meyakinkan dunia bahwa Cina adalah negara yang cinta damai, sementara pada saat yang sama diam-diam mendukung Putin dengan menuduh AS sebagai penghasut perang, pakar Cina Didi Kirsten Tatlow, dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman, menjelaskan kepada DW.
Retorika damai Cina akan kurang efektif kecuali Beijing mengambil "tindakan nyata dan secara terbuka di publik" untuk menentang agresi Rusia di Ukraina, katanya.
Ujian terhadap posisi yang siap diambil Cina akan terlihat selama pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat (25/02) saat memberikan suara pada resolusi pimpinan AS yang mengutuk agresi Rusia di Ukraina.
Jika Cina abstain, seperti yang diharapkan, dukungan diam-diamnya terhadap Moskow "akan menjadi lebih jelas," kata Tatlow.
Situasi Ukraina di Tengah Gempuran Serangan Rusia
Tanggal 24 Februari 2022 Rusia melancarkan serangannya ke negara tetangganya, Ukraina. Fasilitas militer jadi target, ratusan orang dilaporkan meninggal dunia, dan banyak warga mencoba melarikan diri.
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
Ratusan warga Ukraina tewas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi umum, setelah Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina. Dekrit yang berlaku selama 90 hari tersebut mengatur warga negara yang berusia 18-60 tahun untuk memulai wajib militer cadangan. Di hari pertama pertempuran dilaporkan 137 warga Ukraina, termasuk personel militer, tewas dan lebih dari 300 orang terluka.
Tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui wilayah separatis Donetsk and Luhansk sebagai negara yang merdeka, Putin pun mengumumkan operasi militer di Ukraina. Ia mengatakan, Rusia hanya berusaha untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi negara tetangganya itu. Sedikitnya 83 fasilitas infrastruktur militer di Ukraina lumpuh akibat serangan pasukan militer Rusia.
Foto: Evgeniy Maloletka/AP Photo/picture alliance
"Ditinggalkan seorang diri"
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menggambarkan serangan itu sebagai "invasi skala penuh" dan mengatakan Ukraina akan "mempertahankan diri dan akan menang." Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (24/02) tengah malam dalam pidatonya mengatakan, ia merasa negaranya ditinggalkan sendirian saat diserang oleh Rusia.
Foto: Carlos Barria/REUTERS
Serangan dimulai sebelum fajar
Ledakan besar terdengar saat rudal mendarat di Kiev, Kharkiv, dan Odessa pada Kamis (24/02) dini hari. Kemenhan Rusia mengklaim tidak menargetkan kota-kota dan "tidak ada ancaman bagi penduduk sipil." Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menggambarkan wilayah udara di atas Ukraina sebagai "zona konflik aktif." Warga sipil diizinkan berlindung di stasiun-stasiun kereta bawah tanah.
Foto: Aris Messinis/AFP/Getty Images
Berbondong-bondong selamatkan diri
Saat Presiden Zelenskyy mengumumkan status darurat militer, dia mengimbau warga Ukraina untuk tinggal di rumah dan tidak panik. Mesk demikian, banyak orang Ukraina yang berusaha kabur menyelamatkan diri. Kemacetan parah terlihat di jalan-jalan utama bagian barat ibu kota. Warga di wilayah Ukraina timur juga dilaporkan berupaya melarikan diri dan pergi ke wilayah Ukraina barat.
Foto: Chris McGrath/Getty Images
Antrean panjang di depan kios hingga ATM
Foto warga di Kiev berdiri dalam antrean panjang di depan toko-toko, berharap untuk dapat membeli persediaan makanan dan air. Antrean panjang juga tampak terlihat di depan mesin-mesin ATM. Banyak mobil dilaporkan antre mengisi bahan bakar di SPBU, bersiap untuk melarikan diri meninggalkan kota.
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
Emosi campur aduk
Warga Ukraina dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dan dilanda rasa ketakutan. Sebelumnya banyak dari mereka yang tidak percaya bahwa Rusia akan melancarkan serangan, meski tanda-tanda ke arah itu makin jelas setiap harinya. Negara-negara Eropa Tengah bersiap menghadapi banjir pengungsi dari Ukraina dan kelompok-kelompok kemanusiaan memperingatkan krisis yang mengancam. (Ed: rap/as)
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
7 foto1 | 7
Mungkinkah Cina bersekutu dengan AS?
Presiden "Xi Jinping jelas tidak tertarik untuk bergabung dengan AS," tambah Tatlow. "Dia dan Partai Komunis Cina secara terbuka menolak demokrasi. Tidak masuk akal untuk mengharapkan dia mengubah posisinya secara fundamental. Dia akan melihat itu sebagai 'menjual' Cina," katanya.
"Mungkin jika situasinya berkembang sangat negatif bagi Cina, dia mungkin mengubah posisinya," kata Tatlow, "tetapi kita belum dapat mengetahuinya."
Utusan Cina untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan pada hari Kamis (24/02) bahwa "pintu menuju solusi damai belum sepenuhnya tertutup." Sehari setelah itu, pihak berwenang Ukraina melaporkan lebih dari 130 orang tewas pada hari pertama invasi.
Iklan
Cina hadapi dilema
Bertahun-tahun di bawah pemerintahan Xi, Cina berupaya untuk menampilkan sistemnya sebagai alternatif dari model tatanan internasional yang dipimpin Barat.
Tatlow mengatakan Cina berada pada posisi yang sulit – dipaksa untuk memilih antara mendukung mitra Rusianya dalam mengubah tatanan internasional dan menderita akibat reputasinya yang rusak secara besar-besaran dengan berpihak kepada negara yang menyerang negara berdaulat.
"Hari-hari dan minggu-minggu mendatang akan menunjukkan apa yang dipilih Cina dan apakah ia dapat menentukan posisinya di antara dua kutub, yang memungkinkannya untuk menyelamatkan muka tetapi juga tetap berteman dengan Rusia," katanya.
Apa yang diketahui Xi selama bertemu Putin?
Tanggal 4 Februari lalu, Xi dan Putin bertemu saat pembukaan Olimpiade di Beijing dan secara bersama memberi penyataan, yang antara lain mengutuk ekspansi NATO ke arah timur.
Setelah serangan skala penuh pekan ini di Ukraina, Kementerian Luar Negeri Cina ditanya apakah Xi sebelumnya sudah tahu tentang rencana Putin untuk meluncurkan invasi.
Juru bicara Hua mengatakan Rusia adalah kekuatan independen yang tidak perlu mencari persetujuan dari Cina.
"Itu secara independen memutuskan dan menerapkan diplomasi dan strateginya sesuai dengan penilaian dan kepentingan strategisnya sendiri," katanya.
Tatlow mengatakan Xi pasti memiliki beberapa gagasan tentang apa yang mungkin terjadi.
"Kami tidak tahu seberapa banyak yang diketahui Xi pada 4 Februari, ketika dia dan Putin mengeluarkan pernyataan di Beijing tentang 'awal era baru' dan 'kerja sama tanpa batas'," kata Tatlow.
"Mungkin dia meremehkan Putin. Tapi sulit membayangkan bahwa Beijing kurang mendapat informasi, atau setidaknya tidak mempertimbangkan kemungkinan itu," tambahnya.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mencatat pada sebuah panel pada akhir Januari bahwa invasi ke Ukraina sebelum dimulainya Olimpiade Musim Dingin "mungkin tidak akan disambut dengan antusias" oleh Xi.
Sherman mengatakan itu bisa menjadi pertimbangan "bahwa Putin mempertimbangkan hal itu dalam jadwalnya untuk tindakan lebih lanjut terhadap Ukraina."
Tokoh-tokoh di Dunia Kecam Invasi Rusia ke Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan mulai menggempur Ukraina secara militer 24 Februari 2022. Banyak pemimpin dunia, atlet, dan bintang mengutuk invasi yang dilancarkan Rusia terhadap tetangganya tersebut.
Foto: Kremlin/AFP
Putin bermuka dua
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin 'bermuka dua' setelah dia memerintahkan operasi militer terhadap Ukraina, tak lama setelah dirinya berunding dengan Putin melalui sambungan telepon. "Ya, bermuka dua, ada pilihan yang disengaja dan sadar untuk meluncurkan perang ketika kita masih bisa merundingkan perdamaian," kata Macron.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Runtuhkan keamanan Eropa
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutuk invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. "Kami tidak akan membiarkan Presiden Putin meruntuhkan arsitektur keamanan Eropa," ujar von der Leyen. Ia menegaskan, UE akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. "Kami akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa."
Foto: Olivier Hoslet/Pool/EPA/AP/picture alliance
Kesalahan besar
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, serangan Rusia benar-benar tanpa pembenaran dan menyebutnya perang Putin. "Akan menjadi jelas bahwa Putin telah membuat kesalahan besar dengan melancarkan perang ini," kata Scholz. Ia juga menambahkan, Rusia akan membayar "harga yang pahit" karena menyerang tetangganya tersebut.
Foto: Clemens Bilan/Getty Images
Dukungan buat Ukraina dari Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lewat cuitannya di Twitter mengatakan, Inggris akan meningkatkan dukungannya ke Ukraina. Dia menegaskan, Inggris tidak bisa dan tidak boleh berpaling untuk membantu Ukraina. "Saya tidak percaya diktator Rusia akan menaklukkan Ukraina dan keyakinan mereka yang penuh semangat bahwa negara mereka harus merdeka," kata Johnson.
Foto: Matt Dunham/AP Photo/picture alliance
Sanksi dari AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan serangkaian sanksi baru, yang menargetkan bank dan industri Rusia. "Kami sengaja merancang sanksi ini untuk memaksimalkan dampak pada Rusia dan meminimalkan dampak pada sekutu kami. Kami tidak bertindak sendiri. Kami telah membangun koalisi yang mewakili setengah dari ekonomi dunia," tutur Biden.
Foto: Brendan Smialowski/AFP
Iran salahkan NATO
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian melalui cuitannya di Twitter, menyalahkan "provokasi NATO" atas serangan yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina. Meski demikian, ia menekankan perang bukanlah sebuah solusi dan menulis "penting untuk membuat gencatan senjata dan menemukan solusi politik yang demokratis."
Foto: Fadel Itani/NurPhoto/picture alliance
Indonesia desak "setop perang"
Presiden RI Joko Widodo belum memberikan pernyataan lengkap terhadap operasi militer yang digelar Rusia di Ukraina. Namun, di tengah kondisi yang sedang memanas, pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, melalui cuitannya via twitter Jokowi menyerukan agar perang bisa dihentikan. "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia," cuit Jokowi.
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Absen di GP Rusia
Juara dunia Formula 1 asal Jerman, Sebastian Vettel mengatakan, dirinya tidak akan berpartisipasi dalam putaran Grand Prix Rusia pada bulan September mendatang jika invasi terus berlanjut dalam keadaan seperti saat ini. "Saya kasihan kepada orang-orang, orang-orang tidak bersalah yang kehilangan nyawanya, yang terbunuh gara-gara alasan bodoh dan kepemimpinan yang sangat, sangat aneh dan gila."
Foto: Jerry Andre/Laci Perenyi/picture alliance
Dibutakan kekuasaan
Penyanyi dan rapper perempuan asal AS Cardi B turut menentang serangan yang dilancarkan Rusia. Lewat cuitannya ia berharap agar para pemimpin dunia yang berkonflik tidak dibutakan kekuasaan dan benar-benar memikirkan nasib warganya yang menjadi korban krisis tersebut. "Perang, sanksi, invasi harus menjadi hal terakhir yang harus dikhawatirkan para pemimpin ini," kata Cardi B. (Ed: rap/as)