1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Clinton Tegaskan Sikap AS Tentang Hamas

3 Februari 2009

Ada kegairahan baru di Timur Tengah mengenai pemerintahan Barack Obama. Namun sikap AS terhadap Hamas tetap tak berubah. Itu ditegaskan Menlu Clinton dan Mitchell, utusan khusus yang baru pulang dari Timteng

Menlu AS Clinton bersama Menlu Jerman SteinmeierFoto: AP
Pemerintahan presiden Barack Obama memenuhi janjinya semasa kampanye untuk menjadikan masalah Palestina-Israel sebagai salah satu prioritas terpenting kebijakan luar negerinya. Itu dibuktikan dengan diberangkatkannya utusan khusus George Mitchell ke kawasan timur Tengah dan Eropa, hanya beberapa hari setelah dilantik. Dalam jumpa pers bersama Menteri Luar negeri Hillary Clinton, di Washington hari Selasa, George Mitchell dengan bercanda mengatakan, ia sama sekali tak mengira bahwa harus melakukan lawatan sesegera itu. Jumpa pers digelar hanya sehari setelah tibanya kembali George Mitchel di Washington. Namun dalam kesempatan itu Menteri Luar Negeri Hillary Clinton sudah menegaskan, bahwa utusan khususnya itu akan segera kembali ke Timur Tengah di bulan ini juga. Karena kondisinya sangat membutuhkan upaya intensif dan berkelanjutan. Disebutkan Clinton: "Kami akan berusaha bekerjasama dengan semua pihak yang terlibat untuk membantu mereka mencapai kemajuan menuju suatu kesepakatan bersama yang bisa mengakhiri konflik Israel dan Palestina. Serta menciptakan sebuah negara Palestina yang merdeka dan berfungsi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, seraya memberikan Israel suatu keamanan dan perdamaian yang mereka cita-citakan." Clinton menyebut, keamanan Israel di satu sisi, dan berdirinya negara Palestina di lain sisi, merupakan satu-satunya pemecahan masalah Timur Tengah. Kendati jalan ke arah itu amatlah rumit. Utusan khusus Amerika untuk urusan Timur Tengah George Mitchell yang berbicara sesudah Clinton menggambarkan: "Situasinya jelas rumit dan sulit. Tidak ada langkah atau tindakan yang gampang dijalankan atau bebas dari risiko. Namun saya yakin, setelah melakukan kunjungan di sana selama sepekan, bahwa dengan kesabaran, tekad kuat dan berbagai upaya diplomasi, kami akan memetik hasil. Dan bahwa kami bisa mendampingi semua pihak di kawasan itu untuk mencapai perdamaian dan stabilitas yang mereka kehendaki. Memang luar biasa rumit. Namun semua pihak di kawasan itu mengakui bahwa diplomasi Amerika bisa, dan saya yakin akan mampu membantu menjembatani berbagai perbedaan untuk bergerak maju ke arah perdamaian dan stabilitas yang diinginkan semua orang" Betapapun, menurut George Mitchell, para pemimpin di Timur Tengah diliputi oleh suatu kegairahan lain, berkaitan dengan pemerintahan baru Amerika. Masalahnya, sejauh ini seluruh upaya perundingan damai Timur Tengah hanya melibatkan pemerintahan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Sementara kelompok Hamas diabaikan. Padahal Hamas adalah pemenang pemilu parlemen Palestina, dan kini praktis menguasai Jalur Gaza setelah mengusir faksi Fatah Juni 2007. Tentang hal itu, Menlu Clinton mengulangi ketegasan sikap Amerika Serikat: "Kami memiliki garis kebijakan yang jelas mengenai Hamas, dan Hamas mengetahui persyaratan yang kami tetapkan. Mereka mesti menghentikan kekerasan, mereka mesti mengakui Israel, dan mereka mesti menyatakan patuh pada seluruh perjanjian damai yang sudah ditandatangani oleh Otoritas Palestina. Persyaratan-persyaratan kami terkait Hamas belum dan tidak akan berubah " Clinton menegaskan lagi, bahwa Hamas juga harus menghentikan seluruh serangan roketnya ke wilayah Israel. Faktanya di hari Senin dan Selasa kemarin Hamas masih terus meluncurkan roketnya. Menurut Clinton, sulit sekali untuk mendesak negara manapun untuk berdiam diri, jika mengalami ancaman yang begitu konsisten. Jadi menurut Clinton, kuncinya ada pada Hamas. Kembali Hillary Clinton: "Kami tidak bisa menerawang masa depan, untuk mengetahui apakah akan ada perubahan sikap di pihak Hamas untuk memenuhi persyaratan kami. Namun jelas jalan ke arah itu sudah tersedia untuk mereka ikuti" Pada hari Selasa itu juga, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton bertemu dua menteri luar negeri Uni Eropa dalam kesempatan terpisah. Yakni Menteri Luar Negeri David Milband dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier. Kepada Steinmeier, Hillary Clinton menegaskan bahwa Amerika membutuhkan peran Jerman untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan. (gg)