1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Clinton dan Obama Lakukan Debat TV Terakhir

17 April 2008

Rabu (16/04), Hillary Clinton dan Barack Obama berhadapan langsung dalam debat televisi terakhir menjelang pemilihan awal Pennsylvania.

Hillary Clinton (kiri) dan Barack Obama (kanan) masing-masing berambisi jadi calon tunggal kubu DemokratFoto: AP

Hillary Clinton sebenarnya tidak suka pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan ya atau tidak yang diajukan pembawa acara stasiun siaran ABC.

"Menurut Anda, dapatkah Senator Obama mengalahkan calon kubu Republik John McCain?"

Hillary Clinton menjawab pertanyaan ini dengan ulasan detil. Ia menyatakan, McCain adalah calon yang luar biasa. Tentu dibutuhkan lawan dari kubu Demokrat yang tak kalah handal untuk memenangkan Gedung Putih, begitu Clinton. Pembawa acara yang tak puas dengan jawaban tesebut kembali bertanya: "Dapatkah Senator Obama mengalahkan McCain?"

Hillary Clinton tak urung menarik nafas dan menjawab pertanyaan tersebut: "Yes, yes, yes."

Walau jawaban Clinton positif, namun ia tak mampu menyembunyikan pendapat sebenarnya. Walau Barack Obama adalah seorang politisi muda yang handal, tapi bila berhadapan dengan veteran perang Vietnam John McCain, Obama membuka terlalu banyak peluang untuk diserang.

Belakangan, Obama memang beberapa kali tergelincir. Salah satu pernyataan senator kulit hitam itu misalnya bahwa pekerja dengan latar belakang sosial lemah cenderung mengandalkan senjata api, fanatisme agama dan kebencian terhadap warga pendatang. Pernyataan ini kontan memancing reaksi keras calon Republik John McCain dan pesaing Obama dari partainya sendiri Hillary Clinton.

Dalam debat televisi, Obama berupaya menjelaskan maksud di balik pernyataan tersebut. Ia mengatakan, bila rakyat Amerika merasa ditelantarkan oleh Washington maka mereka cenderung mencari pegangan yang lebih konstan, seperti misalnya agama.

Tapi Clinton menolak generalisasi seperti itu. Kakek Hillary Clinton yang berasal dari Pennsylvania sangat relijius, tapi itu tidak ada kaitannya dengan ketidak-puasan terhadap politik pemerintah pusat, begitu dalih Clinton. Secara keseluruhan, bekas ibu negara Hillary Clinton memang tampak tenang dan tegas dalam debat televisi stasiun siaran ABC.

Sebaliknya, Obama sempat agak terpojok saat ditanya mengenai hubungannya dengan pendeta Jeremiah Wright. Wright berpendapat, sikap Amerika Serikat yang agresiflah yang memancing serangan teror terhadap Gedung World Trade Center tanggal 11 September 2001.

"Saya tidak tahu-menahu tentang pernyataan itu, karena waktu itu saya tidak ada di gereja", demkian Obama. Ia menambahkan, walau Pendeta Jeremiah Wright kritis terhadap Amerika, tapi Wright tetap seorang patriot. Pernyataan Obama ini riskan, karena di masa depan mungkin akan digunakan lawan politiknya untuk memojokkan senator kulit hitam itu.

Paling tidak, dalam satu hal, kedua calon kubu Demokrat sepakat. Baik Clinton maupun Obama bertekad untuk menarik pasukan Amerika dari Irak secepat mungkin.

"Presidenlah yang menentukan misi di Irak," demikian Obama. Bukan seorang jendral bernama Petraeus yang diandalkan Presiden Bush. Hillary Clinton, rival terberat Obama dalam persaingan menuju Gedung Putih hanya mengangguk setuju mendengar pernyataan Obama itu.(zer)