Citra Satelit Ungkap Penyebab Letusan Gunung Agung di Bali
14 Februari 2019
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Universitas Bristol, Inggris ungkap hasil riset ilmiah, mengapa Gunung Agung di Bali meletus pada November 2017, setelah lebih 50 tahun mengalami dormansi.
Iklan
Temuan yang diterbitkan di jurnal Nature Communications ini dapat memiliki implikasi penting untuk meramalkan letusan di masa depan di daerah tersebut. Salah satu yang terpenting adalah, ditemukannya bukti geofisika, kemungkinan sistem pipa vulkanik yang saling terhubung antara gunung Agung dengan gunung Batur.
Letusan Gunung Agung sebelumnya pada tahun 1963 menewaskan hampir 2.000 orang dan diikuti oleh letusan-letusan kecil di gunung berapi tetangganya, Gunung Batur. Karena peristiwa masa lalu ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan di abad ke-20, upaya besar dikerahkan oleh komunitas ilmuwan untuk memantau dan memahami bangunnya kembali aktivitas Gunung Agung.
Dalam erupsi terbaru November 2017, dua bulan sebelum letusan, tiba-tiba terjadi peningkatan sejumlah gempa kecil di sekitar gunung berapi yang tidur selama 54 tahun itu. Peristiwa itu memicu evakuasi sekitar 100.000 orang.
Menggunakan citra satelit Sentinel-1
Tim ilmuwan dari Fakultas Ilmu Kebumian Universitas Bristol, yang dipimpin oleh Dr. Juliet Biggs menggunakan citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memantau deformasi tanah di Gunung Agung.
Biggs menjelaskan: "Dari pemantauan jarak jauh, kami dapat memetakan setiap gerakan tanah, yang mungkin merupakan indikator bahwa magma segar bergerak di bawah gunung berapi."
Dalam studi terbaru, yang dilakukan bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Indonesia (CVGHM), tim ini mendeteksi kenaikan sekitar 8-10 cm di sisi utara gunung berapi selama periode aktivitas gempa bumi yang hebat.
Gunung Agung Terbangun Dari Tidur
Setelah membisu sejak 2017, Gunung Agung kembali aktif dan memuntahkan debu panas ke langit pulau Dewata. Meski sudah mereda, warga tetap diminta waspada menyusul kemungkinan erupsi lanjutan
Foto: Reuters/J. P. Christo
Perdana di 2018
Untuk pertamakalinya tahun ini Gunung Agung memuntahkan abu panas setinggi 2.500 meter ke langit Bali. Akibatnya bandar udara I Gusti Ngurah Rai pun sempat ditutup untuk sementara. Penutupan berlaku pada Jumat, 29 Juni, mulai pukul 03.00 WITA hingga 19.00 WITA. Saat berita ini diturunkan sejumlah maskapai telah melanjutkan penerbangan.
Foto: Reuters/J. P. Christo
Kegiatan Pariwisata Tertunda
Penutupan bandara dilakukan berdasarkan aduan pilot. Direktorat Navigasi Penerbangan di Kementerian Transportasi sempat menerbitkan larangan terbang di ketinggian 15 ribu hingga 23 ribu kaki di atas permukaan laut. Adapun kementerian Pariwisata mengklaim sebanyak 40.000 wisatawan terkena dampak, antara lain menyusul pembatalan 276 penerbangan.
Foto: AFP/Getty Images/S. Tumbelaka
Jaminan Pulang buat Wisman
Menteri Pariwisata Arief Yahya memastikan para penumpang yang gagal terbang menyusul penutupan Bandara Ngurah Rai telah diantar ke Bandara Juanda, Surabaya atau Pelabuhan Padang Bai melalui jalur darat secara cuma-cuma. "Hari ini sudah diberangkatkan ke Juanda dan Padang Bai, semuanya gratis," ujar Arief kepada CNN Indonesia, Jumat (29/6).
Foto: Reuters/J. P. Christo
Abu Tak Berhembus Lama
Aktivitas vulkanik Gunung Agung sendiri hanya berlangsung singkat. Setelah lebih dari 24 jam meluapkan abu panas, gunung setinggi 3031 mdpl itu mulai membisu. Akibatnya warga kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga mengakui situasi teranyar menurunkan risiko kemungkinan terjadinya erupsi.
Foto: picture alliance/dpa/F. Lisnawati
Siaga di Level Tiga
Meski demikian pemerintah tetap meminta warga bersikap waspada. Pasalnya Gunung Agung bisa sewaktu-waktu kembali memuntahkan awan panas atau bahkan erupsi. Sebab itu hingga kini situasi di Gunung Agung masih ditetapkan di level 3 alias siaga.
Foto: Reuters/J. P. Christo
Ancaman Berupa Erupsi Senyap
Sejak pertama kali meletus pada 1808, Gunung Agung hanya mengalami beberapa erupsi kali sebelum meletus pada 2017 yang memaksa lebih dari 120.000 penduduk untuk mengungsi. Kali ini BMKG memperkirakan erupsi mini pada Gunung Agung bersifat efusif yang berarti mengalirkan lava panas ke dalam kawah. Menurut ilmuwan, situasi ini sewaktu-waktu bisa berkembang menjadi erupsi.
Foto: Reuters/J. P. Christo
6 foto1 | 6
Sistem pipa yang terhubung
Dr. Fabien Albino, dari Bristol School of Earth Sciences menambahkan: "Yang mengejutkan adalah kami memperhatikan bahwa baik aktivitas gempa dan sinyal deformasi tanah terletak lima kilometer dari puncak, yang berarti bahwa magma bergerak ke samping serta vertikal ke atas."
Ditambahkannya: "Studi kami memberikan bukti geofisika pertama bahwa Gunung Agung dan Gunung Batur mungkin memiliki sistem pipa vulkanik yang terhubung."
Tim peneliti menyebutkan: "Temuan ini memiliki implikasi penting bagi peramalan letusan dan bisa menjelaskan terjadinya letusan simultan seperti pada tahun 1963."
Studi tersebut didanai oleh Pusat Pengamatan dan Pemodelan Gempa Bumi, Gunung Berapi, dan Tektonik (COMET), sebuah pusat penelitian terkemuka dunia yang berfokus pada proses tektonik dan vulkanik dengan menggunakan teknik observasi bumi.
Potensi letusan Gunung Agung menyergap warga Bali dalam kekhawatiran. Sebanyak 75.000 penduduk telah dievakuasi ke kamp pengungsi. Wisatawan asing diminta waspada dan hotel mulai kehilangan pelanggan.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Yusuf
Pariwisata Dibayangi Erupsi
Wisatawan memantau situasi Gunung Agung menyusul aktivitas vulkanik yang menguat sejak beberapa hari terakhir. Meski belum berdampak secara signifikan, denyut pariwisata di Bali mulai melemah lantaran kekhawatiran terhadap erupsi.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Evakuasi Sejak Dini
Sebanyak 75.000 orang telah dievakuasi dari radius 12 kilometer di sekitar Gunung Agung. Namun begitu sejumlah kecil penduduk masih memilih bertahan.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Budhiana
Pengungsi di Kampung Sendiri
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan pemerintah dan sejumlah organisasi bantuan membangun 377 kamp pengungsi untuk penduduk di kaki Gunung Agung. Sebagai langkah pengamanan, BNPB juga mengevakuasi 14.000 penduduk di luar zona evakuasi.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Yusuf
Letusan Tinggal Hitungan Hari
Sejak beberapa hari terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mencatat sekitar 564 getaran atau gempa kecil yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik di Gunung Agung. Pakar menilai pergerakan magma di perut gunung hampir mencapai permukaan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Sejarah Berulang?
Terakhir kali meletus tahun 1963, Gunung Agung memuntahkan debu vulkanik hingga ke ketinggian 20 kilometer dan lava sejauh 7,5 kilometer. Abu dari letusan Gunung Agung dilaporkan mencapai Jakarta yang berjarak hampir 1.000 kilometer. Sekitar 1.000 manusia meregang nyawa kala itu.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Bantuan Mulai Mengalir
Saat ini BNPB telah mulai menyalurkan bantuan berupa 640.000 masker, 12.500 kasur, 8.400 selimut dan 50 tenda raksasa. Pemerintah pusat juga telah menyiapkan dana hingga 900 milyar Rupiah untuk membantu penduduk jika Gunung Agung meletus.