Cina Upayakan “Penyatuan Kembali Secara Damai” dengan Taiwan
21 September 2022
Cina menyatakan akan mengupayakan secara maksimal “penyatuan kembali secara damai” dengan Taiwan, setelah retorika tentang status negara pulau itu kembali menyulut ketegangan antara Cina dan Barat.
Iklan
Cina bersedia melakukan "upaya maksimal” untuk "penyatuan kembali secara damai” dengan Taiwan, kata seorang juru bicara pemerintah Cina pada Rabu (21/9), setelah berminggu-minggu manuver militer dan latihan perang oleh Beijing dekat pulau itu.
Cina sejak dulu mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, sekalipun Taiwan memiliki pemerintahan sendiri yang dipilih secara demokratis. Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Cina dan mengatakan, hanya penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. Cina telah melakukan latihan militer di dekat Taiwan sejak awal bulan lalu. Sebelumnya, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taipei, dan menyulut kemarahan Cina, yang menembakkan rudal ke perairan dekat Taiwan.
Ma Xiaoguang, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Cina, mengatakan pada konferensi pers di Beijing menjelang Kongres Partai Komunis, bahwa Cina bersedia melakukan upaya terbesar untuk mencapai "penyatuan kembali secara damai”. Kongres Partai Komunis Cina yang digelar sekali dalam lima tahun akan berlangsung bulan depan.
Cina tetap mengklaim Taiwan sebagai provinsinya
"Tanah air harus dipersatukan kembali dan pasti akan dipersatukan kembali," kata Ma Xiaoguang. Tekad Cina untuk melindungi wilayahnya tidak tergoyahkan, tambahnya. Cina telah mengusulkan model "satu negara, dua sistem" untuk Taiwan, mirip dengan formula yang berlaku di Hong Kong, saat pulau itu dikembalikan oleh Inggris kepada Cina pada 1997. Tapi perkembangan di Hong Kong kemudian ternyata sama dengan yang terjadi di Cina daratan. Beijing memberlakukan sistem yang sangat represif, menangkapi oposisi serta menindas segala bentuk protes dan kebebasan berpendapat.
Iklan
Ma Xiaoguang mengatakan Taiwan dapat memiliki "sistem sosial yang berbeda dari daratan" yang memastikan cara hidup mereka dihormati, termasuk kebebasan beragama, tetapi itu "di bawah prasyarat untuk memastikan kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan".
Semua partai politik utama Taiwan telah menolak proposal itu, menurut jajak pendapat, terutama setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada tahun 2020 setelah kota itu diguncang protes anti-Beijing.
Cina juga selalu menunjukkan kekuatan militernya untuk menekan Taiwan, dan pada tahun 2005 mengesahkan undang-undang yang memberi negara itu dasar hukum untuk tindakan militer terhadap Taiwan, jika negara pulau itu secara resmi menuntut pengakuan internasional dan mengukuhkan pemisahan diri dari Cina daratan. Hingga kini, kebanyakan negara, termasuk Indonesia, tidak mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat karena takut ancaman Cina.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Taiwan tolak klaim kedaulatan Cina
Cina telah menolak untuk berbicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sejak dia pertama kali menjabat tahun 2016, karena menganggap dia seorang "separatis". Tsai-Ing-wen telah berulang kali menawarkan untuk berbicara atas dasar kesetaraan dan saling menghormati. Sementara, pendahulu Tsai Ing-wen, Ma Ying-jeou, pernah mengadakan pertemuan penting dengan Presiden Cina Xi Jinping di Singapura tahun 2015.
Qiu Kaiming, kepala departemen penelitian di Kantor Kerja Taiwan, mengatakan pertemuan X jionping dan-Ma Ying-jeou menunjukkan adanya "fleksibilitas strategis" soal Taiwan. Itu "menunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang Cina di kedua sisi Selat benar-benar bijaksana dan cukup mampu memecahkan masalah mereka sendiri", tambahnya.
Pemerintah Taiwan menegaskan, karena pulau itu tidak pernah diperintah oleh Republik Rakyat Cina, maka klaim kedaulatan Cina atas Taiwan tidak berlaku. hp/yf (rtr, ap)