1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Damaskus dan Bagdad Target IS Berikutnya?

Peter Hille23 Mei 2015

Islamic State kini sudah berhasil menguasai separuh wilayah kedaulatan Suriah. Juga jatuhnya Ramadi menjadi simbol sukes IS di Irak. Kini jatuhnya Damaskus dan Bagdad tinggal soal waktu ?

IS Syrien Kämpfer Islamischer Staat Rakka
Foto: picture-alliance/AP Photo/Raqqa Media Center

Islamic State kini praktis sudah berhasil menguasai separuh wilayah kedaulatan Suriah. Jatuhnya kota bersejarah Palmyra atau Tadmur, juga menjadi tonggak penting lain dalam aksi militer milisi teror itu. Karena kota warisan budaya dunia itu berhasil direbut langsung dari pasukan reguler di bawah rezim Basar al-Assad.

Jatuhnya Palmyra di Suriah menyusul tumbangnya Ramadi di Irak, kini menjadi simbol sukes gerakan IS di kawasan itu. Apakah jatuhnya Damaskus dan Bagdad kini tinggal soal waktu?

Pakar Timur Tengah Michael Lüders dalam Interview dengan redaktur DW Peter Hille menegaskan, dengan menguasai Palmyra, Islamic State sudah berhasil menempuh ettape penting menuju ibukota Suriah, Damaskus. "Direbutnya Palmyra langsung dari serdadu Suriah, juga menjadi kekalahan psikologis bagi rezim di Damaskus," kata Lüders.

Target gempuran IS berikutnya diduga kota Homs sekitar 150 km dari Palmyra. "Homs kota yang secara geostrategis sangat penting, karena menjadi poros perhubungan jalur barat-timur dan utara-selatan. Selain itu, diantara Palmyra dan Homs terdapat banyak ladang gas dan minyak bumi," ujar pakar Timur Tengah Lüders.

IS masih kuat

Sementara setelah jatuhnya Ramadi di Irak, ibukota Bagdad yang jaraknya hanya 100 km dari Ramadi akan jadi sasaran gempuran berikutnya. "Dalam gerak maju selanjutnya, IS bisa menggempur bandar udara Bagdad. Ini akan jadi kekalahan psikologis bagi rezim di Irak," ujar pakar Islam dan ahli politik Jerman itu.

Michael Lüders Pakar Timur Tengah

Lüder juga menegaskan, laporan mengenai melemahnya kekuatan Islamic State yang dilansir dinas rahasia Barat, terutama CIA dan BND Jerman adalah rekayasa yang dibesar-besaran. Sebaliknya IS saat ini sedang berada dalam fase bangkit lagi, dan mengembangkan strategi militer baru, yakni bergerak dalam satuan-satuan kecil bukan konvoi besar. Taktik ini terbukti ampuh menghindari serangan udara Amerika Serikat.

Pakar Timur Tengah Michael Lüders juga kembali menegaskan, Islamic State tidak akan bisa dikalahkan secara militer. "Selama pemerintah di Bagdad mengikuti kepentingan politik kaum Syiah dan meminggirkan kaum Sunni, akan sulit memberantas IS," ujar dia. Bahkan kini sebaliknya Iran dan AS lebih aktif mendukung milisi Syiah di Irak untuk memerangi IS.

Lüders menambahkan, faktanya sejauh ini kaum Sunni nyaris tidak menikmati pembagian dari pemasukan hasil sumber daya minyak dan gas. Itu sebabnya mereka terus mendukung IS. Juga harus diperhatikan, pimpinan IS di Irak, juga meliputi mantan pengikut Saddam Hussein, dan perwiran militer serta dinas rahasia yang desersi. Jadi ofensif militer dari udara maupun darat terhadap IS di Irak tidak akan sukses.