1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Televisi Kandidat Partai Demokrat

as27 Februari 2008

Laju Obama semakin sulit dihadang oleh Clinton.

Clinton dan Obama dalam debat di televisi menjelang pemilu awal di Texas dan Ohio.Foto: AP

Perdebatan di televisi yang terakhir kalinya dari dua kandidat Partai Demokrat AS, Hillary Clinton dan Barack Obama dikomentari sejumlah harian Eropa.


Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar :


Bersorban atau tidak, Barack Obama memang super. Senator dari Illinois itu selalu menjawab berdasarkan fakta, jika dalam perdebatan rivalnya berusaha mendiskreditkannya. Dalam jajak pendapat di seluruh AS, Obama unggul 16 persen dibanding Clinton. Menjelang digelarnya pemilu awal di Texas dan Ohio terlihat pertanda Obama akan terus melaju. Kandidat Afro-Amerika itu kini menjawab dengan tegas kampanye hitam yang memojokkan dirinya. Termasuk diantaranya publikasi foto Obama yang mengenakan pakaian tradisional bergaya Arab ketika berkunjung ke Kenya.


Harian konservatif Austria Die Presse yang terbit di Wina berkomentar :


Taktik yang dilancarkan dalam kampanye pemilu awal Partai Demokrat semakin tajam. Semakin lanjut pemilu awal digelar, semakin panas suasananya. Ibaratnya semakin terbuka peluang seorang kandidat meraup lumpur yang dilemparkan ke kepala lawannya. Hal ini dilakukan oleh mantan first lady Hillary Clinton, yang merasa ketakutan mengalami kekalahan dalam dua pemilu awal yang akan digelar tanggal 4 Maret mendatang di Texas dan Ohio. Taktik kasar semacam ini memang lazim dalam kampanye di AS. Tapi cara seperti itu bisa menjadi bumerang, yang berbalik menguntungkan pihak yang diserang. Penelitian menunjukan, terutama para pemilih generasi muda menolak kampanye bergaya negatif semacam itu. Obama dengan lugas mengakui kekeliruannya, dan dengan itu ia justru memanen simpati dari para pemilih.


Tema lainnya yang masih menjadi topik komentar harian-harian Eropa adalah ketegangan diplomatik antara Perancis dan Jerman.


Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich dalam tajuknya berkomentar :


Dahulu, hubungan antara Pompidou dan Brandt, Chirac dan Kohl dan juga pada fase awal Chirac dengan Schröder selalu berjalan harmonis. Dalam penolakan perang Irak, bahkan Chirac dan Schröder menjalin aliansi sangat erat. Namun hubungan pribadi presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman, Angela Merkel diketahui tidak kompatibel. Tapi selama ini belum dikategorikan sebagai tragis. Tapi sekarang Paris tidak lagi mempedulikan Berlin. Apakah itu dalam kesepakatan Lissabon atau pembebasan para perawat Bulgaria dari Libya, presiden Sarkozy selalu menonjolkan dirinya sendiri. Semakin seringnya terjadi gesekan politik antara Paris dan Berlin, berdampak amat buruk pada hubungan bilateral.


Dan terakhir harian Perancis La Liberte de l'Est yang terbit di Epinal berkomentar :


Motor penggerak hubungan Perancis - Jerman kini berjalan tersendat. Hubungan ideal Chirac-Schröder sudah merupakan masalalu, karena pasangan Sarkozy - Merkel gagal menghidupkan kembali hubungan baik itu. Terdapat banyak sekali titik pergesekan. Antara lain politik menggampangkan masalah dari Paris dan kurangnya upaya untuk mengurangi defisit anggaran, yang menjadi titik sengketa dengan Berlin. Jerman yang menilai dirinya sebagai panutan, tidak dapat menerima kurangnya disiplin Perancis dalam Uni Eropa yang menganut prinsip disiplin ketat.