COP27: Emisi Karbon Bahan Bakar Fosil Capai Rekor Tertinggi
11 November 2022
Pemulihan pandemi dan peningkatan penggunaan batu bara di tengah perang Ukraina adalah pendorong signifikan di balik emisi karbon.
Iklan
Ilmuwan iklim memperingatkan pada Jumat (11/11) bahwa emisi karbon dioksida berbahaya dari bahan bakar fosil akan naik 1% lebih banyak tahun ini. Hal itu mendorong angka emisi karbon tersebut ke titik tertinggi sepanjang masa.
Para ilmuwan dari Global Carbon Project mengatakan pada COP27, sebuah KTT iklim tahunan PBB yang diadakan di Mesir hingga 18 November 2022, bahwa emisi menurun pada tahun 2020 karena pembatasan yang diberlakukan selama pandemi COVID-19.
Namun, tren itu tidak bertahan lama. Para ilmuwan mengatakan penurunan emisi pada tahun 2020 sebesar -5,2% akibat pandemi, dengan cepat terhapus oleh peningkatan emisi 5,6% pada tahun 2021.
Emisi karbon dioksida global dari bahan bakar fosil telah tumbuh 0,6% per tahun selama 10 tahun terakhir.
Emisi batu bara berpotensi capai titik tertinggi baru
Angka-angka studi Global Carbon Project dan temuan lainnya diterbitkan dalam laporan pada Jumat (11/11) oleh para peneliti di Pusat Penelitian Iklim Internasional (CICERO) yang berbasis di Norwegia.
Laporan itu mengatakan batu bara masih menjadi sumber utama emisi karbon dioksida. Disebutkan juga bahwa tahun ini, emisinya berpotensi melebihi puncaknya pada 2014 lalu.
Emisi dari penggunaan minyak juga diperkirakan akan tumbuh tahun ini karena adanya peningkatan penerbangan internasional setelah pandemi. Namun, angka penggunaan minyak tetap di bawah level 2019.
Mengurangi Emisi Global
Kalangan pakar berkali-kali menekankan bahwa emisi gas rumah kaca global terus meningkat. Tanpa perubahan yang radikal, generasi penerus akan hidup di bumi yang jauh lebih hangat. Namun ini masih bisa dicegah.
Foto: dapd/O. Lang
Membantu Generasi Penerus
Tren kenaikan emisi gas rumah kaca masih bisa dibalikkan. Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), energi terbarukan dapat memenuhi hampir 80 persen kebutuhan energi global pada tahun 2050.
Foto: Frederico di Campo - Fotolia.com
CO2: Keprihatinan Utama
Karbondioksida dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Kalau manusia terus menghasilkan CO2 seperti sekarang, rata-rata suhu bumi akan naik 6 derajat Celsius pada akhir abad ini, menurut temuan sebuah studi.
Foto: dapd/O. Lang
Harus Berpikir Ulang
Meski ingin keluar dari energi nuklir, Jerman masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil. Menurut IPCC, umat manusia hanya dapat menghentikan pemanasan global dengan meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Karena alasan ini, 80-90 persen cadangan batubara, minyak bumi dan gas yang masih ada tidak boleh disentuh.
Foto: Sean Gallup/Getty Images
Energi Bebas CO2
Tim riset dari Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman (DLR) memprediksi kombinasi sumber energi global pada tahun 2050. Dari total energi yang dibutuhkan, 28 persen bisa tertutupi oleh tenaga surya, 24 persen datang dari energi panas bumi, 15 persen dari biomassa, 10 persen terpenuhi dari tenaga angin dan 4 persen dari tenaga air.
Foto: picture-alliance/dpa
Membangun ke Atas
Teknologi yang diperlukan untuk transisi energi global sudah tersedia. Nantinya lebih banyak rumah akan terlihat seperti Solar Settlement ini di Freiburg, bagian barat daya Jerman. Dalam komunitas 59 rumah ini, setiap bangunan memproduksi lebih banyak energi ketimbang yang dikonsumsi.
Foto: Rolf Disch Solararchitektur
Harus Lebih Efisien
Kompleks menara dari tahun 1968 ini baru saja diinsulasi ulang dan setiap apartemen dilengkapi sistem ventilasi baru, mengurangi biaya energi hingga 80 persen. Bangunan ini juga terletak di Freiburg.
Foto: PresseCompany GmbH Stuttgart/DW Fotomontage
Aturan Penghematan Energi
Standar aturan dan standar energi juga dapat membantu menghemat penggunaan energi. Lampu LED modern hanya membutuhkan sepersepuluh energi yang diperlukan bohlam lampu tradisional. Pelarangan secara bertahap dalam menjual bohlam tradisional di Uni Eropa telah berhasil mempercepat peralihan.
Foto: Lightcycle.de
Efisiensi Skala Besar
Taman energi angin ini memenuhi kebutuhan energi sekitar 1.900 rumah di Jerman. Tenaga angin saat ini menyuplai 30 persen kebutuhan listrik di Denmark, 10 persen di Jerman dan 3 persen di Cina. Di tingkat global, energi angin merupakan sumber energi yang berpotensi besar untuk tumbuh.
Foto: Jan Oelker
Tumbuh Tanpa Pemanasan Global
Seperti di Ethiopia, pekerjaan baru dan energi murah tanpa emisi CO2 adalah sesuatu yang mungkin, menurut para ahli. Tidak hanya penting dalam menghentikan pemanasan global, namun mereka berargumen bahwa transisi ke ekonomi hijau juga dapat membantu pembangunan serta pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
Foto: Stiftung Solarenergie
9 foto1 | 9
Emisi didorong oleh perang di Ukraina, hingga pemulihan pandemi
Glen Peters, Direktur Riset di CICERO dan salah satu penulis studi tentang proyeksi karbon, menjelaskan bahwa emisi dari batu bara dan gas didorong oleh peristiwa di Ukraina, sedangkan emisi dari minyak lebih didorong oleh pemulihan dari pandemi COVID-19.
Peters mengatakan bahwa emisi saat ini di angka 5% di atas kesepakatan Perjanjian Paris. "Anda harus bertanya: Kapan emisi akan turun?," katanya.
Para pemimpin global sepakat untuk menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada tahun 2016, tetapi gagal berkomitmen untuk melakukan tindakan untuk menghentikan pemanasan.