Clubhouse Terima Suntikan Dana hingga Rp 58,2 Triliun
19 April 2021
Aplikasi obrolan audio Clubhouse menutup penggalangan dana seri C pada Minggu (18/04). Belum diketahui jumlah dana yang terkumpul, tetapi seorang sumber menyebut valuasi perusahaan mencapai $ 4 miliar (Rp 58,2 triliun).
Iklan
Perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz memimpin putaran pendanaan Clubhouse terbaru, dengan partisipasi investor DST Global, Tiger Global, dan pengusaha Elad Gil.
Pihak Clubhouse dan Andreessen Horowitz tidak memberikan rincian nilai pendanaan barunya. Namun, salah seorang sumber menginformasikan kepada Reuters, total dana yang didapatkan membuat valuasi perusahaan mencapai $ 4 miliar (Rp 58,2 triliun).
"Kegemparan terhadap media sosial baru tersebut ternyata tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan, setelah mendapatkan tambahan modal pada Januari lalu. Kehebohan ini juga membuat server mengalami kesulitan dengan banyaknya jumlah pengguna," bunyi pernyataan perusahaan yang dilansir AFP (19/04).
Pada awal bulan ini, Bloomberg mengatakan Twitter Inc (TWTR.N) berniat membeli aplikasi tersebut dengan valuasi $ 4 miliar.
Clubhouse dimanfaatkan pesohor dan aktivis pro-demokrasi
Diluncurkan tahun lalu, platform yang berbasis di San Francisco ini ingin memantapkan dirinya sebagai "pembawa standar" untuk audio digital dan telah menginspirasi produk peniru dari Facebook dan Twitter. Popularitas kian melonjak setelah Elon Musk dan Mark Zuckerberg turut menggunakannya.
Saluran ruang yang dibuka untuk membahas Raja Vajiralongkorn, kritik terhadap kerajaan, hingga menjadi sarana unjuk rasa telah menarik banyak pendengar dan menjadi sangat populer.
Negara yang Pernah Batasi Media Sosial Dalam Keadaan Darurat
Heboh WhatsApp, Facebook dan Twitter tidak bisa diakses pasca-kisruh 22 Mei ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara lain ternyata juga pernah melakukan hal serupa. Negara mana saja dan apa alasan pemblokiran?
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Indonesia
61.000 akun Whatsapp, 640 akun Instragram, 848 akun Twitter, 551 akun facebook diblokir pascakerusuhan akibat penolakan hasil Pemilu 2019. Warganet juga terkena imbas karena akses sosial media dibatasi. Meski ada saja netizen yang coba mengakses internet melalui VPN. Menurut Menkominfo Rudiantara ini adalah cara agar berita hoaks dan gambar provokatif tidak beredar memperkeruh suasana.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Sri Lanka
Akibat banyaknya berita hoaks tersebar pasca-peristiwa bom bunuh diri Paskah (21/04), pemerintah Sri Lanka menutup jejaring sosial Facebook, Twitter, YouTube, Instagram dan WhatsApp selama 9 hari. Bom yang menewaskan 258 orang dan menyebabkan 500 orang terluka diduga didomplengi ISIS. Banyak yang mengaku menggunakan VPN dan TOR agar tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat dekat.
Foto: Getty Images/L. Wanniarachchi
Bangladesh
Pemerintah menghentikan layanan internet 3G dan 4G sebelum pemilu untuk jaga keamanan negara dan mencegah penyebaran desas-desus, menurut Asisten Direktur Senior BTRC, Zakir Hossain Khan Desember 2018 lalu. Bangladesh bahkan menutup akses terhadap portal berita populer, Poriborton.com Selasa (21/05) karena laporannya menyebabkan kemarahan badan intelijen militer Bangladesh
Foto: DW/A. Islam
Sudan
Awal Januari 2019, pemerintah Sudan juga menutup akses media sosial populer setelah kerusuhan berlangsung selama dua minggu. Saat itu, warga protes agar Presiden Omar Al-Bashir turun dari jabatannya setelah berkuasa 20 tahun. Menurut Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Nasional Sudan, Salah Abdallah, pemblokiran sosial media sudah jadi bahan perbincangan sejak kisruh terjadi 21 Desember 2018.
Foto: Reuters/M. Nureldin Abdallah
Iran
Sejak 2018, aplikasi Telegram diblokir pemerintah karena dianggap telah digunakan sejumlah pihak anti-pembangunan di Iran. 40 dari 46 juta pengguna media sosial di Iran menggunakan Telegram untuk banyak hal, mulai dari berjualan pakaian hingga mencari dokter. Media sosial seperti Facebook dan Twitter sudah ditutup sejak tahun 2009.
Foto: picture alliance/dpa/D. Feoktistov/TASS
Rusia
Pertengahan tahun 2018, pemerintah Rusia juga menutup akses Telegram, aplikasi pesan instan yang dianggap aman dan terenkripsi baik. Bahkan pemerintah mengancam pemblokiran akses VPN untuk mengakses situs terlarang. Badan sensor Rusia telah mengirim notifikasi pemblokiran oleh 10 penyedia VPN di Rusia, di antaranya seperti KNordVPN, Hide My Ass! dan Kaspersky Secure Connection sejak April 2018.
Foto: picture alliance/dpa/V. Prokofyev
Cina
Cina memiliki platform media sosial sendiri yang dikelola oleh negara, seperti WeChat, Weibo, QQ dan YouKu. Media sosial besar seperti Facebook, YouTube dan WhatsApp tidak bisa diakses. Lewat sistem poin (scoring system), kebebasan berekspresi baik melalui media sosial maupun telepon kini dimonitor penuh oleh pemerintah. Ed: ss/ts (Reuters, AFP)
Produk yang mirip dengan aplikasi Clubhouse ini akan memungkinkan para pengguna mendengarkan sekaligus berinteraksi dengan pembicara di "panggung" virtual.
Selain itu, Facebook juga akan meluncurkan produk yang memungkinkan penggunanya merekam pesan suara singkat dan mempostingnya di laman pribadi mereka.
Pengumuman memang direncanakan akan dilakukan pada hari Senin (19/04) waktu setempat, tetapi beberapa produk tidak langsung muncul untuk sementara waktu.
Sebelumnya Facebook mulai melakukan uji publik atas aplikasi baru Hotline pada awal bulan ini. Produk tanya jawab ini menggabungkan audio dengan elemen teks dan video.