1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Cuaca buruk cuma salah satu faktor"

29 Desember 2014

Pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang memperpanjang daftar misteri insiden penerbangan di Asia. Luasnya laut dan minimnya jangkauan radar menambah risiko yang dihadapi pilot.

AirAsia Flugzeug
Foto: picture-alliance/dpa/J. Nv

Luasnya langit Asia, perairan yang nyaris tak berbatas, dan jangkauan radar yang terbatas membuat penerbangan di daerah ini bisa sangat riskan. Terakhir, pesawat bernomor penerbangan QZ8501 milik maskapai Air Asia dinyatakan hilang dari pantauan radar. Heinrich Groosbongardt, konsultan marketing dan komunikasi krisis dari Expairtise Communications, Hamburg, yakin puing-puing QZ8501 akan segera ditemukan.

DW: Sebesar apa risiko cuaca buruk semata bisa membuat pesawat komersil menghilang dari radar?

Heinrich Grossbongardt: Cuaca bisa menjadi faktor yang berkontribusi. Di semua kasus kecelakaan pesawat terkait cuaca yang kita lihat beberapa tahun terakhir, cuaca cuma satu dari sekian banyak faktor.

Faktor apa saja yang memainkan peran dalam kasus in?

Saat ini semua teori cuma spekulasi saja. Tapi penyebabnya bisa jadi kombinasi cuaca buruk dan masalah teknis, atau cuaca buruk ditambah dengan keputusan fatal yang diambil kru pesawat. Saat ini semuanya mungkin terjadi.

Dalam beberapa jam ke depan transkrip komunikasi antara pesawat dan menara pengawas akan dipublikasikan. Pastinya data radar juga akan diumumkan ke publik dan mungkin itu akan menyimpan indikasi pertama soal apa yang sebenarnya terjadi.

Jika melihat pesawat MH370 yang menghilang Maret lalu di wilayah yang sama, ada pertanyaan yang muncul terkait perbedaan regulasi di Asia dan di belahan Bumi yang lain. Apakah Asia wilayah yang sulit untuk penerbangan?

Di Asia kita memiliki wilayah yang lebih luas, di mana daya jangkau menara pengawas penerbangan terbatas oleh penerbangan di atas kawasan laut yang luas. Jika pesawat kehilangan ketinggian contohnya, maka pada titik tertentu pesawat akan menghilang dari radar menara pengawas, karena alasan yang sederhana, yakni pesawat menghilang di balik horizon.

Di Eropa atau Amerika Serikat, kita memiliki 100 persen pantauan radar di semua wilayah. Anda tidak akan menemukan titik, di mana pesawat tidak terlihat oleh radar pengawas penerbangan. Nah ini berbeda dengan di Asia, karena wilayah yang sangat luas dan relatif lamanya penerbangan di atas laut, bahkan dalam penerbangan berjarak dekat sekalipun.

Heinrich GroßbongardtFoto: Expairtise

Bukankah sudah banyak pelajaran yang kita petik dari MH370, terutama di daerah ini, yang telah diterapkan dalam industri penerbangan?

Satu hal yang kita pelajari dari kasus Malaysia Airlines adalah bahwa semua orang bekerja dan berupaya mewujudkan solusi, yakni memantau keberadaan pesawat dengan bantuan satelit. Tapi dalam dunia penerbangan, kecelakaan MH370 baru seumur jagung. Karena menemukan dan merealisasikan solusi, serta memastikan segalanya berfungsi dengan semestinya membutuhkan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun. Dan kasus Malaysia Airlines baru terjadi beberapa bulan lalu.

Penerbangan QZ8501 milik Air Asia menghilang dari radar pada pukul 06:13 waktu setempat. Apakah ada peluang ditemukannya penumpang yang selamat?

Sayangnya ketika pesawat menghilang di atas perairan, kemungkinan adanya penumpang yang selamat setelah pesawat mengalami kecelakaan sangat tipis.

Apakah menurut anda posisi puing pesawat akan lebih mudah ditemukan ketimbang MH370?

Tentu saja. Saya kira kali ini situasinya akan berbeda. Pesawat naas Airbus A320 itu adalah pesawat jarak dekat. Jadi QZ8501 tidak punya daya jelajah sebesar pesawat A330 yang mampu terbang belasan ribu kilometer. Dan ini adalah penerbangan jarak pendek sehingga pesawat tidak membawa bahan bakar yang banyak.

Dan dalam kasus MH370, apa yang membuat upaya pencariannya sangat sulit adalah bahwa seseorang membuat pesawat menghilang dari radar dengan mematikan sistem pelacakannya. Saat ini kita tidak memiliki indikasi bahwa ini adalah kasus yang sama (dengan QZ8501).

Cuacanya buruk dan mungkin berkontribusi pada hilangnya pesawat. Tapi saya yakin kita akan menemukan puing pesawat dalam beberapa hari ke depan.


Heinrich Grossbongardt adalah pakar penerbangan yang kini menjabat Direktur Expairtise Communications, perusahaan PR penerbangan dan komunikasi krisis di Hamburg, Jerman.

LINK: http://www.dw.de/dw/article/0,,18154891,00.html