1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeEropa

Daftar Konser Musik yang Pernah Jadi Target Teror di Eropa

9 Agustus 2024

Konser musik di Eropa acap menjadi sasaran serangan teror, seperti yang dialami musisi Amerika Serikat Taylor Swift di Wina, Austria, baru-baru ini. Berikut insiden terorisme yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Pengunjung konser musik Taylor Swift di Wina, Austria
Pengunjung konser musik Taylor Swift di Wina, AustriaFoto: Wolfgang Hauptmann/APA/dpa/picture alliance

Meski demi keamanan, pembatalan konser musik Taylor Swift di Wina, Austria, menyisakan kekecewaan di kalangan penggemar. Namun ancaman keamanan terhadap konser atau pagelaran budaya di Eropa bukan hal baru.

Adalah Islamic State atau ISIS yang belakangan ikut mempopulerkan serangan teror terhadap acara budaya, yang merupakan target empuk untuk serangan teror dengan banyak korban jiwa.

Berikut insiden terorisme yang menargetkan pagelaran budaya di Eropa dalam beberapa tahun terakhir.

Agustus 2024: Pembatalan tiga konser Taylor Swift

Terungkapnya rencana serangan teror memaksa penyelenggara membatalkan konser Swift pada tanggal 8, 9 dan 10 Agustus di Stadion Ernst Happel. Repotnya, kebanyakan 65.000 penonton konser sudah tiba di kota Wina, menurut kepolisian.

Tak lama setelah ditangkap, tersangka utama berusia 19 tahun itu mengaku berniat membunuh "sejumlah besar orang" dengan meledakkan diri. Sejumlah cairan kimia dan peralatan teknis juga disita dari simpatisan kelompok teror Islamic State, ISIS, tersebut. 

Konser musisi pop Amerika Serikat Taylor Swift di Warsawa, PolandiaFoto: Antonio Byszewski/Fotonews/Forum/IMAGO

Polisi juga menahan seorang remaja berusia 17 tahun terkait kasus yang sama. Penangkapan kedua tersangka diakui berhasil mengeliminasi ancaman serangan bom. Namun kepolisian Austria telah memperingatkan adanya peningkatan risiko terorisme  sejak beberapa bulan lalu.

Maret 2024: ISIS menyerang Balai Konser Crocus Moskow

Lebih dari 140 orang tewas dalam serangan di Balai Konser Crocus di pinggiran Moskow, Rusia, pada bulan Maret silam. Empat pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah pengunjung dan kemudian membakar kompleks bangunan tersebut.

ISIS, yang berperang melawan Rusia di Suriah dan juga aktif di wilayah Kaukasus, mengklaim telah mendalangi serangan tersebut. Namun, deklarasi ISIS tidak menghentikan pemerintah Rusia untuk menunjuk Ukraina sebagai dalang serangan.

Ironisnya, serangan itu dimulai sesaat sebelum band rock Piknik menyanyikan lagu hit mereka "Nothing to Fear," atau tidak ada yang perlu ditakutkan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Juni 2017: Alarm teror di "Rock am Ring”

Sekitar 86.000 penggemar rock harus meninggalkan lokasi festival pada 2 Juni 2017 karena polisi menerima informasi tentang kemungkinan ancaman teror. Setelah penelusuran intensif di lokasi yang disusul penyelidikan, polisi tidak menemukan bukti konkret adanya rencana serangan. Jalannya festival akhirnya dilanjutkan keesokan harinya.

Meningkatnya kewaspadaan di "Rock am Ring" pada tahun 2017 mencerminkan ketegangan situasi keamanan di Eropa, terutama setelah serangan di Paris dan Manchester.

Mei 2017: Pengeboman Manchester

Serangan pada Mei 2017 di Manchester Arena di Inggris menewaskan 22 orang dan melukai ratusan lainnya. Seorang remaja berusia 22 tahun meledakkan bom rakitan ketika penonton meninggalkan arena setelah konser penyanyi AS Ariana Grande, dan saat para orang tua tiba di lokasi untuk menjemput anak-anak mereka.

Lagi-lagi ISIS mengklaim bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Sebagai respons, Ariana Grande mengadakan konser amal untuk mengumpulkan uang bagi para korban dan keluarga mereka.

Januari 2017: Serangan terhadap klub malam Reina di Istanbul

Tidak lama selepas tengah malam, seorang pria bersenjatakan senapan serbu melepaskan tembakan di klub malam Reina di Istanbul selama pesta Malam Tahun Baru pada tanggal 1 Januari. 2017. Dia membunuh 39 orang.

Pelaku awalnya berhasil melarikan diri, namun ditangkap dua minggu kemudian di kota metropolitan Turki itu. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan yang dimaksudkan sebagai balas dendam atas intervensi militer Turki terhadap ISIS di Suriah. Serangan tersebut mengejutkan Turki, yang saat itu sedang dilanda serangkaian serangan teroris dan ketegangan politik.

Juli 2016: Serangan bunuh diri di festival musik di Ansbach

Pada malam tanggal 24 Juli 2016, seorang pembom bunuh diri meledakkan diri di festival terbuka "Ansbach Open” di negara bagian Bayern di Jerman. Selain pelaku yang berusia 27 tahun, tidak ada korban jiwa lainnya, kecuali 15 orang luka-luka, dengan banyak di antaranya serius.

Concert hall attack: What do we know about the suspects?

03:33

This browser does not support the video element.

Pelaku mengaktifkan alat peledak di ranselnya di depan sebuah bar di kota kecil Ansbach, dekat tempat festival. Sesaat sebelumnya, dia sempat ditolak di pintu masuk karena tidak punya tiket.

November 2015: Serangan ISIS di Bataclan di Paris

Pada malam tanggal 13 November, pelaku bersenjata lengkap menyerbu Bataclan saat konser band rock AS "Eagles of Death Metal". Para penyerang melepaskan tembakan tanpa pandang bulu ke sekitar 1.500 orang di teater dan kemudian menyandera mereka.

Polisi baru turun tangan setelah sekitar dua setengah jam dan membunuh dua penyerang, sementara yang ketiga meledakkan diri sendiri. Serangan itu merupakan bagian dari serangkaian serangan terkoordinasi yang dilakukan ISIS malam itu di ibu kota Prancis.

Secara keseluruhan, sebanyak 130 orang tewas, dengan 90 di antaranya berada di Bataclan. Serangan terhadap teater tetap menjadi salah satu aksi terorisme terburuk dalam sejarah Eropa dan telah mengubah persepsi keamanan dan ancaman secara permanen.

(rzn/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait