1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Duterte Tuding Oposisi Rencanakan Kudeta

11 September 2018

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengklaim memiliki informasi dari sebuah "negara asing" bahwa oposisi bersekongkol dengan pemberontak Komunis dan perwira militer untuk menggulingkan kekuasaannya.

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte
Presiden Filipina, Rodrigo DuterteFoto: picture alliance/AP Images/B. Marquez

Dalam sebuah percakapan dengan kuasa hukum pribadi yang disiarkan di televisi nasional, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengungkap dirinya meminta militer memberikan informasi "rahasia" terkait rencana kudeta tersebut.

Dia mengklaim informasi itu didapat dari "negara asing".

Baca Juga: Duterte Ancam Tangkap Jaksa Mahkamah Kriminal Internasional 

"Kami punya bukti dan kami memiliki rekaman pembicaraan yang disediakan sebuah negara asing yang bersimpati pada kami," katanya kepada Salvador Panelo, kuasa hukum kepresidenan.

Duterte mengklaim oposisi menjalin "komunikasi secara terus menerus" dengan kelompok Komunis, termasuk dengan seorang senator yang ingin dia tangkap setelah mencabut amnestinya. "Koneksi gelap itu akan terungkap dalam beberapa hari ini," ujarnya.

Pekan lalu sang presiden mencabut amnesti terhadap Senator Antonio Trilanes, bekas perwira angkatan laut yang melakukan kudeta gagal 15 tahun silam. Trillanes merupakan tokoh oposisi paling berpengaruh.

Namun rekan separtai Trillanes, Gary Alejano, yang juga ikut serta dalam kudeta gagal tersebut menampik tudingan presiden soal penggulingan kekuasaan. Dia menegaskan pihaknya hanya melakukan tugas sebagaimana "anggota oposisi di bawah sistem pengawasan terhadap pemerintahan yang demokratis."

Baca Juga: HRW Kecam Pernyataan Duterte Soal Perintah Penembakan Kelamin Pemberontak Perempuan 

Alejano sebaliknya menuding Duterte berusaha "mengalihkan perhatian publik dari situasi buruk perekonomian."

Militer Filipina sendiri buru-buru menepis kabar adanya "pergerakan pesawat militer dan kendaraan lapis baja secara besar-besaran" oleh para pembelot. Menurut Jurubicara militer, Edgard Arevalo, "pergerakan terebut adalah hal rutin dan telah dikoordinasikan sesuai prosedur," ujarnya sembari menambahkan, "tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

rzn/yf (rtr,afp)