Data Vaksin Covid-19 di Otoritas Obat Eropa Target Peretasan
10 Desember 2020
Data-data vaksin Covid-19 dari BioNTech dan Pfizer "diakses secara tidak sah'' dalam sebuah serangan siber, kata kedua perusahaan. Regulator Obat Eropa EMA membenarkan serangan itu.
Iklan
Otoritas Obat-Obatan Eropa European Medicines Agency (EMA) di Amsterdam mengatakan Rabu (9/12), mereka telah menjadi target serangan siber. Data-data yang diakses adalah tentang vaksin BioNTech dan Pfizer. EMA saat ini sedang melakukan prosedur verifikasi untuk melisensi beberapa vaksin virus corona.
Namun EMA menolak memberikan rincian lebih lanjut tentang serangan tersebut, karena penyelidikan masih berlanjut. Tetapi perusahaan Jerman BioNTech dan perusahaan AS Pfizer merislis pernyataan yang mengatakan bahwa "beberapa dokumen yang berkaitan dengan pengajuan perizinan kandidat vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech, BNT162b2, yang disimpan di server EMA, telah diakses secara tidak sah. ''
Mereka menambahkan, sistem BioNTech atau Pfizer sendiri tidak ada yang ditembus para peretas. Tetapi mereka tidak tahu, apakah ada data-data peserta studi klinis yang bisa diakses atau dicuri peretas.
Tak berdampak pada proses perizinan vaksin Covid-19
"Saat ini, kami masih menunggu informasi lebih lanjut tentang investigasi EMA dan akan menanggapi dengan tepat dan sesuai Hukum Uni Eropa,'' kata kedua perusahaan. "EMA telah meyakinkan kami bahwa serangan dunia maya tidak akan berdampak pada penjadwalan dan peninjauan vaksinnya."
Vaksin buatan BioNTech dan Pfizer menjadi yang pertama yang mendapat otorisasi darurat di Inggris minggu lalu, dan di Kanada hari Rabu (9/12). Sedangan otoritas AS, FDA diharapkan segera memberikan persetujuan minggu ini.
Ini bukan pertama kalinya data-data terkait vaksin virus corona menjadi sasaran peretasan.
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan
Foto: picture-alliance/dpa/V. Pesnya
7 foto1 | 7
Sering jadi sasaran peretasan
Bulan lalu, Microsoft mengatakan telah mendeteksi upaya peretas Rusia dan Korea untuk mencuri data-data berharga dari perusahaan farmasi dan peneliti vaksin terkemuka.
Microsoft mengatakan, sebagian besar target peretasan terletak di Kanada, Prancis, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, negara-negara yang terlibat langsung dalam penelitian vaksin dan perawatan untuk COVID-19.
Namun Microsoft tidak menyebutkan vaksin mana saja yang menjadi target, tetapi mengatakan bahwa sebagian kandidat vaksin yang ditargetkan sedang berada dalam berbagai tahapan uji klinis.