1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Politik Energi, Kanselir Olaf Scholz Emosi di Parlemen

8 September 2022

Pemimpin partai oposisi CDU Friedrich Merz menyebut rencana Jerman hentikan operasi PLTN "gila" di tengah krisis energi. Kanselir Olaf Scholz gusar dan menuduh CDU penghalang utama program energi terbarukan di Jerman.

Kanselir Jerman Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam debat parlemenFoto: Markus Schreiber/AP/picture alliance

Kanselir Jerman Olaf Scholz (SPD) dan pemimpin oposisi Friedrich Merz (CDU), terlibat debat sengit di sidang parlemen membahas anggaran belanja untuk tahun depan hari Rabu (7/9). Perdebatan memanas, ketika Merz menuduh pemerintahan saat ini mengecewakan rakyat Jerman di tengah krisis energi dan inflasi yang melonjak. Dia menyebut pemerintah koalisi "tidak mampu berpikir strategis."

Olaf Scholz, pada gilirannya, menyalahkan partai CDU, yang "berkuasa selama 16 tahun” di bawah mantan Kanselir Angela Merkel namun "tidak mampu mendorong perluasan energi terbarukan," dan malah membuat Jerman bergantung pada gas Rusia.

Friederich Merz membuka debat dengan kritik keras terhadap Kanselir Olaf Scholz dan wakilnya Robert Habeck (Partai Hijau) berkaitan dengan kebijakan energi. Dia mengatakan, Jerman bisa menjadi "bahan tertawaan” tetangganya di Eropa, yang menurut Merz pasti berpikir: "Apakah orang Jerman ini sudah benar-benar "gila" karena akan menutup tiga pembangkit listrik tenaga nuklir dalam situasi seperti ini?"

Pimpinan partai oposisi CDU, Friedrich MerzFoto: Jens Krick/Flashpic/picture alliance

Scholz: Jerman bisa cepat melepaskan diri dari energi Rusia

Olah Scholz membalas, dengan menuding pemerintahan Merkel dan CDU telah membawa Jerman ke dalam posisi genting. Dia menuduh CDU dulu yang paling getol menghambat dan menentang pengembangan energi terbarukan, misalnya dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin.

CDU setiap kali "berjuang keras melawan setiap pembangkit listrik tenaga angin," dan dulu membuat "keputusan-keputusan yang masih merusak Jerman sampai hari ini."

"Itu karena kalian!" kata Olaf Scholz dengan nada tinggi, dan mengabaikan fakta bahwa SPD adalah mitra koalisi CDU dari 2005 hingga 2009 dan dari 2013 hingga 2021.

Dalam pidatonya, Olaf Scholz menyatakan bahwa Jerman akan terus "dengan kecepatan tinggi" mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Pemerintah telah bekerja secara efektif untuk mengalihkan pasokan energinya dari Rusia, dengan mempersiapkan cadangan gas dan mempercepat pembangunan terminal gas. Cadangan gas - saat ini terisi lebih dari 86% kapasitas penyimpanan - akan digunakan untuk pemanasan rumah warga dan menghasilkan listrik. Terminal gas pertama sudah bisa dibuka musim dingin ini, kata Scholz.

Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi & Energi Robert Habeck (Partai Hijau)Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance

Ancaman kenaikan harga dan inflasi

Perdebatan di parlemen juga lama berkisar pada tema inflasi dan meningkatnya biaya hidup yang dirasakan seluruh masyarakat di seluruh Jerman. Pemimpin fraksi Partai Kiri yang beroposisi, Amira Mohamed Ali, menuduh pemerintahan koalisi mengabaikan kebutuhan orang banyak. Dia menyebut paket bantuan langsung dari pemerintah sebagai "tamparan di wajah" warga kelas bawah dan menuntut pemreintah Jerman kembali ke meja perundingan dengan Rusia untuk "memastikan keamanan" pasokan gas.

Pemimpin fraksi FDP yang pro bisnis dengan tegas menolak gagasan pembatasan harga gas seperti yang diterapkan di negara-negara Eropa lainnya. Saran itu diajukan oleh partai Kiri dan CDU. Namun FDP yang terlibat dalam pemerintahan koalisi mengatakan hal itu hanya akan "membuat para pembayar pajak membiayai kenaikan harga energi."

Pemimpin fraksi Partai Hijau mengatakan: "Kami tahu bahwa banyak orang takut" terjadinya penurunan standar hidup dan kemiskinan. Tapi pemerintah sudah memberlakukan kebijakan dan masih tetap menggodok rencana "untuk meredam itu”.

hp/as (dpa, afp, rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait