1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Debat Usia Pensiun di Jerman

Helen Whittle | Lisa Hänel
1 September 2022

Populasi yang menua, kelangkaan tenaga kerja, dan pembiayaan dana pensiun adalah persoalan besar bagi ekonomi dan masyarakat Jerman. Apakah menaikkan usia pensiun menjadi 70 tahun bisa jadi solusi?

Foto ilustrasi pekerja di Jerman yang makin tua
Foto ilustrasi pekerja di Jerman yang makin tuaFoto: Andreas Prost/IMAGO

Jerman melaporkan rekor jumlah lowongan pekerjaan pada kuartal pertama tahun ini, jumlahnya melonjak ke 1,74 juta lowongan kerja, angka tertinggi sejak reunifikasi 30 tahun lalu. Pada saat yang sama, Jerman juga memiliki rekor kekurangan orang muda. Menurut Kantor Statistik Federal pada bulan Juli, hanya 10% dari populasi Jerman berusia antara 15 dan 24 tahun, dibandingkan dengan 20% di atas usia 65 tahun.

Tingkat kelahiran Jerman memang terlalu rendah untuk bisa mengimbangi pergeseran usia. Ini juga berarti bahwa kas pensiun negara berada di bawah tekanan berat. Salah satu solusi yang diusulkan adalah menaikkan usia pensiun menjadi 70 tahun. Presiden Federasi Asosiasi Pengusaha Jerman Stefan Wolf menyerukan langkah ini pada awal Agustus. Dan proposal itu dengan cepat diangkat media nasional dan menjadi perdebatan hangat.

Saat ini, Jerman sedang dalam proses menaikkan usia pensiun secara bertahap dari sebelumnya 65 tahun menjadi 67 tahun.

Piramida kependudukan Jerman

Sistem pensiun bisa runtuh

Di Jerman, pensiun sebagian besar dibiayai melalui kas dana pensiun yang dibayar oleh setiap pekerja, kecuali pegawai negeri sipil dan wiraswasta. Uang yang terkumpul inilah yang kemudian digunakan untuk membayar uang pensiun kepada mereka yang sudah memasuki masa pensiun.

Setiap pekerja saat ini berkontribusi lebih dari 9% dari pendapatan bulanan mereka untuk kas dana pensiun. Uang ini langsung disetorkan majikan mereka ke kantor dana pensiun. Tetapi sistem seperti ini tentu hanya akan berfungsi baik, selama ada cukup banyak pekerja yang membayar ke kas dana pensiun, sehinga negara punya cukup dana untuk membiayai para pensiunan.

"Menaikkan usia pensiun selalu merupakan tindakan yang sangat tidak populer. Karena itu sebisa mungkin dhindari oleh para politisi. Tapi saya bisa membayangkan bahwa pada pertengahan 2030-an, ketika kita terjebak di tengah-tengah perubahan demografi, sesuatu harus terjadi," kata Johannes Rausch dari Pusat Ekonomi Penuaan di München.

Rausch memperkirakan bahwa cepat atau lambat kemungkinan besar usia pensiun akan meningkat dengan peningkatan harapan hidup. Dengan cara ini, masih akan ada cukup kontributor untuk membiayai sistem pensiun, walaupun itu berarti bahwa tingkat iuran juga harus dinaikkan.

Populasi yang menua di negara-negara OECD

Jerman tidak sendirian dalam memperkenalkan tindakan seperti itu. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi OECD memperkirakan bahwa usia rata-rata pensiun akan meningkat menjadi 66,1 tahun untuk pria dan 65,5 tahun untuk perempuan.

Di negara-negara di mana usia pensiun sudah dikaitkan dengan harapan hidup, termasuk Denmark, Italia, dan Estonia, sudah terlihat jelas bahwa usia pensiun akan meningkat secara signifikan.

Johannes Geyer, wakil kepala Ekonomi Publik di Deutsches Institut für Wirtschaftsforschung, percaya bahwa efek kuantitatif dari menaikkan usia pensiun hanya akan bersifat nominal. Dia melihat solusi potensial yang lebih baik.

"Kita membutuhkan migrasi. Sangat penting bahwa kita memiliki cukup banyak orang yang datang dari luar negeri untuk bekerja di Jerman," kata Geyer. "Pemerintah sedang berusaha untuk mempermudah kualifikasi migran dari luar negeri agar diakui di Jerman. Kami juga melihat beberapa perbaikan dalam peraturan untuk pencari suaka."

Untuk saat ini, Jerman mungkin masih membutuhkan waktu untuk menemukan solusi. Tetapi perubahan demografis pada akhirnya akan memaksa negara untuk bertindak.

(hp/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait