1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Daya Tarik Slogan Nazi dan Xenofobia di Orang Kaya Jerman

28 Mei 2024

Sebuah video dari pulau liburan mewah Sylt memperlihatkan anak-anak orang kaya meneriakkan slogan Nazi dan menyanyikan lagu bernada xenofobia. Apakah anak-anak orang kaya cenderung antidemokrasi?

Pengunjuk menentang ekstremisme kanan rasa di luar Pony Club, Sylt
Pengunjuk rasa berdemo menentang ekstremisme kanan di luar Pony Club, tempat direkamnya sebuah video yang menggambarkan gerakan rasisFoto: Lea Sarah Albert/dpa/picture alliance

Kehebohan akibat video rasis berdurasi 15 detik yang disebut "menjijikkan" oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz dan oleh Menteri Dalam Negeri Federal Nancy Faeser disebut "aib bagi Jerman" terus berlanjut hingga minggu kedua.

Video tersebut memperlihatkan sejumlah anak muda dengan pakaian kasual menari dan bernyanyi: "Jerman untuk orang Jerman, orang asing keluar." Semua itu mereka nyanyikan dengan lagu pesta yang pernah hit 20 tahun lalu berjudul L'amour toujours.

Salah satu dari mereka memberi hormat ala Hitler sambil memegang dua jari di antara bibir atas dan hidungnya seolah meniru kumis diktator Nazi tersebut.

Video tersebut direkam minggu lalu di Pony Club di Pulau Sylt, sebuah pulau di Laut Utara yang sering dikunjungi oleh wisatawan berkantong tebal.

Sejak video tersebut beredar di media sosial, semakin banyak insiden ekstremisme sayap kanan terungkap di pulau itu. Polisi kini juga sedang menyelidiki serangan verbal dan fisik terhadap seorang perempuan kulit hitam berusia 29 tahun.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Mereka yang ditampilkan dalam video tersebut juga kini menghadapi penyelidikan kriminal. Anak-anak muda ini kemungkinan diancam dengan pasal "penghasutan untuk melakukan kebencian" dengan hukuman penjara minimal tiga bulan dan maksimal lima tahun.

Sementara, penggunaan simbol dan mimik tubuh dari organisasi yang tidak konstitusional, seperti penghormatan Hitler, dapat diancam dengan hukuman penjara hingga tiga tahun.

Dalam upaya menjelaskan kejadian tersebut, Faeser dan politisi lainnya menyatakan bahwa pelakunya mungkin adalah orang-orang kaya yang mengalami penelantaran saat masih anak-anak dan sekarang "menginjak-injak nilai-nilai dalam Undang-Undang Dasar kita."

Orang kaya cenderung antidemokrasi?

Istilah Wohlstandsverwahrlosung telah banyak dibicarakan. Istilah ini mengacu pada anak-anak orang kaya yang tumbuh di dunia yang penuh dengan kelimpahan materi, namun mereka itu secara mental dan psikologis sangat labil. Mereka punya pilihan yang tidak terbatas, tidak pernah mengalami tekanan untuk mencari nafkah bagi diri sendiri dan diabaikan oleh orang tua mereka.

Saat dewasa, anak-anak yang tumbuh dengan cara ini menunjukkan rasa berhak atas status sosial yang lebih tinggi. Kekayaan yang dimiliki memungkinkan mereka untuk menuruti apa pun keinginan mereka tanpa harus memikirkan konsekuensi atau tanggung jawab.

Sebaran ekstremisme di masyarakat Jerman

Psikolog sosial Pia Lamberty dari CeMAS, sebuah organisasi nirlaba yang memantau penyebaran ideologi konspirasi, mengatakan insiden Sylt adalah bukti adanya sikap ekstremis sayap kanan dan xenofobia di semua lapisan masyarakat.

"Perhatian media berkaitan dengan fakta, bahwa peristiwa ini tidak terjadi di lokasi klise sayap kanan di negara bagian Sachsen (yang merupakan kubu sayap kanan), di sebuah pub atau klub malam biasa, melainkan di tempat orang-orang kaya dan terkenal berada," katanya kepada kantor berita Jerman, dpa. 

Pulau Sylt, khususnya kota kecil Kampen yang berpenduduk 500 jiwa, telah menjadi destinasi liburan anak muda pecinta pesta dari keluarga kaya selama bertahun-tahun. Para pemimpin bisnis dan selebriti membeli rumah liburan di seluruh pulau itu. Di sana, harga hotel dan real estate sangatlah tinggi, begitu pula harga makanan dan minuman.

Penduduk Kampen sangat terkejut atas insiden ini. Manajer Pony Club dikatakan telah menerima ancaman pembunuhan. Politisi lokal khawatir akan reputasi baik pulau tersebut. Wali Kota Stefanie Böhm berkata, "Kampen adalah desa kosmopolitan. Orang-orang ini tidak mewakili desa maupun pulau tersebut."

Penyelenggara festival di seluruh Jerman mengatakan mereka telah melarang pemutaran lagu L'amour toujours di acara mereka. (ae/as)

Jens Thurau Jens Thurau adalah koresponden politik senior yang meliput kebijakan lingkungan dan iklim Jerman.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait