Untuk memuaskan permintaan konsumen dan sekaligus menjaga iklim, ilmuwan berupaya mengembangkan daging sapi buatan di laboratorium.
Iklan
Daging Sapi Buatan Laboratorium
03:21
Daging sapi selamanya akan menjadi primadona industri bahan makanan. Terutama di negara-negara seperti Indonesia, konsumsi produk hewani yang satu ini terus meroket tajam. Tapi sapi juga termasuk pendosa iklim paling besar di bumi.
Mark Post ingin merevolusi produksi daging. Ia saat ini sedang melakukan riset, agar di masa depan daging bisa diproduksi di laboratorium. "Saya pikir, jauh lebih baik jika jejak karbon makin sedikit. Bagus bagi lingkungan dan diperlukan lebih sedikit sumber daya dibanding produksi aktual. Kita bisa produksi lebih banyak daging dengan lebih sedikit sumber daya, agar kita bisa memberi makan seluruh planet ini"
Post sudah mulai mewujudkan visinya di Universitas Maastricht di Belanda sejak 2004. Sejatinya ia adalah dokter ahli penyakit jantung. Ide-nya adalah membiakkan daging dari jaringan sel otot sapi. Sel punca yang diperlukan untuk rekayasa, bisa diambil dari sepotong steak atau dari sapi hidup yang tidak perlu lagi dijagal. Hanya segelintir sel yang direkayasa agar tumbuh. Visinya: dengan metode ini bisa memproduksi 10 ton daging sapi.
Hamburger yang dibuat dari daging rekayasa ini masih terlalu mahal. Harganya sekitar 250.000 Euro. "Saya hanya ingin menunjukkan, itu bisa dilakukan. Secara teknis memungkinkan dan banyak alasan mengapa kita harus melakukannya."
Tapi masih ada masalah rasa. Daging buatan rasanya terlalu kering, karena tidak mengandung lemak. Post kini juga merekayasa agar sel lemak ikut tumbuh. "Ini contoh kreasi jaringan lemak. Yang seperti mie itu adalah sel lemak."
Professor Post yakin, visinya dalam waktu tujuh tahun lagi, akan jadi kenyataan. Daging buatan laboratorium sudah bisa dijual di restoran hamburger atau restoran steak. Jika konsumsi daging global terus meningkat, daging dari laboratorium mungkin bisa dipasarkan lebih cepat lagi, untuk memenuhi permintaan konsumen.
Apa Yang Terjadi Pada Tubuh, Jika Stop Makan Daging?
Apa yang terjadi pada tubuh kita, jika kita berhenti makan daging, atau setidaknya mengurangi konsumsinya dan memperbanyak sayuran? Sejumlah studi memapakarkan efeknya.
Foto: Fotolia/Kesu
Mengurangi kadar peradangan
Jika Anda makan daging atau produk olahan, Anda kemungkinan mengalami peningkatan kadar peradangan dalam tubuh Anda. Peradangan jangka pendek, seperti akibat cedera adalah hal normal. Tapi peradangan yang berlangsung lama sebaliknya. Diet nabati secara alami membantu anti peradangan karena seratnya tingi dan mengandung antioksidan.
Foto: Fotolia/Kesu
Mengurangi kadar kolesterol
Kadarr kolesterol yang tinggi adalah risiko utama penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh- ditemukan terutama dalam daging. Studi menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi sayuran, kadar kolesterolnya turun hingga 35%. Pola makan nabati mengurangi kolesterol karena nabati rendah kadar lemak jenuh dan bahkan banyak yang tak mengadung kolesterol. Riset membuktikan, kedelai menurunkan kolesterol.
Foto: Colourbox/Reezuan.Z
Menjaga mikrobioma meningkatkan kesehatan
Mikrobioma -- trilyun mikroorganisme dalam tubuh-- membantu pencernaan, menghasilkan nutrisi penting, melatih sistem kekebalan, menjaga jaringan usus, melindungi dari kanker, diabetes, aterosklerosis, radang usus, dan penyakit hati. Makanan nabati membantu membentuk mikrobioma usus yang sehat. Serat dalam makanan nabati mendorong pertumbuhan bakteri "ramah" dalam usus kita.
Foto: Fotolia/Minerva Studio
Mengubah kerja genetika
Para ilmuwan membuktikan faktor lingkungan dan gaya hidup dapat mempengaruhi genetika. Contohnya, antioksida dan nutrisi lain yang kita makan dapat mengoptimalkan bagaimana sel-sel dalam tubuh memperbaiki DNA yang rusak. Penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup, termasuk pola makan nabati, dapat menurunkan risiko kanker prostat.
Foto: PhotoSG - Fotolia
Mengurangi kemungkinan diabetes tipe 2
Protein hewani, terutama daging merah dan olahan, meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Mengapa daging penyebab diabetes tipe 2? Lemak hewan, zat besi dalam hewan, dan pengawet nitrat dalam daging ditengarai menjadi aktor utama perusak sel-sel pankreas, memperburuk peradangan, menyebabkan kenaikan berat badan dan merusak efisiensi fungsi insulin.
Foto: Colourbox
Mendapatkan kecukupan protein
Kelebihan protein tidak membuat badan menjadi lebih kuat atau lebih ramping. Protein berlebih disimpan sebagai lemak atau berubah menjadi limbah, dan protein hewani adalah penyebab utama kenaikan berat badan, penyakit jantung, diabetes, peradangan, dan kanker. Sebaliknya, protein nabati melindungi tubuh dari berbagai penyakit kronis. Nabati juga mampu memenuhi kebutuhan kalori dan protein.
Foto: Colourbox
Menurunkan berat badan
Studi yang diterbitkan Journal of Academy of Nutrition and Dietetics menunjukkan, jika seseorang memakan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan, lebih mudah mengalami penurunan berat badan daripada dengan yang non vegetarian.
Foto: Fotolia/Gorilla
Kulit lebih cerah
Menurut ahli gizi Susan Tucker MD, jumlah asupan tinggi mineral, antioksidan dan serat yang termasuk dalam pola makan nabati membantu terjadinya detoksifikasi dan menyebabkan kulit lebih cerah. Diet nabati dapat mengatasi masalah kulit yang umum, seperti eksim dan jerawat.