Memprediksi gempa bumi secara spesifik adalah hal yang mustahil, namun mempelajari gempa bumi yang terjadi di Myanmar sepanjang 2025 dapat membantu perkiraan kapan dan di mana gempa besar berikutnya akan terjadi.
Gempa yang mengguncang Myanmar tengah pada 28 Maret 2025 menyebabkan kepanikan massalFoto: Ann Wang/REUTERS
Iklan
Siang hari pada 28 Maret lalu, gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter mengguncang Myanmar tengah di sepanjang Patahan Sagaing. Pusat gempa yang berlokasi dekat Mandalay, kota terbesar kedua di negara tersebut membuat gema ini menjadi yang gempa paling kuat yang melanda Myanmar sejak tahun 1912.
Gempa menyebabkan kehancuran besar infrastruktur Mandalay, menewaskan lebih dari 3700 jiwa. Dampak guncangannya bahkan sampai hingga ke Bangkok, ibu kota Thailand, menyebabkan sebuah gedung pencakar langit setinggi 30 lantai runtuh dan menewaskan setidaknya 92 orang.
Apakah para seismolog pernah membuat perkiraan gempa Mandalay?
Para ahli gempa telah mengantisipasi, akan terjadi gempa besar di sepanjang segmen patahan yang belum mengalami disrupsi setelah terjadinya gempa dahsyat tahun 1839. Namun mereka tidak dapat memprediksi, kapan gempa akan terjadi, di mana episentrumnya, atau seberapa dahsyat dampaknya.
Patahan besar nampak di sepanjang jalan Sagaing setelah gempa berskala 7.7 SR melanda daerah tersebutFoto: Hla Myo Aung/AFP
Kit Yates, seorang ahli matematika dari Bath University Inggris mengatakan bahwa "Pergerakan dan interaksi lempeng tektonik Bumi sangat kompleks. Sangat sulit membedakan tanda peringatan gempa dengan ‘kebisingan' dari getaran lainnya, terutama dengan meningkatnya aktivitas manusia.”
Iklan
Apa yang dapat dipelajari dari Gempa Mandalay?
Lima bulan setelah gempa, para ilmuwan menganalisis dampak kerusakannya. Jean-Philippe Avouac, seorang seismolog dari California Institute of Technology-Caltech, yang memimpin penelitian tersebut, dalam laporan yang diterbikan dalam junal PNAS menunjukkan, data dari gempa bisa digunakan untuk memperkirakan waktu, kekuatan, dan cakupan gempa di masa depan.
Rekaman real-time (waktu nyata) menunjukkan, pergerakan Patahan Sagaing secara rinci. Tanah bergeser sejauh tiga meter dalam waktu 1,3 detik di pusat gempa. Gempa berlangsung selama 80 detik dan menjalar sejauh 460 km di sepanjang patahan, menyebabkan terjadinya pergeseran permukaan sedalam enam meter.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Avouac bersama timnya membandingkan data ini dengan gempa-gempa sebelumnya, dan membuat model komputer yang memprediksi karakteristik Patahan Sagaing. Model yang disebut ‘efek memori' ini menunjukkan perubahan tektonik akibat gempa masa lalu, yang berpengaruh pada gempa berikutnya.
Model tersebut memperkirakan, gempa besar di Patahan Sagaing terjadi secara tidak teratur, dengan interval sekitar 141 tahun. Artinya, gempa besar berikutnya di Myanmar bisa terjadi sekitar tahun 2166, bisa lebih cepat atau lebih lambat sekitar 40 tahun.
Ketika Bumi Meluapkan Amarahnya
Setiap tahun sekitar 10.000 orang meninggal akibat gempa bumi di seluruh penjuru dunia. Getarannya kadang memancing tsunami atau kerusakan alam lainnya. DW menelisik berbagai bencana terdasyat selama seabad terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/J. Barret
Terdahsyat Dalam Catatan Sejarah
Gempa bumi terhebat dalam sejarah terjadi di Chili tahun 1960. Gempa berkekuatan 9.5 Skala Richter tersebut mengguncang Chili selama 10 menit dan menyebabkan 5.700 orang tewas dan kerusakan infrastruktur yang masif. Gempa juga memicu tsunami di tempat lain. Akibatnya 130 orang tewas di Jepang dan 61 orang di Hawaii. Gambar memperlihatkan reruntuhan Pelabuhan Corral di provinsi Valdivia, Chili.
Foto: Getty Images/AFP
Bencana Atom Jepang
Anjing Penyelamat dikerahkan untuk mencari korban di balik reruntuhan. 21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011 yang dipicu gempa berkekuatan 9.1 Skala Richter. Bencana ini turut menggoncang dan membocorkan pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi dan tercatat sebagai bencana atom terburuk di dunia selama 25 tahun terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Chiba
Tsunami Aceh
Gempa bumi tektonik berkekuatan hampir 9.1 Skala Richter memicu gelombang tinggi yang menyapu pesisir di sepanjang pantai Samudra Hindia. Tsunami setinggi 30 meter tersebut mengakibatkan sekitar 280.000 orang tewas di 14 negara yang berbeda. Bencana tsunami ini tercatat sebagai salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah.
Foto: Getty Images/P.M. Bonafede/U.S. Navy
Gempa di kaki Himalaya
Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 Skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibu kota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga yang masih dinyatakan hilang..
Foto: Reuters/N. Chitrakar
Gempa Mematikan di Tiongkok
Foto kereta api yang terlantar ini adalah suasana di Tangshan, Tiongkok pasca gempa bumi yang menghancurkan kota industri tersebut pada 28 Juli 1976. Gempa berkekuatan 7.4 SR yang mengguncang kawasan industri di provinsi Hebei itu dan menewaskan sedikitnya 242.000 orang. Namun dipercaya jumlah sebenarnya lebih tinggi lagi. Perkiraan korban tewas mencapai sekitar 500.000 orang.
Foto: Getty Images/Keystone/Hulton Archive
Gempa Haiyuan yang Menggigil
Gempa berkekuatan 8.3 SR meluluhlantakkan wilayah Haiyuan, provinsi Ningxia pada musim dingin tahun 1920. Gempa susulan terus terasa hingga hampir tiga tahun setelahnya. Jumlah korban yang tewas akibat gempa diperkirakan sekitar 235.000 orang. Namun korban tewas di tenda-tenda darurat terus bertambah akibat kedinginan .
Foto: Getty Images/AFP
Gempa Haiti
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan di Port-au-Prince pasca gempa yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010. Gempa berkekuatan 7.0 SR tersebut menewaskan sekitar 200.000 orang dan mengakibatkan ribuan gedung rata dengan tanah.
Foto: Getty Images/AFP/J. Barret
7 foto1 | 7
Prakiraan bukan prediksi
Para ahli lebih berfokus pada prakiraan seismik bukan prediksi gempa secara pasti. Seperti halnya prakiraan cuaca - para peneliti memperkirakan kemungkinan gempa terjadi pada jangka waktu tertentu dan di wilayah tertentu.
Yates menjelaskan, ada hubungan konsisten antar frekuensi dengan kekuatan gempa. Hal ini memungkinkan para ilmuwan memperkirakan frekuensi gempa-gempa berkekuatan besar dari gempa-gempa kecil yang notabene lebih sering terjadi.
"Prakiraan semacam ini sangat penting untuk perencanaan antisipasi bencana. Contohnya Kota San Francisco, yang kemungkinan besar mengalami gempa berkekuatan tinggi dalam 30 tahun ke depan. Kota tersebut dapat mulai berinvestasi untuk menanggulangi gempa tersebut," kata Yates.
Gempa Paling Mematikan di Abad-21
Gempa berkekuatan 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah dan menewaskan lebih dari 15.000 jiwa adalah salah satu dari gempa paling mematikan. Inilah daftar gempa paling mematikan di abad-21 versi USGS.
Foto: AP
Turki dan Suriah
Lebih dari 50.000 orang tewas dan ratusan gedung roboh akibat gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah pada hari Senin, 6 Februari 2023. Layanan Geologi Amerika Serikat mengatakan, gempa berkekuatan 7,8 SR ini berpusat di utara kota Gaziantep, pusat industri utama di dekat perbatasan dengan Suriah. Gempa dilaporkan terasa hingga ke Kairo, Mesir.
Foto: DHA/AFP
Port au Prince, Haiti
Sedikitnya 320.000 tewas, 300.000 lainya cedera akibat gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010, dengan episentrum sekitar 25 km di barat ibu kota Port au Prince. Bencana kemanusiaan di Haiti berlarut akibat sangat buruknya manajemen krisis dari pemerintah serta penjarahan brutal oleh warga yang selamat dan kelaparan.
Foto: AP
Aceh, Indonesia
Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Jakarta mengklaim, korban terbanyak sekitar 165.000 orang berasal dari Indonesia mayoritasnya dari Banda Aceh.
Foto: AFP/Getty Images/Choo Youn Kong
Sichuan, Cina
Hampir 90.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang mengguncang Sichuan di Cina, pada 12 Mei 2008. Lebih dari lima juta bangunan runtuh. Korban kebanyakan tewas tertimpa bangunan yang runtuh, karena pembangunannya tidak mematuhi standar keamanan. Lebih dari lima juta warga Sichuan jadi tunawisma karena rumahnya hancur.
Foto: AFP/Getty Images
Kashmir, Pakistan
Lebih 84.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter yang melanda kawasan Kashmir Pakistan di pegunungan Himalaya, 8 Oktober 2005. Episentrum gempa terletak di sekitar kota Muzaffarabad. Juga dilaporkan 1.300 korban tewas di kawasan Kashmir India, dan puluhan tewas di Afganistan.
Foto: AFP/Getty Images/E. Feferberg
Bam, Iran
Lebih 40.000 orang tewas dan 30.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter yang melanda Provinsi Bam di Iran, pada 26 Desember 2003. Sekitar 70 persen kawasan kota termasuk bangunan bersejarah terbuat dari lempung juga hancur total. Kebanyakan korban tewas akibat tertimbun bangunan yang runtuh.
Foto: AP
Fukushima, Jepang
21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011. Pemicunya adalah gempa dahsyat berkekuatan 9.0 pada skala Richter dengan episentrum di kawasan laut di timur Kepulauan Honshu. Bencana gempa dan tsunami juga diikuti bencana atom, akibat meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Fukushima.
Foto: picture alliance/dpa
Gujarat, India
Lebih dari 20.000 tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, yang mengguncang negara bagian Gujarat di India, 26 Januari 2001, bertepatan dengan peringatan Republic Day ke-52. Ini gempa dahsyat pertama di abad ke-21 dengan korban tewas cukup banyak.
Foto: SEBASTIAN D'SOUZA/AFP/Getty Images
Kathmandu, Nepal
Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 pada skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibu kota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga yang masih dinyatakan hilang.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
Yogyakarta, Indonesia
Sekitar 5.800 tewas dan 36.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,3 pada skala Richter yang melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006. Episentrum gempa dangkal ini berada di Samudra Hindia, sekitar 22 kilometer di tenggara Yogyakarta. Lebih 1.350 ribu bangunan hancur dan 1,5 juta orang jadi tunawisma.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Prakiraan yang "penuh ketidakpastian”
Namun, Avouac menekankan, model yang ada saat ini hanya merupakan probabiltas asesmen bahaya, dengan ketidakpastian cukup besar. Para ilmuwan belum bisa memperkirakan waktu, lokasi, dan kekuatan gempa dengan akurat untuk mengambil tindakan seperti evakuasi.
Gempa adalah peristiwa yang kaos, yang kompleks, linier, dan sulit diprediksi. Perubahan sekecil apapun pada kondisi awal, bisa menyebabkan pergeseran seismik yang tak terduga.
Para peneliti kini sedang berusaha memahami lebih dalam, bagaimana aktivitas seismik dapat menghasilkan ragam jenis gempa, dengan harapan dapat meningkatkan akurasi penilaian risiko gempa di masa depan.
Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris