1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat di Jerman: Perlukah Remaja Dilarang Minum Alkohol?

15 Agustus 2024

Di Jerman, remaja usia 14 hingga 17 tahun diperbolehkan minum alkohol jika ditemani orang tuanya. Menteri Kesehatan Karl Lauterbach ingin mengubah aturan itu.

Foto ilustrasi konsumsi alkohol
Foto ilustrasi konsumsi alkoholFoto: Silas Stein/dpa/picture alliance

Bir dan minuman anggur atau wine, merupakan identitas budaya Jerman, namun 1,6 juta orang Jerman saat ini tercatat mengalami kecanduan alkohol. Influencer media sosial Toyah Diebel menganggap hal itu perlu diubah. November 2018, dia berhenti minum alkohol dan mengirim pesan kepada lebih dari 90.000 pengikutnya: "Alkohol itu tidak keren!"

"Alkohol adalah narkoba. Mungkin legal, tapi tidak mengurangi bahayanya,” katanya kepada DW. "Saya merasa terganggu dengan cara masyarakat kita menyikapinya. Orang Jerman tumbuh dengan kecanduan alkohol… Minum alkohol dianggap sebagai tindakan yang baik, bahkan dimulai sejak usia sangat muda karena dianggap remeh dan sudah menjadi kebiasaan dan dianggap wajar."

Di Jerman, pembelian segala jenis minuman beralkohol dan konsumsinya di muka publik, dibolehkan mulai usia 18. Tetapi, remaja di bawah 18 tahun juga diperbolehkan minum alkohol di depan publik, jika disertai orang tua mereka – yang disebut "minum dengan diantar”. Undang-undang tersebut telah lama menjadi masalah bagi Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach, yang ingin mengamandemen Undang-Undang Perlindungan Remaja untuk menghapuskan modus "minum dengan diantar”.

Toyah Diebel tahu bahwa generasi muda ingin bereksperimen dan mendapatkan pengalaman baru – terutama dengan zat-zat terlarang. Namun dia meyakini, orang perlu melihat alkohol sebagai minuman berisiko, bukan sebagai sekedar stimulan. "Kita perlu membicarakan lebih banyak mengenai risikonya, seperti yang kita lakukan terhadap tembakau… Mengapa tidak melakukan hal yang sama terhadap alkohol?” tanya dia dengan ironi.

Influencer Toyah DiebelFoto: Delia Baum

Alkohol sebabkan kekerasan, kecemasan dan depresi

Rainer Thomasius, direktur medis Pusat Masalah Kecanduan pada Anak dan Remaja di Rumah Sakit Universitas Hamburg-Eppendorf, juga mengeritik sikap longgar Jerman terhadap konsumsi alkohol di kalangan remaja. Survei yang dilakukan baru-baru ini terhadap 4.000 remaja berusia antara 12 hingga 17 tahun menemukan, satu dari sembilan orang menyatakan, mereka mempunyai "masalah konsumsi" alkohol, yang menyiratkan bahwa kesehatan mereka sudah menurun.

"Di Jerman, kita punya masalah besar terkait konsumsi alkohol di kalangan anak muda. Dan keracunan alkohol adalah konsekuensi utamanya – sering kali berujung pada rawat inap,” kata Rainer Thomasius kepada DW.

Dia menyoroti dampak lain: Peminum muda sering menjadi lebih impulsif dan menjadi lebih cemas dan depresi. Anak laki-laki lebih sering menyebabkan kecelakaan dan menunjukkan perilaku kekerasan setelah mengkonsumsi alkohol, sedangkan anak perempuan lebih sering menjadi korban tindakan seksual yang tidak diinginkan. Yang terpenting, menurut Rainer Thomasius, perkembangan saraf bisa terganggu sehingga berujung pada penurunan pembelajaran dan kecerdasan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Telah diketahui selama bertahun-tahun – dan didokumentasikan dengan baik – bahwa konsumsi alkohol dini selama masa pubertas merupakan faktor risiko utama konsumsi alkohol secara teratur saat dewasa, dan mengembangkan kecanduan alkohol. Mereka yang mulai minum alkohol sejak dini, memiliki kemungkinan lebih besar untuk punya ketergantungan pada alkohol di kemudian hari."

Lobi industri alkohol kuat

Rainer Thomasius berpendapat, konsumsi bir dan minuman beralkohol lain sebaiknya dilarang untuk usia di bawah 18 tahun. Namun dia mengakui, ini adalah perjuangan berat dan pencegahan sudah lama diabaikan di Jerman.

"Kita sudah terlena selama beberapa dekade sehubungan dengan pencegahan alkohol," katanya. "Musuh terbesar bagi pencegahan adalah industri minuman beralkohol. Mereka punya lobi yang sangat kuat selama bertahun-tahun, yang menjangkau hingga ke badan-badan politik." 

"Saya akan menaikkan pajak secara signifikan atas alkohol – pada minuman beralkohol, bir, dan minuman berbahan dasar anggur. Karena kita tahu bahwa perpajakan adalah tindakan pencegahan yang cukup efektif," saran Rainer Thomasius.

Toyah Diebel ingin melangkah lebih jauh lagi. Dia ingat satu poin dari perjanjian koalisi pemerintah yang ditandatangani oleh SPD, Partai Hijau, dan Partai Liberaldemorat FDP pada tahun 2021: "Kami akan memperketat peraturan pemasaran dan sponsorship alkohol, nikotin, dan ganja," disebutkan dalam perjanjian itu.

Tapi tidak banyak yang terjadi setelah itu, kata Toyah Diebel. Dia menuntut tindakan lebih jauh.

"Larangan iklan alkohol akan menjadi langkah pertama. Dan sungguh tidak masuk akal jika harga alkohol sangat murah. Di negara kita, barang-barang itu ditempatkan dekat kasir supermarket setinggi mata anak-anak. Alkohol tersedia di mana-mana; tidak ada peraturan," tegasnya.

(hp/as)

Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait