Deklasifikasi Laporan Khashoggi Bayangi Relasi AS dan Saudi
26 Februari 2021
Amerika Serikat akan merilis laporan CIA dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, yang mengungkap peran pewaris tahta Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Laporan itu diyakini akan membebani hubungan kedua negara.
Iklan
Laporan rahasia itu dibuat pasca pembunuhan brutal terhadap Jamal Khashoggi, Oktober 2018 silam, dan akan dipublikasikan secara umum pada Jumat (26/2). Sebelumnya Presiden Donald Trump menolak menerbitkan laporan tersebut.
CIA diyakini memiliki informasi valid yang menggambarkan Pangeran Mohammed bin Salman sebagai dalang pembunuhan.
Bin Salman sejauh ini menolak dikaitkan dengan pembunuhan tersebut. Pemerintah Saudi bersikeras, pembunuhan dan mutilasi terhadap Khashoggi dilakukan oleh oknum yang bertindak atas keinginan sendiri.
Pada Kamis (25/2), Presiden Joe Biden menghubungi Raja Salman untuk melakukan pembicaraan pertama sejak dilantik lima pekan silam. Gedung Putih tidak merinci apakah kedua kepala negara membahas pembunuhan Khashoggi. Biden sendiri mengaku sudah membaca laporan tersebut pada Rabu (24/2).
Deklasifikasi laporan pembunuhan Khashoggi dilakukan ketika pemerintahan baru AS mengkaji ulang kebijakannya terhadap Arab Saudi. Biden berulangkali menegaskan akan kembali mengedepankan prinsip-prinsip HAM dalam ruang diplomasi.
Prinsip HAM vs. Kepentingan politik
Di dalam negeri, dia didesak untuk menjatuhkan sanksi atau menggalang upaya mengisolasi Mohammed bin Salman. Dikhawatirkan, pemerintahan baru AS akan kembali ke kebijakan lama dan cuma mengeluarkan kecaman terhadap pembunuhan Khashoggi, tanpa dibarengi tindakan tegas.
Arab Saudi adalah salah satu sekutu AS paling penting di Timur Tengah, terutama dalam konflik degan Iran.
Namun begitu kasus Khashoggi menjaring dukungan lintas partai di Amerika Serikat. Seorang senator Partai Republik, John Cornyn, Selasa (23/2) lalu mengatakan pihaknya berharap Biden akan "bersikap tegas dan mengatakan bahwa hal itu tidak bisa diterima,” katanya mengomentari pembicaraan Biden dan Raja Salman.
Adapun Senator Tim Kaine dari Partai Demokrat mengaku dirinya memahami jika pemerintah AS mempertimbangkan sanksi terhadap Saudi. "Ini adalah hari penghitungan, sesuatu yang sudah seharusnya sejak lama dilakukan,” ujarnya.
Sejak dilantik Januari silam, Biden berjanji akan merawat hubungan dengan Arab Saudi selama sesuai dengan kepentingan AS. Dia menghentikan dukungan militer terhadap perang yang dilancarkan Saudi di Yaman, serta berjanji akan menghentikan penjualan senjata ke negeri Wahabi tersebut.
Ketika ditanya bagaimana laporan Khashoggi akan mempengaruhi kebijakan Biden terhadap Arab Saudi, juru bicara Gedun Putih Jen Psaki mengatakan pihaknya masih memiliki banyak opsi lain.
"Ada area-area di mana kami akan menyuarakan kekhawatiran dan membuka peluang untuk meminta pertanggungjawaban,” kata dia. "Ada juga area lain di mana kami akan tetap bekerjasama dengan Arab Saudi, mengingat ancaman yang ada di kawasan.”
Iklan
"Parodi hukum" di Riyadh
Meski baru berstatus pewaris tahta, Mohammed bin Salman berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya dalam waktu singkat. Dia antara lain menyingkirkan pesaing politik di kerajaan, dan memenjarakan aktivis HAM atau pengusaha yang dinilai tidak loyal.
"Semua ini terjadi dalam rentang waktu dua atau tiga tahun,” kata Abdullah al Oudh, pelarian Arab Saudi yang mendapat suaka di AS. "Bayangkan apa yang terjadi 40 tahun ke depan jika kita biarkan dia berkuasa?”
"Orang ini melihat dunia sebagai panggung bagi operasi (pembunuhan),” imbuh bekas kepala penelitian di institut Demokrasi Untuk Dunia Arab itu, srganisasi yang dibentuk oleh Khashoggi sebelum dibunuh.
Pada 2019, pangeran bin Salman mengaku "bertanggungjawab penuh” bahwa pembunuhan terjadi di bawah kekuasaannya, tapi menepis tuduhan ikut terlibat. Atas desakan AS, Arab Saudi akhirnya mendakwa sebagian pelaku dalam sebuah proses rahasia.
Musim Semi Arab: Awalnya dan Situasi Sekarang
Musim Semi Arab terjadi 2010 lalu. Namun, negara-negara Arab yang dulu dilanda revolusi masih tetap bergelut dengan berbagai masalah. Di banyak tempat, revolusi bahkan tak menunjukkan bekas. Berikut situasi lima negara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Khalil Hamra
Tunisia, awalnya...
Peristiwa politik yang disebut "Revolusi Yasmin" diawali kerusuhan massal di seluruh negeri akhir Desember 2010. Awalnya peristiwa pembakaran diri penjual sayur Mohamed Bouazizi (17 Des 2010). Lalu 14 Januari 2011 Presiden Ben Ali meninggalkan Tunisia. 17 Januari 2011 PM Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Februari 2011 Ghannouchi turun, dan digantikan PM baru Béji Caïd Essebsi.
Foto: AP
Tunisia, situasi sekarang
17 Jan 2011 Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Feb 2011 setelah sejumlah aksi protes besar-besaran, Ghannouchi turun, dan PM baru Béji Caïd Essebsi (foto). Tunisia hingga kini masih menghadapi banyak masalah. Antara lain masalah keamanan. Juli 2015 terjadi sebuah serangan teror di Sousse yang menyebabkan 38 orang tewas. 30 di antaranya berasal dari Inggris.
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
Mesir, awalnya...
Perlawanan dimulai 25 Jan 2011, pada hari yang disebut "Hari Kemarahan“. 11 Feb Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa puluhan tahun turun jabatan, Dewan Militer ambil alih. Mereka jamin pemilu demokratis serta cabut situasi darurat yang sudah berlangsung 30 tahun. 2 Juni 2012 Mubarak dijatuhi hukuman seumur hidup. Setelah itu ia beberapa kali dihadapkan ke pengadilan karena sejumlah tuduhan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Abed
Mesir, sekarang
Dalam pemilu antara 2011 dan 2012 Ikhwanul Muslimin dapat suara mayoritas di parlemen. Mohammed Mursi jadi Presiden. Partai liberal, kiri dan kekuatan sekuler protes dan memuncak Nov 2012. Serangkaian demonstrasi berakhir pada kudeta oleh militer. Mereka angkat Adli Mansur sebagai presiden sementara, dan akhirnya lewat pemilu Mei 2014, (Jenderal) Abdel al-Fattah al-Sisi (foto) jadi presiden.
Foto: Reuters
Libya, dulu...
Muammar Gaddafi (foto) diktator Libya antara 1969-2011. Ia penguasa yang paling lama bercokol di puncak kekuasaan Libya. Awal 2011 Musim Semi Arab menjalar ke Libya dan sulut demonstrasi di seluruh negeri. Gaddafi kehilangan kontrol. Maret sejumlah negara lancarkan serangan udara. Juni 2011 Gaddafi resmi dicari karena pelanggaran kemanusiaan. 20 Oktober 2011 Gaddafi tewas dibunuh saat buron.
Foto: Christophe Simon/AFP/Getty Images
Libya, situasi sekarang
Sejak 2011 Libya diguncang baku hantam antar milisi. Awalnya proses demokratisasi berjalan karena 2012 pemilu demokratis dilaksanakan. Partai sekuler ANK jadi kekuatan terbesar. Tapi partai Islam jadi mayoritas di parlemen. Pemerintah mayoritas Islam fundamental tidak mampu atau mau hapus milisi. Ansar al-Sharia bisa bergerak bebas. Presiden Nuri Abusahmain bahkan dirikan pasukan pribadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Maroko, lima tahun lalu
Maroko adalah monarki konstitusional, dan sejak 1999 dipimpin Muhammad VI (foto). Negara miskin tapi stabil secara politik. Setelah seruan di Facebook, 20 Feb 2011 (Hari Kehormatan) ribuan berdemonstrasi tuntut reformasi politik dan demokrasi. Dalam kerusuhan jatuh korban tewas. Sebagai reaksi, Raja Maroko umumkan reformasi politik 10 Maret 2011.
Foto: Getty Images/AFP/A. Jocard
Maroko, situasi sekarang
Referendum konstitusi dilaksanakan setelah Musim Semi Arab. Perubahan yang disetujui 98% anggota parlemen, akui Tamazight jadi bahasa resmi disamping Arab. Sejumlah kewenangan dialihkan dari raja ke perdana menteri dan parlemen. Raja sekarang wajib angkat PM dari partai yang mayoritas di parlemen. Sebelumnya, Raja Maroko bisa mengangkat siapapun yang ia inginkan. Foto: istana raja.
Foto: DW/D. Guha
Aljazair, lima tahun lalu
Kerusuhan Aljazair (2010–2012) berkaitan dengan revolusi di Tunisia. Aksi protews warga awalnya disulut terus meningkatnya harga bahan pangan. Kerusuhan muncul secara spontan dan tidak terorganisir. Oposisi tuntut pencabutan situasi darurat, dan itu dipenuhi pemerintah tanggal 24 Feb 2011. Hingga pertengahan April ada kerusuhan dan demonstrasi. Foto: Presiden Abdelaziz Bouteflika
Foto: Rahim Ichalalen
Aljazair, situasi sekarang
Aljazair hingga sekarang tetap menghadapi banyak masalah. Presiden Bouteflika juga tetap berkuasa. Dalam pemilu 17 April 2014 ia terpilih jadi presiden untuk keempat kalinya. Menurut keterangan departemen dalam negeri, 81,5% suara diraih Bouteflika, dan 12,18% diraih penantangnya Ali Benflis. Foto: ibukota Aljir.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Schulze
10 foto1 | 10
Lima di antaranya divonis mati, sementara tiga orang dikenakan hukuman penjara seumur hidup. Namun sembilan bulan kemudian, pengadilan menganulir hukuman mati terhadap kelima terpidana, dan mengubahnya menjadi hukuman kurung selama 20 tahun.
Organisasi HAM, Amnesty International, dan Reporters Withour Borders, menyebut proses persidangan terhadap pelaku pembunuhan Khashoggi sebagai "sebuah parodi hukum.”