Crystal. Kata itu beri kesan murni. Banyak orang yang berpesta, minum narkotika buatan ini. Metamfetamin harganya murah. Orang cepat "high". Tapi di belakang Crystal ada efek mengerikan. Sekali jatuh tidak bisa selamat.
Iklan
Siapa yang pernah bermimpi untuk selalu berenergi, merasa seperti pahlawan, bisa bergerak lincah tanpa merasa lemah, bertenaga selama 30 jam tanpa merasa lelah atau tanpa merasa lapar? Crystal Speed, yang juga dikenal dengan sebutan Meth atau Crystal memungkinkan itu. Metamfetamin termasuk obat bius dan tampaknya menawarkan banyak keuntungan. Obat bius ini mudah diperoleh. Harganya tidak mahal. Khasiatnya bisa lama dirasakan dan mudah dibuat.
Di laboratorium tempat membuat obat bius, tablet penyembuh influensa yang mengandung pseudoefedrin dan bisa dibeli di apotik tanpa resep, dicampur dengan cairan yang bisa dibakar. Tetapi banyak pembuat obat bius juga mencampur pecahan kaca yang dihaluskan seperti tepung, agar tampaknya lebih banyak. Akibat serbuk gelas itu, atau bahan campuran lain yang merusak tubuh, selaput lendir di dalam tubuh rusak, sehingga efek stimulasi obat itu bisa lebih cepat.
Jokowi dan Ilusi Hukuman Mati
Presiden Jokowi menggunakan hukuman mati sebagai jurus andalan dalam perang melawan narkoba. Padahal berbagai studi ilmiah membuktikan hukuman mati tidak mampu menurunkan angka kejahatan. Oleh Rizki Nugraha
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
Keyakinan Jokowi
Gigih cara Presiden Joko Widodo membela hukuman mati. Indonesia berada dalam darurat narkoba, dalihnya, meski angka kematian akibat narkoba jauh lebih rendah ketimbang rokok atau akibat kecelakaan lalu lintas. Tapi realitanya hukuman mati adalah hukum positif di Indonesia dan dia yakin, membunuh pelaku bisa menciptakan efek jera buat yang lain. Benarkah?
Foto: Reuters/Olivia Harris
Pepesan Kosong
Studi ilmiah di berbagai negara menyebutkan sebaliknya. Hukuman mati tidak serta merta mampu mengurangi kriminalitas. Sebuah penelitian di Amerika Serikat oleh American Civil Liberties Union bahkan menemukan negara bagian yang menerapkan hukuman mati justru mengalami peningkatan tindak kriminal. Kepolisian AS juga menganggap eksekusi mati sebagai cara paling tidak efektif memerangi kriminalitas
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Sato
Jagal Paling Produktif
Hukuman mati di Indonesia adalah peninggalan era kolonial Belanda. Rajin diterapkan oleh Suharto buat melenyapkan musuh politiknya, hukuman mati kemudian lebih banyak dijatuhkan dalam kasus pembunuhan. Pada era Jokowi pemerintah aktif menggunakan hukuman mati terhadap pengedar narkoba, jumlahnya lebih dari 60 eksekusi, baik yang sudah dilaksanakan atau masih direncanakan.
Cacat Keadilan
Sejak menjabat presiden 2014 silam, Jokowi telah memerintahkan eksekusi mati terhadap lebih dari 60 terpidana. Celakanya dalam kasus terpidana mati Pakistan, Zulifkar Ali, proses pengadilan diyakini berlangsung tidak adil. Ali diklaim mengalami penyiksaan atau tidak didampingi penerjemah selama proses persidangan, tulis Jakarta Post.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Nagi
Bantuan dari Atas
Terpidana mati lain, Freddy Budiman, bahkan mengklaim mampu mengedarkan narkoba dalam skala besar dari dalam penjara berkat bantuan pejabat di kepolisian dan Badan Narkotika Nasional. Sejauh ini tidak satupun pejabat tinggi kepolisian yang pernah diselidiki terkait tudingan semacam itu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Nur
Pendekatan Keamanan
Kendati terbukti tidak efektif, pemerintahan Jokowi menjadikan hukuman mati sebagai ujung tombak dalam perang melawan narkoba. Ironisnya pemerintah terkesan belum serius menyelamatkan pengguna dari ketergantungan. Saat ini BNN cuma memiliki empat balai rehabilitasi di seluruh Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Solusi Buntu
Menurut BNN, tahun 2011 kasus penyalahgunaan narkoba mencapai hingga 2,8 juta orang. Angka tersebut naik sebesar 0,21 persen dibandingkan tahun 2008. Tapi kini tingkat penyalahgunaan narkoba diyakini meningkat menjadi 2,8 persen alias 5,1 juta orang. Padahal hukuman mati sudah rajin diterapkan terhadap pengedar narkoba sejak tahun 2004.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Uang Terbuang?
Terlebih eksekusi mati bukan perkara murah. Untuk setiap terpidana, Polri menganggarkan hingga 247 juta, sementara taksiran biaya versi Kejaksaan Agung berkisar di angka 200 juta. Artinya untuk 60 terpidana mati yang telah atau masih akan dieksekusi, pemerintah harus mengeluarkan dana hingga 15 milyar Rupiah.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/S. Images
Geming Istana
Beberapa pihak bahkan mengatakan satu-satunya yang berhasil dicapai Jokowi dengan mengeksekusi mati pengedar narkoba adalah memancing ketegangan diplomasi dengan negara lain. Namun begitu Jokowi bersikeras akan tetap melanjutkan gelombang eksekusi mati terhadap terpidana narkoba.
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
9 foto1 | 9
Bisa Buat Sendiri dengan Mudah
Di internet bahkan bisa ditemukan cara pembuatan obat itu di rumah. Orang hanya perlu obat anti influenza, dua liter air dan beberapa bahan kimia, yang bisa ditemukan di setiap rumah tangga. Misalnya pembersih pipa, asam isi baterai, racun tikus atau campuran nitrat dan amonium, seperti dalam kompres dingin yang bisa dibeli di apotik. Hasil ideal dari reaksi kimia dan campuran yang mudah meledak itu adalah serbuk kristal dan busa berwarna coklat-putih yang kemudian dibuang.
Hasil akhir proses itu warnanya sejernih kristal dari gunung, atau agak kekuningan, oranye atau merah jambu. Warnanya tergantung bahan tambahan lainnya. Untuk serbuk itu ada nama lainnya, seperti Metamfetamin, Crank, Yaba, Ice, Shabu, Meth, Pulver, Glass, Hard Pep, Crystal Ecstasy atau Tina. Sementara istilah kimianya: Natrium-Dimethylphenethylamin.
Inilah Negara Produsen Terbesar Narkoba
Afghanistan, Kolumbia, Maroko dan Myanmar adalah juara dunia produsen narkotika. Di seluruh dunia menurut laporan badan PBB UNODC, tercatat 234 juta pemakai narkoba. Setiap tahunnya 200.000 orang mati karena narkotika.
Foto: Fotolia/Roland Spiegler
Afghanistan Rajanya Opium dan Heroin
Afghanistan merupakan produsen opium terbesar sedunia yakni antara 5.000 hingga 6.000 ton opium mentah per tahun. Jika dimurnikan opium akan berubah menjadi heroin. Setelah penarikan tentara NATO tahun silam ladang poppy di Afghanistan bertambah 40 persen menjadi seluruhnya 210.00 hektar. Pasar terbesar opium dari Afghanistan adalah Amerika Serikat dan Asia.
Foto: picture alliance/AP Photo
Kolumbia Juara Dunia Kokain
Kolumbia, Bolivia dan Peru menjadi juaranya produsen kokain sedunia. Di tiga negara itu tercatat seluruhnya 135.000 hektar ladang daun koka. Produksi tahunan Kolumbia saja menurut laporan badan anti narkotika PBB-UNODC sekitar 300 sampai 400 ton setahun. Pasar kokain terbesar adalah Amerika Selatan, Amerika Utara dan Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa
Maroko Penghasil Utama Ganja
Setiap tahunnya negara di Afrika utara itu rata-rata memproduksi 1.500 ton hashis, marijuana dan ganja kering. Di seluruh Maroko terdapat sekitar 134.000 hektar ladang ganja. Penanaman ganja kini makin marak, setelah Amerika Serikat dan Meksiko melegalkan penggunaan marijuana dalam jumlah terbatas.
Foto: Abdelhak Senna/AFP/Getty Images
Myanmar Ratu Heroin Asia Tenggara
Segitiga emas Myanmar, Laos dan Kamboja adalah ratunya produksi opium dan heroin di Asia Tenggara. Produksinya sekitar 1.000 ton opium setahun. Opium dari Segitiga Emas biasanya diselundupkan ke luar lewat Thailand dan dari situ menyebar ke kawasan lain di Asia Tenggara termasuk ke Indonesia.
Foto: AP
Amerika Serikat dan Mexiko Pusat Meth
Narkoba sintetis Crystal Meth menurut UNODC saat ini konsumsinya meningkat drastis. Belum diketahui pastinya, di mana negara produsen utama, karena narkoba sintetis ini mudah dibuat di laboratorium rumahan. Data menunjukan polisi di Amerika Serikat menggerebek 12.000 laboratorium semacam itu. AS dan Meksiko menyita sekitar 80 persen dari 144 ton Meth yang berhasil disita di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/Photoshot
5 foto1 | 5
Pengalaman Hebat Ketika "High"
Konsumen obat bius menghisap kristal berbentuk bubuk itu dengan secarik kertas yang digulung. Orang juga dapat merokoknya dengan pipa, dilarutkan di air, disuntikkan ke tubuh, atau dimakan dalam bentuk tablet. Jika dihisap atau lewat suntikan, dampaknya sudah terlihat dalam lima menit. Hormon adrenalin, noradrenalin dan dopamin segera dilepas sehingga menyebabkan keyakinan diri yang lebih tinggi, mengurangi perasaan sakit dan menekan perasaan lapar serta haus.
Sebagai reaksi tubuh, pertama-tama leher akan terasa hangat, kemudian seluruh bagian tubuh. Setelah itu dampak negatif lainnya akan terasa: tidur terganggu, orang semakin agresif hingga timbul halusinasi, ketakutan, kegelisahan yang sangat kuat, mual, pendarahan pada otak, tidak sadar dan berhentinya detakan jantung akibat kekurangan cairan dan makanan. Itulah dampak ketagihan Chrystal.
Dilihat dari substansi kimianya, Crystal Meth sama dengan obat bius lainnya yang bernama Ecstasy, tetapi memiliki potensi ketagihan yang lebih besar. Dalam waktu singkat, konsumsi obat bius ini menyebabkan ketergantungan. Rusaknya tubuh dan jiwa tidak dapat dihentikan. Semakin kurangnya berat tubuh diikuti dengan proses penuaan yang berjalan sangat cepat. Kerusakan kulit dan organ-organ penting tubuh, tekanan darah tinggi, kerusakan gusi hingga tanggalnya gigi juga menjadi dampak negatif lainnya.
Di samping itu, obat bius itu juga menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diobati. Konsumen Crystal, yang menderita kehilangan ingatan dan bisa menjadi pasien di klinik psikiatri.
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan memberantas bisnis narkoba. Untuk itu ia menggunakan cara-cara brutal. Hasilnya ratusan mati ditembak dan penjara membludak.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sumpah Digong
Presiden baru Filipina, Rodrigo "Digong" Duterte, melancarkan perang besar terhadap kelompok kriminal, terutama pengedar narkotik dan obat terlarang. Sumpahnya itu bukan sekedar omong kosong. Sejak Duterte naik jabatan ribuan pelaku kriminal telah dijebloskan ke penjara, meski dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Foto: Reuters/E. De Castro/Detail
Sempit dan Sesak
Potret paling muram perang narkoba di Filipina bisa disimak di Lembaga Pemasyarakatan Quezon City, di dekat Manila. Penjara yang dibangun enam dekade silam itu sedianya cuma dibuat untuk menampung 800 narapidana. Tapi sejak Duterte berkuasa jumlah penghuni rumah tahanan itu berlipat ganda menjadi 3.800 narapidana
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Beratapkan Langit
Ketiadaan ruang memaksa narapidana tidur di atas lapangan basket di tengah penjara. Hujan yang kerap mengguyur Filipina membuat situasi di dalam penjara menjadi lebih parah. Saat ini tercatat cuma terdapat satu toilet untuk 130 tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Cara Cepat "menjadi gila"
Tahanan dibiarkan tidur berdesakan di atas lapangan. "Kebanyakan menjadi gila," kata Mario Dimaculangan, seorang narapidana bangkotan kepada kantor berita AFP. "Mereka tidak lagi bisa berpikir jernih. Penjara ini sudah membludak. Bergerak sedikit saja kamu menyenggol orang lain," tuturnya. Dimaculangan sudah mendekam di penjara Quezon City sejak tahun 2001.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Minim Anggaran
Sebuah ruang sel di penjara Quezon City sebenarnya cuma mampu menampung 20 narapidana. Tapi lantaran situasi saat ini, sipir memaksa hingga 120 tahanan berjejalan di dalam satu sel. Pemerintah menyediakan anggaran makanan senilai 50 Peso atau 14.000 Rupiah dan dana obat-obatan sebesar 1.400 Rupiah per hari untuk setiap tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sarang Penyakit
Buruknya situasi sanitasi di penjara Quezon City sering berujung pada munculnya wabah penyakit. Selain itu kesaksian narapidana menyebut tawuran antara tahanan menjadi hal lumrah lantaran kondisi yang sempit dan berdesakan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sang Penghukum
Dalam perang melawan narkoba Duterte tidak jengah menggunakan cara brutal. Sejak Juli silam aparat keamanan Filipina telah menembak mati sekitar 420 pengedar narkoba tanpan alasan jelas. Cara-cara yang dipakai pun serupa seperti penembak misterius pada era kediktaturan Soeharto di dekade 80an. Sebab itu Duterte kini mendapat julukan "the punisher."
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Membludak
Menurut studi Institute for Criminal Policy Research di London, lembaga pemasyarakatan di Filipina adalah yang ketiga paling membludak di dunia. Data pemerintah juga menyebutkan setiap penjara di dalam negeri menampung jumlah tahanan lima kali lipat lebih banyak ketimbang kapasitas aslinya.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Pecandu Mati Kutu
Presiden Duterte tidak cuma membidik pengedar saja, ia bahkan memerintahkan kepolisian untuk menembak mati pengguna narkoba. Hasilnya 114.833 pecandu melaporkan diri ke kepolisian untuk menjalani proses rehabilitasi. Namun lantaran kekuarangan fasilitas, sebagian diinapkan di berbagai penjara di dalam negeri.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Duterte Bergeming
Kelompok HAM dan gereja Katholik sempat mengecam sang presiden karena ikut membidik warga miskin yang tidak berurusan dengan narkoba. Beberapa bahkan ditembak mati di tengah jalan tanpa alasan yang jelas dari kepolisian. Seakan tidak peduli, Duterte malah bersumpah akan menggandakan upaya memberantas narkoba.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
10 foto1 | 10
Doping untuk Tentara dan Olahragawan
Metamfetamin tidak baru lagi. Pakar kimia Jepang, Nagayoshi Nagai sudah bereksperimen dari tahun 1893 dengan obat itu. Di Jerman, rezim NAZI memerintahkan pembuatan obat stimulasi, yang diperdagangkan mulai tahun 1938 dengan nama Pervitin. Pilot dan tentara mendapat obat itu selama perang dunia II, untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan berperang, serta mengurangi rasa takut.
Di bidang olahraga, Pervitin yang juga dikenal dengan sebutan "Nazi Speed" digunakan walaupun dilarang. Baru tahun 1988 obat bius itu ditarik dari pasaran. Mantan petenis profesional Andre Agassi mengakui dalam biografinya, bahwa ia sering menggunakan Crystal Meth.
Hidup di Saluran Pembuangan Limbah: Anak-Anak Gelandangan di Bukares.
Banyak anak-anak tunawisma di Bukares mencari tempat berlindung di selokan-selokan kota. Kehidupan dalam selokan itu sangat kejam. Sebagian besar dari anak-anak itu kecanduan obat.
Foto: Jodi Hilton
Hidup di Bawah Tanah
Cristina, (19 tahun) yang kecanduan menghisap Aurolac, sejenis narkotika, hidup seperti banyak remaja lain di Rumania- tanpa rumah. Ia memanjat keluar dari selokan, tempat dimana ia dan saudara-saudaranya serta beberapa remaja lainnya tinggal. “Kami tak punya air untuk mandi dan kadang juga tak ada makanan“. Sekitar 1000 dari 6000 orang gelandangan di Bukares adalah anak-anak.
Foto: Jodi Hilton
Sebuah Rumah?
Banyak yang membangun ruang tamu sementara di bawah tanah. Carina kini tinggal di sebuah saluran besar yang dibangun untuk limbah air dan pemanas. Karena disana tak ada listrik ia menggunakan lilin untuk penerangan. Banyak dari anak-anak tunawisma Rumania yang dibesarkan dipanti asuhan, meninggalkan panti itu setelah cukup umur untuk hidup mandiri.
Foto: Jodi Hilton
Generasi Baru: Gelandangan Anak
25 tahun setelah revolusi Rumania, generasi baru, yakni anak-anak tunawisma dan pecandu obat menguasai jalan-jalan dan menjadikan saluran pembuangan limbah sebagai tempat tinggal. Hidup mereka pendek, tragis. Kadang-kadang anak-anak ini juga mempunyai anak yang sebagian besar dirawat oleh negara. Mona, (19 tahun) sedang mengandung anak kedua. Ia tinggal besama anak dan kekasihnya di bawah tanah.
Foto: Jodi Hilton
Bertahan Hidup Dalam Dingin
Remus, (20 tahun) tidur sendiri di sebuah ruangan yang ada di bawah kota. Rumahnya berada di Piata Victoriei, sebuah tempat penting di pusat kota Bukares. Remus berkata, ia lebih senang tinggal sendiri daripada hidup di saluran yang sudah banyak ditinggali orang. Ruangan yang ia tinggali terletak dekat dengan sistem pemanas negara, hingga saat musim dingin ruangan itu tetap terasa hangat.
Foto: Jodi Hilton
Bekas Anak-Anak Panti Asuhan
Panti Asuhan mulai diperkenalkan di Rumania pada masa berkuasanya diktator Nicolae Ceausescu yang melarang aborsi. Pada masa awal periode pasca komunis, yakni tahun 1990, kondisi panti asuhan di Rumania sangat mengenaskan. Semua barang-barang kebutuhan hidup berada dalam jumlah terbatas, termasuk makanan dan uang. Banyak anak yang melarikan diri dan mencari perlindungan.
Foto: Jodi Hilton
Tempat Pengedar dan Pengguna Narkotik
Seorang laki-laki ingin memasukkan tasnya ke dalam tanah lewat sebuah pintu masuk taman yang ada di dekat stasiun kereta api di bagian utara Bukares. Taman ini adalah tempat berkumpul pengedar dan pemakai narkotik. Stasiun ini adalah tempat dimana anak-anak jalanan Rumania pertama kali menemukan saluran bawah tanah untuk mereka tinggali.
Foto: Jodi Hilton
Kemiskinan Tersembunyi
Pasangan lanjut usia ini hidup di ruang bawah tanah, di sebuah daerah lingkungan kelas menengah di Bukares. Di ibukota Rumania, Bukares terdapat sekitar 6000 orang gelandangan. Banyak diantara mereka yang mencari tempat perlindungan saat musim dingin di bawah tanah.
Foto: Jodi Hilton
Jadi “High” Dengan Pengencer Cat
Pepita, (4 tahun) sedang makan snack sementara kakaknya, Cristina (19 tahun) sedang menghirup Aurolac dari sebuah kantung plastik. Aurolac adalah sejenis pengencer cat metal yang bisa membuat orang `high`. “Tak mudah hidup di saluran pembuangan. Kadang-kadang, disana ada banyak orang, sehingga saya tak bisa tidur”, kata Pepita. “Aku berharap bisa masuk TK” katanya lagi.
Foto: Jodi Hilton
Membesarkan Anak
Tak semua gelandangan tinggal di bawah tanah. Nicoleta, (32 tahun) sedang hamil anak ke 3. Bersama kekasihnya, ia membangun sebuah tenda dekat stasiun kereta api. Meski, anak-anaknya hidup dibawah asuhan negara, ia berharap bisa merawat anak ke tiganya sendiri. Tapi, ia takut, dinas sosial Romania akan membawa pergi anaknya, seperti yang sering terjadi jika ibu si anak seorang tunawisma.
Foto: Jodi Hilton
Keluar dari Jalanan
Sergiiu (24 tahun)- diterlantarkan saat kecil dan dibesarkan di panti asuhan. Ia lari, hidup di jalanan dan memakai obat-obatan. “Saya dulu hidup di saluran pembuangan. Tapi saya ingin keluar dari kecanduan obat, itu tak bisa terjadi di bawah sana. Karena itu saya pindah ke tempat yang tenang di bawah jembatan“, katanya. Kini, ia sedang berusaha mendapat ijasah dan lepas dari kehidupan jalanan.
Foto: Jodi Hilton
10 foto1 | 10
Ceko Menggantikan Belanda?
Di Ceko, Crystal dikenal sejak 50 tahun lalu. Di negara-negara yang dulu termasuk blok timur, obat bius susah tersebar di masa Perang Dingin, oleh sebab itu Ceko dan Slovakia membuat sendiri obat bius mereka. Kini Crystal diproduksi di Ceko di banyak laboratorium ilegal untuk diekspor.
Untuk membuatnya dibutuhkan Metamfetamin, yang berbeda dengan di Jerman bisa dijual dalam jumlah besar di berbagai apotik, dengan harga murah. Lewat perbatasan, obat bius itu menyebar ke negara bagian Sachsen, Thüringen dan Bayern.
5 Candu Paling Mematikan
Jika dikonsumsi tanpa pengawasan, zat-zat ini membuat konsumennya menjadi ketagihan dan mengganggu kerja otak, dan bahkan bisa mematikan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Leonhardt
Nikotin
Nikotin adalah bahan paling adiktif dalam tembakau. Ketika seseorang merokok, zat nikotin dari rokok cepat diserap paru-paru dan diedarkan ke otak. Peneilitian memperlihatkan, lebih dari dua-pertiga orang Amerika Serikat yang mencoba merokok, akhirnya jadi ketergantungan rokok.
Foto: Fotolia/pfheonixx22
Kokain
Kokain mengganggu kerja dopamin di otak, dalam menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron yang lain. Dalam percobaan pada hewan, kokain menyebabkan kadar dopamin meningkat lebih dari tiga kali lipat batas normal. Kokain berbentuk kristal jauh lebih bikin ketagihan dibanding kokain serbuk. Sekitar 21 persen dari orang-orang yang mencoba kokain akan menjadi ketergantungan pada zat ini.
Foto: Fotolia/NatUlrich
Alkohol
Minum alkohol memiliki banyak efek pada otak. Dalam percobaan laboratorium pada hewan terungkap bahwa alkohol mampu menaikkan level dopamin di otak sampai 40-360 persen. Semakin banyak alkohol yang diminum, semakin tinggi kenaikan dopamin. 22 persen dari orang-orang yang minum alkohol mengalami ketergantungan alkohol di beberapa titik selama hidup mereka.
Foto: Getty Images
Heroin
Pada hewan percobaan dalam penelitian terlihat, heroin adalah candu yang menyebabkan kenaikan tingkat dopamin dalam otak hingga 200 persen. Selain paling adiktif, heroin sangat berbahaya, karena hanya diperlukan dosis 5 kali di atas batas normal, maka zat ini bisa membunuh manusia. Ironisnya, heroin juga jadi narkotika paling dicari dengan potensi pasar mencapai puluhan ribuan triliun rupiah.
Foto: fotolia/Thomas N
Obat penenang
Barbiturat atau obat penenang awalnya digunakan untuk mengobati kecemasan dan gangguan tidur. Baerbiturat mengganggu pengiriman rangsangan kimia ke otak,dan efeknya menghentikan sementara beberapa bagian kerja otak. Dalam dosis rendah, barbiturat menyebabkan euforia. Ttetapi kalau dosisnya tinggi, maka efeknya bisa mematikan karena menekan pernapasan, apalagi jika dicampur dengan alkohol.