1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikUkraina

Darurat Militer Daerah Aneksasi: "Langkah Putus Asa Rusia"

Alexandra Ivanova
22 Oktober 2022

Ada kekhawatiran Rusia akan lakukan tindakan putus asa seperti meledakkan bendungan untuk membanjiri daerah-daerah Ukraina, atau menyerang lebih banyak warga sipil.

Bendera Ukraina di Desa Dolyna di wilayah Donetsk
Bendera Ukraina di Desa Dolyna di wilayah DonetskFoto: Metin Aktas/AA/picture alliance

Presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan darurat militer di wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh Federasi Rusia, yaitu di Donetsk, Luhansk, Zaporizhia dan Kherson.

DW berbicara kepada Joachim Krause, Direktur Institut Kebijakan Keamanan di Universitas Kiel, Jerman, tentang apa artinya langkah ini bagi situasi di garis depan dan bagi orang-orang di daerah yang terkena dampak. Apakah mungkin terjadi eskalasi nuklir?

DW: Menurut Anda, apa artinya penerapan darurat militer bagi mereka yang berada di garis depan?

Joachim Krause: Saat ini saya tidak melihat ada yang akan berubah. Keadaan perang atau keadaan darurat berarti pihak berwenang dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan dan, di atas semua itu, administrasi militer dapat mengambil alih pengelolaan wilayah tersebut. Lalu ada kekosongan hukum, dan itulah yang terjadi di daerah-daerah ini.

Kekhawatiran saya adalah bahwa Rusia sekarang mencoba - seperti yang mereka lakukan di zona perang - untuk mendeportasi populasi yang tersisa ke Rusia. Sebagian besar provinsi sama sekali tidak berada di bawah administrasi Rusia. Juga tidak pasti berapa lama daerah-daerah ini akan tetap berada di bawah pendudukan Rusia. Di Kherson kita menyaksikan bahwa pemerintahan militer di sana ingin mengevakuasi penduduk sipil, yang kemungkinan bertentangan dengan keinginan mereka.

Beberapa ahli percaya bahwa Putin tidak ingin langkahnya bisa diterka. Apakah keadaan darurat militer ini di luar perkiraan?

Saya tidak berpikir ada pengamat yang memperkirakan hal ini, karena tidak akan banyak perubahan di wilayah-wilayah tersebut. Dalam hal ini, saya tidak tahu apakah ini pertanda bahwa Putin tidak bisa diterka atau apakah itu hanya sinyal yang ingin digunakan Putin untuk memperjelas betapa seriusnya dia. Kemungkinan, ini lebih merupakan sinyal politik ke Barat bahwa kita harus memikirkan hal-hal tersebut. 

Joachim Krause, pakar keamanan dari Universitas Kiel, JermanFoto: Privat

Bisakah langkah ini dinilai sebagai tingkat eskalasi baru?

Saya belum melihat ini sebagai eskalasi karena ini murni tindakan verbal. Putin masih memiliki banyak pilihan eskalasi militer. Jika ini adalah sinyal bahwa penduduk Ukraina akan dideportasi ke Rusia, tentu saja ini merupakan eskalasi bagi Ukraina sejauh menyangkut penduduk sipil. Saya dapat membayangkan bahwa sebagian besar orang Ukraina yang tinggal di sana tidak ingin dideportasi ke Rusia, dan terpaksa berasimilasi di sana sebagai "orang Rusia baru".

Apa ini berarti penduduk lelaki di daerah yang dicaplok akan direkrut jadi tentara Rusia?

Itu sudah terjadi. Hal buruknya adalah para pemuda ini direkrut di wilayah pendudukan untuk berperang melawan negara mereka sendiri. Sekarang, perekrutan bisa dilakukan dengan lebih sistematis, tapi saya tidak tahu berapa banyak pria yang sebenarnya ada di sana. Tidak ada yang benar-benar tahu. Saya menduga bahwa ini lebih merupakan tindakan putus asa untuk menunjukkan bahwa Rusia masih mampu bertindak.

Pada umumnya situasi di angkatan bersenjata Rusia tidak terlalu baik. Terlihat moral mereka runtuh, bahwa Rusia mengalami masalah besar dengan persediaan dan amunisi. Semua ini bukan pertanda baik dari sudut pandang Rusia. Selain itu, situasi pasukan Rusia di barat Dnipro juga semakin sulit.

Timbul pertanyaan: apakah mereka akan mundur secara terhormat, atau akankah mereka diserbu atau ditangkap oleh pihak Ukraina? Di sana ada setidaknya 20.000 hingga 25.000 tentara. Ini bukan bagian kecil dari kekuatan militer Rusia. Saya pikir hal-hal akan berubah di daerah Kherson dalam beberapa hari ke depan. Itu bisa banyak mengubah perhitungan pihak Rusia. 

Perubahan apa yang Anda perkirakan terjadi?

Katakanlah Ukraina memenangkan kembali Kherson dan semua wilayah barat Dnipro. Itu akan menjadi kekalahan besar bagi Rusia. Saya tidak akan membandingkannya dengan Stalingrad, tapi pasti akan membawa dimensi yang sama.

Saya khawatir Rusia kemudian akan melakukan tindakan putus asa, bahwa mereka mungkin meledakkan bendungan di sana sebagai balas dendam untuk membanjiri seluruh daerah itu. Atau mereka kemudian akan meluncurkan lebih banyak serangan dengan semua persenjataan yang dimiliki untuk menyerang sipil Ukraina. Ini tentu saja akan mendorong negara-negara Barat untuk berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan udara Ukraina.

Ukraina telah mempersiapkan diri atas kemungkinan itu?

Saya rasa demikian. Saya mengagumi kemampuan tim Ukraina untuk beradaptasi dengan perubahan yang berbeda dan untuk mengantisipasi apa yang mungkin akan dilakukan Rusia. Dalam hal ini, saya cukup optimistis bahwa kepemimpinan militer Ukraina akan menghitung skenario ini dengan sangat hati-hati.

Mungkinkah Rusia membalas dengan menggunakan senjata nuklir?

Rusia punya banyak opsi eskalasi sebelum memilih menggunakan nuklir. Saya pikir, relatif tidak mungkin mereka akan membawa konflik ini ke tingkat nuklir, karena kemudian Barat dapat bereaksi dengan sepenuhnya menghancurkan perhitungan Rusia.

Rusia harus berasumsi bahwa jika mereka mencoba memaksa Ukraina untuk menyerah dengan senjata nuklir, negara-negara Barat kemudian akan meluncurkan operasi besar untuk menghancurkan pasukan Rusia di Ukraina. Barat juga dapat mengancam bahwa jika Rusia menggunakan nuklir lagi, akan ada juga menjadi respon nuklir dari Barat. 

Apa yang mungkin terjadi pada wilayah Krimea?

Mungkin juga terjadi bahwa front Rusia akan sepenuhnya runtuh dan Ukraina akan merebut Krimea. Jika tidak, saya pikir akan lebih baik untuk mencoba mengembalikan Krimea lewat proses diplomatik, dengan dicabutnya sanksi oleh negara-negara Barat seiring penarikan mundur Rusia dari Krimea.

Bisakah Rusia mengakhiri perang ini tanpa kehilangan muka?

Rusia dan Putin telah kehilangan muka. Itu akan semakin menjadi-jadi, seiring dengan kian lamanya Anda mencoba untuk menyangkal telah kehilangan muka. Ini pada dasarnya adalah tragedi Putin atau Rusia. Semakin lama perang berlangsung, semakin banyak pasukan Rusia yang diterjunkan, semakin sedikit kekuatan militer yang dimiliki Rusia, semakin lemah Rusia.

Anda dapat melihatnya dalam reputasi internasional Putin. Para sekutu atau kepala negara yang bersahabat kini memandangnya jauh lebih kritis dibandingkan pada waktu setahun lalu. Banyak dari mereka berpendapat bahwa dia tidak bisa memahami situasi buruk yang ia alami dan menarik kesimpulan yang tepat. Mereka percaya bahwa dia (Putin) selalu dapat bekerja lebih keras untuk habis-habisan terus berperang hingga menang. Tapi dia tidak akan bisa mengakhiri perang ini dengan kemenangan. (ae/vlz)

Wawancara untuk DW oleh Alexandra Ivanova dan telah diedit sesuai konteks.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait