1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Tunda Umumkan Laporan Ekonomi

17 Oktober 2022

Cina menunda pengumuman indikator ekonomi dan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 yang semula dijadwalkan pekan ini. Atasi hantaman krisis ekonomi, Presiden Cina, Xi Jinping mencoba memenangkan lomba teknologi.

Presiden Cina, Xi Jinping
Presiden Cina, Xi Jinping membuka Kongres Partai Komunis Cina dengan pidatonya.Foto: Ju Peng/Xinhua/AP/picture alliance

Pengumuman penundaan rilis indikator dan pencapaian ekonomi kuartal III 2022 ini muncul sehari sebelum Cina dijadwalkan akan menyampaikan laporan resmi pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga, yang diprediksi analis menjadi yang terlemah sejak tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Cina disebutkan mulai tersendat akibat pembatasan ketat COVID-19 dan krisis perumahan.

Berdasarkan informasi Biro Statistik Cina (NBS) yang dilansir Reuters, sedianya, laju ekonomi perekonomian terbesar kedua di dunia itu diumumkan Selasa (18/10) besok. Pengumuman pertumbuhan ekonomi Cina sangat dinanti setelah ekonomi Negeri Tirai Bambu cuma tumbuh 0,4 persen pada kuartal II lalu. 

Dikutip dari AFP, secara terpisah, otoritas bea cukai Cina pekan lalu juga menunda rilis angka perdagangan September, tanpa memberikan penjelasan, sementara NBS mengatakan bahwa pihaknya juga akan menunda rilis data bulanan beberapa indikator, termasuk harga rumah.

Analis perkirakan pertumbuhan terlemah dalm 4 dekade

Zhao Chenxin, pejabat senior di Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, kepada wartawan pada Senin (17/10) pagi mengatakan, "ekonomi pulih secara signifikan pada kuartal ketiga." Ia menambahkan,"Dari perspektif global, kinerja ekonomi Cina masih luar biasa," katanya.

Tetapi sejumlah analis memperkirakan, kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu harus berjuang untuk mencapai target pertumbuhannya tahun ini sekitar 5,5 persen. Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) sudah menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB Cina menjadi sekitar 3,2 persen untuk tahun 2022.

Sebuah panel ahli yang disurvei oleh AFP pekan lalu memperkirakan pertumbuhan rata-rata Cina hanya mencapai tiga persen pada tahun 2022 -- jauh dari laju pertumbuhan 8,1 persen yang terlihat pada tahun 2021. Perkiraan itu akan menandai tingkat pertumbuhan terlemah Cina dalam empat dekade, di luar pertumbuhan tahun 2020 ketika ekonomi global dihantam oleh munculnya virus corona.

Ekonomi terpukul keras kebijakan nol Covid

Ekonomi Cina telah terpukul sangat keras oleh kebijakan ketat nol COVID yang ditetapkan pemerintah di Beijing. Negara ini adalah yang terakhir dari ekonomi utama dunia yang terus mengikuti strategi dengan memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat, pengujian PCR massal, dan kewajiban karantina, ditambah lagi dengan lockdown mendadak dan ketat - termasuk di sektor bisnis dan pabrik - yang telah mengganggu produksi dan sangat membebani sektor konsumsi rumah tangga.

Cina juga sedang berjuang melawan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor perumahan. Sektor ini sepanjang sejarahnya merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dan mewakili lebih dari seperempat PDB negara itu, bila digabungkan dengan jasa konstruksi.

Penjualan properti sekarang jatuh di seluruh negeri, meninggalkan banyak pengembang setengah mati melanjutkan proyeknya. Belum lagi banyak konsumen menolak untuk membayar hipotek mereka untuk rumah yang belum selesai. Demikian dikutip dari AFP.

Berusaha memenangkan perlombaan teknologi

Sementara itu, seruan Presiden China Xi Jinping untuk memenangkan perlombaan teknologi menandakan perbaikan pendekatan Beijing dalam memajukan industri teknologinya. Cina diprediksi akan lebih banyak menggelontorkan dana untuk mendorong kemajuan industri teknologi, untuk melawan tekanan AS, demikian kata para analis sebagaimana dikutip dari Reuters.

Laporan Xi ini muncul beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan peraturan baru yang bertujuan merusak upaya China mengembangkan kemandirian industri chipnya. Pada hari Senin (17/10), saham perusahaan teknologi informasi Cina, CSIINT naik lebih dari 1%, sementara saham semikonduktor, CSIH30184 naik 0,7%.

Analis HSBC mengatakan bahwa peningkatan pengeluaran Cina, terutama untuk bidang sains, teknologi, teknik dan matematika yang didukung dengan kebijakan pemerintah di Beijing, sangat mungkin terjadi di periode ketiga kepemimpinan Xi.

Dalam pidatonya, Xi menyebutkan, banyak industri Cina yang digambarkannya telah mencapai terobosan selama dekade terakhir, termasuk produksi pesawat besar, penerbangan luar angkasa, navigasi satelit - yang kesemuanya bergantung pada dukungan negara.

Venture Capital (VC) telah diizinkan untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan chip Cina, di mana perusahaan-perusahaan tersebut menerima lebih dari 30 miliar dolar AS tunai VC antara  tahun 2020-2021, demikian menurut perusahaan riset investasi Cina, CVInfo. Perusahaan chip yang didukung negara juga bebas membeli dan menjual barang dan persediaan sesuai permintaan pasar, agar bisa bersaing dengan produk luar negeri.

Sementara dukungan ini telah mendorong munculnya perusahaan raksasa potensial seperti Semiconductor Manufacturing International Corp (0981.HK) dan Yangtze Memory Technologies Co Ltd, namusn sejauh ini tidak ada perusahaan chip domestik Cina yang bisa meraih dominasi global pada tingkat paling maju, dan sektor ini tetap sangat bergantung pada teknologi asing.

Sejumlah kegagalan yang mahal

Pada tahun 2017, pemerintah daerah di Wuhan dan investor di Beijing menempatkan puluhan miliar yuan di Manufaktur Semikonduktor Hongxin Wuhan, pabrik chip yang berjanji untuk memproduksi 30.000 wafer(elektronik) per bulan. Namun pabrik itu ditutup pada tahun 2021 karena masalah keuangan.

Menjelang kongres Partai Cina, sejumlah orang yang berafiliasi dengan dana chip nasional Cina, yang sejauh ini telah mengumpulkan 342,7 miliar yuan atau setara 47,6 miliar dolar AS, kini diawasi di bawah penyelidikan tuduhan korupsi.

Analis Tianfeng Securities Song Xuetao dan Zhang Wei mencatat bahwa Xi dalam pidatonya menyerukan Cina untuk "membangun sistem baru yang keseluruhannya dipimpin negara" untuk teknologi, merupakan satu langkah mundur dari bagaimana ia mendesakkan pembanguann sistem untuk inovasi teknologi. yang "berbasis perusahaan" dan "berbasis pasar" di tahun 2017. Khususnya untuk sektor chip, "mungkin ada perubahan model yang cukup besar di masa depan, dari yang digerakkan oleh pasar menjadi yang digerakkan oleh modal nasional," kata para analis dalam laporan penelitian.

afp/reuters(ap/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya