Hasil pemindai komputer tomografi (CT scan) berkualitas tinggi. Para arkeolog ingin merekonstruksi wajah mumi dengan data yang diperoleh dari pemindai tersebut.
Iklan
Rumah sakit St. Bernward di Hildesheim memiliki fasilitas pemindai komputer tomografi modern. Museum Roemer dan Pelizaeus meminta mumi ini dipindai. Mumi berasal dari Mesir dan bernama Ta Char dan tidak tersentuh sejak 2000 tahun.
Kurator Oliver Gauert berharap: "Kami bisa mengetahui jenis kelaminnya, umur dan kondisi kerangka tubuh, apakah kidal atau tidak, dalam beberapa kasus bahkan bisa diketahui penyakit yang diderita dan merekonstruksi wajahnya. Artinya, kita bisa mengetahui secara menyeluruh tentang sosok di balik balutan kain ini."
Sebuah upaya mengungkap masa lalu. Setelah beberapa menit, dibuktikan di dalam balutan kain benar-benar ada jenazah manusia.
"Lapisan kainnya sangat banyak. Saya perkirakan lebih dari 20 lapis. Ini kanal sunsum tulang belakang, juga bisa dilihat sisa organ yang lunak," jelas Gauert.
5 Fakta Menarik Tentang Mesir Kuno
Mesir Kuno dianggap sebagai peradaban paling maju di dunia selama hampir 3000 tahun. Selain seni, arsitektur dan metode pemakaman yang dikenal dari Mesir, mungkin masih ada beberapa hal yang belum Anda ketahui.
Foto: picture-alliance/dpa
Kleopatra Bukan Orang Mesir
Walau dilahirkan di Iskandariyah, Kleopatra berdarah Yunani dan keturunan Dinasti Ptolemaik Yunani. Dinasti Ptolemaik menguasai Mesir dari 323 SM hingga 30 SM. Kebanyakan pemimpinnya tetap menerapkan kebudayaan Yunani. Kleopatra dikenal sebagai salah satu anggota Dinasti Ptolemaik pertama yang menguasai Bahasa Mesir.
Firaun Seringnya Terlalu Gemuk
Karya seni Mesir Kuno biasanya menggambarkan Firaun sebagai sosok bertubuh langsing. Tetapi ini bukan realita. Warga Mesir Kuno diketahui senang minum bir, anggur dan menyantap roti dan madu yang kaya akan kadar gula. Ini berdampak pada ukuran tubuh mereka. Hasil penelitian mumi menunjukkan, banyak pemimpin Mesir yang tidak sehat, gemuk dan menderita diabetes.
Foto: picture-alliance/Prisma Archiv
Piramida Tidak Dibangun Budak
Kehidupan pekerja bangunan piramida tidak mudah. Kerangka para pekerja menunjukkan gejala artritis dan penyakit lainnya. Tetapi menurut hasil penelitian, piramida bukan hasil buatan budak melainkan buruh bayaran. Para pekerja konstruksi terdiri dari seniman pemahat dan pekerja bangunan biasa.
Foto: picture alliance/AP
Hak dan Kebebasan Perempuan Mesir
Pandangan umum tentang perempuan Mesir adalah posisi mereka lebih rendah dari kaum pria. Tetapi sebenarnya, perempuan Mesir punya kebebasan besar dalam urusan hukum dan keuangan. Mereka berhak membeli dan menjual properti, menulis surat wasiat, dan bahkan menandatangani kontrak hukum. Mereka memang biasanya tidak bekerja di luar rumah, tetapi yang melakukannya mendapat gaji yang sama dengan pria.
Foto: picture-alliance/Arved Gintenreiter
Pria dan Wanita Memakai Kosmetik
Baik pria dan perempuan Mesir Kuno mengenakan kosmetik. Mereka percaya kosmetik memberi perlindungan dewa Horus dan Ra. Kosmetik dibuat dari gilingan bijih besi seperti malasit dan galanit menjadi kayal. Menurut warga Mesir Kuno, make up memiliki kekuatan yang menyembuhkan. Hasil penelitian menunjukkan, kosmetik yang dikenakan benar-benar membantu pencegahan infeksi mata.
Foto: picture-alliance/dpa
5 foto1 | 5
Mumi dan peti kayunya adalah hasil pinjaman dari Museum Aberdeen. Tentara Skotlandia membawanya sebelum perang dunia pertama sebagai kenang-kenangan dan kemudian menghadiahkannya kepada universitas. Selama bertahun-tahun peti menjadi barang pajangan di museum. Walau bagian luar mumi mengalami kerusakan, tetapi belum pernah ada yang menyentuh bagian dalamnya.
Menurut tulisan pada peti, mumi adalah seorang perempuan yang hidup di Luxor 400 tahun sebelum Masehi. Namanya "Nebet Per" - atau "penguasa rumah". Apakah ini keterangan yang benar dan mengapa ia meninggal, akan diketahui melalui penelitian antropologi.
Gauert menuturkan, "Sepertinya, sebelum dilumuri dengan balsam, mumi juga diisi material khusus. Orang ini pasti berasal dari kalangan atas, karena proses pembalasamannya salah satu yang paling rumit."
Hasil CT scan berkualitas tinggi dari tengkorak mumi. Para arkeolog ingin merekonstruksi wajah Ta Char untuk pameran di Rosenheim. Ini adalah bagian dari proyek penelitian mumi di Hildesheim. Metode yang sama diterapkan museum ini terhadap mumi Idu dari Mesir yang umurnya 4000 tahun. Tengkorak mumi tersebut dalam kondisi sangat baik, sehingga wajahnya bisa direkonstruksi dengan data yang diperoleh dari pemindai tomografi komputer.
Manusia dijadikan mumi dengan harapan ada yang tersisa dari diri mereka setelah meninggal. Oliver Gauert: "Ada bibit penyakit yang terawetkan dari masa sebelum adanya pengobatan modern. Tujuan kami adalah menemukan bibit penyakit, mengisolasinya, melakukan pengurutan genom dan membandingkannya dengan penyakit di era modern, bagaimana terbentuknya resisten terhadap antibiotika. Ini hasil sangat penting yang bisa dianalisa penelitian kedokteran harapan kami ini bisa membantu pengembangkan obat baru."
Hasil penelitian ini berhasil mengungkap mengapa Ta Char kehilangan begitu banyak gigi. Umurnya diperkirakan 60 tahun, umur yang sudah sangat tua di masanya. Kelihatannnya ia juga tidak banyak bekerja keras. Kerangka menunjukkan jejak usia lanjut, tetapi hampir tidak ada bekasnya pada tulang belakang. Perempuan asal Luxor ini sepertinya benar-benar berasal dari kalangan atas.
Oliver Römhild (vlz/as)
"Membangkitkan Firaun" Dari Dalam Lumpur"
Tadinya, potongan patung raksasa yang ditemukan di Mesir ini diduga merupakan potongan patung Ramses II. Namun kini ada dugaan bahwa potongan batu kuarsit ini adalah patung Firaun Psamtik I.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Jadi sensasi
Patung batu kuarsit berusia 3.200 tahun setinggi hampir 2,5 meter ini ditemukan di tengah pemukiman kumuh di Kairo, Beberapa bagian patung raksasa yang mengalami kerusakan ini sebelumnya sudah diangkut. Patung raksasa atau Colossus ini tadinya dikira patung Ramses yang Agung, salah satu firaun yang paling penting dalam sejarah Mesir. Namun tampaknya bukan…
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Diduga patung Psamtek I
Potongan patung raksasa ini, kemungkinan adalah bagian dari patung Firaun Psamtik I, penguasa Mesir pada 664 sampai 610 sebelum Masehi. Pekerja konstruksi juga mengangkut patung batu kuarsit Seti II dari lumpur. Ia adalah cucu Ramses II yang memerintah Mesir dari 1279 tahun sebelum Masehi selama 66 tahun.
Foto: picture-alliance/abaca/I. Ramadan
Penemuan besar
Dengan menggunakan mesin derek, bagian patung ditarik keluar lubang air. Arkeolog Mesir terkemuka dan mantan menteri peninggalan purbakala, Sahi Hauass tadinya begitu yakin bahwa patung ini adalah patung Ramses II. Namun setelah diteliti, ukiran pada patung berukuran besar tersebut menampilkan salah satu dari lima nama Psamtek I. Sejauh ini Mesir belum berani memberi konfirmasi.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Penduduk antusias
Apakah ini patung Ramses II atau Psamtik I, yang jelas warga tetap saja antusias melihat potongan patung raksasa itu. Warga distrik al-Matarija di Kairo timur bertepuk tangan ketika tubuh patung bagian atas itu diangkut dari lubang lumpur. Di situs itu sebelumnya berdiri kota kuno Heliopolis. Beberapa penelitian menyebutkan, ada sisa-sisa kuil Ramses II ditemukan di sini.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Lingkungan miskin dari kejayaan masa silam
Heliopolis adalah sebuah kota megah yang memiliki beberapa kuil. Di sini berlangsung peradilan publik seperti dalam kisah-kisah mitologi. Dewa gurun Seth misalnya, didakwa atas pembunuhan saudaranya Osiris. Ia kemudian divonis bersalah.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Barang berharga
Temuan terbaru ini akan direnovasi dan direkosntruksi ulang, kata menteri peninggalan purbakala Mesir, Khaled el-Enani. Patung itu nantinya akan menghiasi Museum Mesir yang akan dibangun di kompleks piramida besar di pinggiran Kairo.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Jadi obyek foto
Hanya beberapa bagian patung raksasa yang terlihat mengalami kerusakan yang telah ditemukan. "Kami berharap bisa menemukan sisa patung, tapi ada kemungkinan bahwa bagian lain digunakan untuk monumen lain," kata pemimpin ekspedisi Jerman, Dietrich Raue dari Universitas Leipzig. Yang jelas, anak-anak senang berfoto dengan potongan patung ini. Ed: afp/ap/Martin Muno (ap/vlz)