1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dari Konferensi Keamanan Internasional di München

Dewi Gunawan-Ladener9 Februari 2009

Konferensi Keamanan Internasional berakhir hari Minggu (08/02) yang lalu. Berbagai masalah telah dibicarakan dan menjadi topik laporan dan tajuk berbagai harian.

Wapres AS Joe Biden, kiri, bersama presiden Perancis Nicolas Sarkozy dalam Konferensi Keamanan Internasional di München.Foto: AP

Dalam Konferensi Keamanan itu, Rusia mengisyaratkan kesediaan bekerjasama. Hal ini disambut baik oleh harian liberal kiri Hungaria Nepszabadsag dalam tajuknya:

"AS menolak pendapat, bahwa kemenangan NATO sama artinya dengan kekalahan Rusia. Itu dikatakan wakil presiden AS Joe Biden di München. Kepentingan bersama menyangkut soal Afghanistan, ekstremisme Islam sampai program atom Iran dan Korea Utara. Tetapi soal anggapan terhadap diri Putin, dapat diselesaikan di meja perundingan. Presiden George W. Bush dulu masih melihat jiwa Putin dengan tiga huruf K, G, dan B, alias KGB"

Sementara harian Rusia Nesawissimaja Gaseta di Moskow membahas pendekatan kembali Rusia dan AS pada Konferensi Keamanan di München sbb:

"Di München dimulai awal baru. Moskow dan Washington melihat opsi, bahwa dalam sengketa mengenai sistem penangkis rudal AS dan perjanjian penyusutan senjata START, bisa dicapai kesepakatan. Wakil, presiden AS Joseph Biden tidak melancarkan kritik membabi-buta terhadap Rusia. Dua tahun lalu, juga di München, kritik tajam presiden Rusia ketika itu Vladimir Putin terhadap AS telah mengawali memburuknya hubungan antara Moskow dan Washington. Sekarang yang diinginkan adalah membangun kembali jembatan saling pengertian antara kedua pihak."

Sedangkan harian Perancis La Croix yang terbit di Paris dalam tajuknya mempertanyakan soal politik keamanan Eropa setelah pernyataan Perancis untuk kembali ke dalam struktur militer NATO:

"Kepercayaan terhadap AS dan juga terhadap Rusia, serta tidak adanya musuh yang jelas merupakan alasan bagi pernyataan itu. Ditambah lagi dengan sikap Presiden Sarkozy yang mendasarkan segalanya pada realita. Yang jelas Sarkozy sadar, bahwa baik Perancis maupun Eropa tidak akan mampu memenuhi ambisi yang ada. Jadi Eropa akan membela diri dan melakukan intervensi bersama NATO dan lewat struktur militer pakta pertahanan tsb. Apakah ini artinya menguburkan politik keamanan Eropa yang tidak tergantung pada Amerika? Mungkin tidak untuk selamanya. Tetapi sekarang ini, politik keamanan UE untuk sementara ditangguhkan."

Mengenai kondisi aktual di Afghanistan, harian Denmark Berlingske Tidende yang terbit di Kopenhagen menulis:

"Pemerintah AS mengisyaratkan strategi baru bagi Afghanistan dalam bulan-bulan mendatang. Rinciannya memang belum diketahui, tetapi rupanya sudah saatnya, karena negara itu bergerak ke arah yang keliru. Dalam Konferensi Keamanan di München, Presiden Hamid Karzai menambah kerancuan dengan imbauan agar mendekati Taliban. Tetapi nampaknya sudah tiba waktunya untuk menguji keinginan kelompok-kelompok moderat untuk menciptakan perdamaian yang stabil."

Mengenai politik yang perlu dijalankan Presiden Barack Obama dalam soal Iran, harian New York Times menulis:

Kegagalan politik yang dijalankan Presiden Bush telah membuat Iran mendekati kemampuan yang tidak diperlukan oleh pihak mana pun, yaitu membuat senjata atom. Apalagi mengingat semakin besarnya pengaruh Iran di kawasan sekelilingnya. Yang diperlukan bukan hanya pembicaraan langsung, melainkan juga imbalan di bidang diplomatik, tawaran yang meyakinkan untuk menjalin hubungan yang lebih baik termasuk jaminan keamanan. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan Inggris, Perancis dan Jerman, termasuk pula upaya yang lebih besar untuk mengikutkan Rusia dan Cina."