1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dari Mana Air di Bumi Berasal?

12 Desember 2014

Rosetta mengungkap air di Bumi bukan berasal dari komet. Ilmuwan pun melirik asteroid sebagai sumber air yang menggenangi samudera. Namun peneliti lain mengembangkan penjelasan alternatif yang juga berbasis data serupa.

Die Erde Aufnahme aus dem Weltraum
Foto: AP

Sejak Agustus wahana antariksa Rosetta mengorbit komet 67P/Churyumow-Gerasimenko. Kini peneliti Badan Antariksa Eropa (ESA) itu memublikasikan data pertama hasil analisa terhadap air yang terperangkap di tubuh komet.

Hasilnya, air yang membeku di komet Chury berbeda dengan air yang terdapat di permukaan Bumi, tulis tim ilmuwan yang dipimpin oleh Kathrin Altwegg dari Universitas Bern di jurnal ilmiah, Science. Temuan tersebut mengesampingkan komet sebagai sumber air di Bumi.

Dalam analisanya, Atlwegg dan timnya meneliti rasio Hidrogen berat dan Hidrogen ringan yang membentuk air jika digabungkan dengan Oksigen. Ketika inti atom Hidrogen ringan cuma memiliki satu Proton, Hidrogen berat alias Deutrium memiliki tambahan Neutron pada inti atomnya.

Studi mengungkap, jejak Hidrogen Berat pada Chury berjumlah tiga kali lebih banyak ketimbang di samudera Bumi.

Penelitian serupa pada komet lain menemukan jumlah Hidrogen berat yang lebih sedikit. Altwegg mengatakan rasio Hidrogen berat berbeda-beda pada komet dengan jenis yang sama. Seperti misalnya pada komet Haley. Kedua komet terbentuk di Sabuk Kuiper.

Namun secara umum, hasil penelitian itu membuktikan bahwa air yang terperangkap di tubuh komet berbeda jauh dengan air di Bumi. Setidaknya air di Bumi tidak berasal dari keluarga komet Churyumov-Gerasimenko, begitu kesimpulan peneliti.

Dengan temuan ini dunia sains kembali melirik Asteroid sebagai sumber air di Bumi.

Asal usul air di Bumi sejauh ini belum bisa dijelaskan secara menyeluruh. Teori yang populer menyebut samudera di Bumi terbentuk berkat hantaman komet dan asteroid yang banyak terjadi pada awal pembentukan planet.

Penjelasan alternatif adalah bahwa Bumi sejak awal merupakan planet yang kaya air. Teori tersebut dipublikasikan di jurnal Science belum lama ini. Pada Asteoroid Vesta, para peneliti menemukan rasio Hidrogen berat dan Hidrogen ringan yang serupa dengan air di Bumi.

Analisa tersebut menyimpulkan air sudah terbentuk di lingkaran terdalam sistem tata surya muda dalam jumlah besar. Selama ini ilmuwan meyakini air di Bumi berasal dari sabuk Kuiper yang berada di lingkaran terluar.

Namun studi yang lain mengungkap, sebagian air di Bumi berusia lebih tua dari sistem matahari. Agustus silam peneliti dari Carnegie Institution for Science di Washington mengklaim, air di Bumi berawal sebagai awan molekuler di ruang antarbintang yang kemudian membentuk matahari dan planet.
 

rzn/vlz