Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan terhadap delapan sirup yang sudah dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebab, obat itu mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
"Produk-produk ini mengandung etilen glikol dan/atau dietilen glikol dalam jumlah yang berlebih sebagai kontaminan. Hal ini telah dikonfirmasi oleh analisis laboratorium terhadap sampel oleh pihak berwenang di Indonesia," demikian bunyi peringatan WHO melalui laman resminya.
Produk obat yang disebut WHO, yakni:
Termorex syrup (hanya batch AUG22A06) dari PT Konimex
Flurin DMP syrup dari PT Yarindo Farmatama
Unibebi Cough Syrup dari PT Universal Pharmaceutical Industries
Unibebi Demam Paracetamol Drops dari PT Universal Pharmaceutical Industries
Unibebi Demam Paracetamol Syrup dari PT Universal Pharmaceutical Industries
Paracetamol Drops dari PT Afi Farma
Paracetamol Syrup (mint) dari PT Afi Farma
Sirup Vipcol dari PT Afi Farma
WHO menyebut delapan obat sirup yang teridentifikasi mengandung cemaran EG dan DEG melebihi ambang batas ini tidak aman digunakan. Terlebih pada anak-anak karena dapat menyebabkan cedera serius hingga kematian.
Efek beracun yang bisa muncul akibat cemaran EG dan DEG berlebihan seperti, gangguan saluran pencernaan, penurunan frekuensi hingga tidak ada buang air kecil, hingga gagal ginjal akut.
Bagaimana Hewan Mengobati Diri Sendiri?
Menggunakan serangga untuk menyembuhkan luka atau "high" dengan racun ikan buntal, hewan mengetahui banyak rahasia alam untuk mengobati diri sendiri. Manusia, telah mengambil beberapa pelajaran di antaranya.
Foto: Tobias Deschne/Ozouga
Keajaiban zoofarmakognosis orangutan
Jatuh sakit adalah hambatan. Hewan juga berpikir begitu. Banyak spesies berbeda menggunakan obat yang ditemukan di alam untuk mengobati luka mereka atau menyingkirkan parasit, atau dalam beberapa kasus dikonsumsi untuk mabuk. Proses penyembuhan hewan itu sendiri disebut zoofarmakognosis. Baru-baru ini, para peneliti mengamati bagaimana simpanse di Gabon mengobati luka mereka.
Foto: Wegner/imageBROKER/picture alliance
Racun serangga memiliki daya penyembuhan
Para peneliti mencatat beberapa simpanse di Taman Nasional Loango, Gabon, menangkap serangga yang terbang di udara, meremasnya di antara bibir mereka, dan kemudian mengoleskan serangga itu pada lukanya. Mereka tidak hanya mengobati lukanya sendiri, tetapi juga luka simpanse lain. Hal ini menunjukkan, primata mampu melakukan perilaku prososial yang menguntungkan yang lain.
Foto: Tobias Deschne/Ozouga
Belajar dari beruang
Beruang hitam amerika, spesies beruang yang paling umum dari Amerika Utara, mengetahui manfaat akar osha. Ahli biologi Shawn Sigstedt, yang mengamati hewan di utara New Mexico, menemukan hewan ini menggunakan akar itu untuk mengobati nyeri arthritis. Penduduk asli wilayah itu pertama kali belajar khasiat penyembuhan akar dari beruang, setelah mengamati hewan ratusan tahun yang lalu.
Foto: Tony Hamblin/FLPA/imageBROKER/picture alliance
Anjing menggunakan obat pencahar alami?
Jika Anda memiliki seekor anjing, kemungkinan Anda telah melihat hewan mengobati diri sendiri. Anjing makan rumput kalau merasa sakit perut. Mereka biasanya akan memuntahkannya kembali atau mengeluarkannya dalam keadaan tidak tercerna dengan segera. Bagi anjing, memakan rumput adalah cara untuk menyingkirkan patogen atau parasit.
Foto: Valentyn Semenov/Zoonar/picture alliance
Mandi semut, kegiatan burung liar manfaatkan asam format
Para peneliti mengetahui lebih dari 200 spesies burung yang suka duduk di sarang semut dan membuat gerakan seperti mandi dengan sayapnya untuk menarik semut. Melalui proses "mandi semut" ini, burung melabur tubuh mereka dengan asam format untuk membersihkan bulunya dari mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.
Foto: Wolfram Steinberg/dpa/picture alliance
Mengunyah kulit kayu untuk kesehatan selama kehamilan
Lemur yang sedang bunting di Madagaskar menggigit kulit kayu dan daun dari pohon ara dan asam, yang mengandung komponen yang dapat membantu produksi susu lemur, membunuh parasit, dan meningkatkan kemungkinan hewan tersebut lancar dalam proses melahirkan.
Foto: CC/twinxamot
Merangsang kelahiran secara alami
Seekor gajah bunting selama 22 bulan, waktu yang lebih lama dari hewan lainnya. Tidak heran hewan besar ini siap untuk mengeluarkan bayi pada akhirnya! Di Kenya, gajah yang bunting besar terlihat menyimpang dari rute biasanya untuk mengunyah pohon dari famili boraginaceae, dan kemudian melahirkan tak lama kemudian. Wanita Kenya juga menggunakan tanaman yang sama untuk menginduksi kelahiran.
Foto: dapd
Mabuk dengan konsumsi jamur
Seiring dengan mengobati diri sendiri, hewan juga memanfaatkan apa yang ada di alam untuk mabuk. Rusa kutub di Finlandia dan Siberia mabuk karena memakan Amanita muscaria, atau yang juga dikenal sebagai lalat amanita. Sedangkan dukun orang Sami menggunakan jamur halusinogen saat menggiring rusa, memungkinkan mereka mencapai "kesurupan" di mana mereka bisa berkomunikasi dengan hewan.
Foto: Kobalt
"Fly" oleh racun ikan buntal
Saat merekam film dokumenter BBC, para peneliti mengamati lumba-lumba "bermain" dengan ikan buntal, mendorongnya bolak-balik hingga setengah jam. Ikan buntal itu tidak dimakan. Saat di bawah tekanan, ikan buntal melepaskan racun yang bisa membuat lumba-lumba mabuk alias "fly", efeknya terlihat saat mamalia ini mengambang "high" dekat permukaan. (ha/as)
Foto: Augusto Leandro Stanzani/Ardea/imago images
9 foto1 | 9
Maka dari itu, WHO meminta adanya peningkatan pengawasan dalam rantai pasokan obat di negara dan wilayah yang mungkin terpengaruh produk tersebut. WHO juga memperingatkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
"Peningkatan pengawasan pasar informal atau tidak diatur juga disarankan. Otoritas regulasi atau kesehatan nasional disarankan untuk segera memberitahu WHO jika produk di bawah standar ini ditemukan di negara masing-masing," jelas WHO.
"Semua produk medis harus disetujui dan diperoleh dari pemasok resmi/lisensi. Keaslian dan kondisi fisik produk harus diperiksa dengan cermat. Carilah saran dari profesional kesehatan jika ragu," pungkasnya.