Delegasi Rohingya Tinjau Desa Repatriasi di Myanmar
5 Mei 2023
Kelompok pertama pengungsi Rohingya dari Bangladesh tiba di Myanmar untuk menginspeksi kesiapan junta militer memfasilitasi repatriasi. Pemulangan para pengungsi merupakan kesepakatan tertunda dari kedua negara
Iklan
Delegasi repatriasi Rohingya beranggotakan 20 orang pengungsi dan tujuh aparat pemerintah Bangladesh. Mereka melintasi perbatasan di Sungai Naf pada Jumat (5/5) untuk menginspeksi desa percontohan buatan junta militer Myanmar di negara bagian Rakhine.
"Kami berangkat dari Teknaf Jetty dengan 20 anggota etnis Rohingya, termasuk tiga orang perempuan,”kata Wakil Komisioner Pengungsi Bangladesh, Mohammed Khalid Hossein, kepada AFP.
Kunjungan tersebut merupakan yang pertama sejak eksodus etnis minoritas Rohingya pada 2017 silam. Sebelumnya perwakilan junta Myanmar sudah melakukan lawatan ke kamp pengungsi di pesisir tenggara Bangladesh, Maret lalu.
Bangladesh saat ini menampung sekitar satu juta pengungsi Rohingya. Kebanyakan melarikan diri dari operasi militer Myanmar di Rakhine tahun 2017. Catatan pelanggaran HAM terhadap etnis minoritas itu kini menjadi sasaran investigasi PBB atas dugaan genosida.
Warga Rohingya Setahun di Negeri Tak Bertuan
Ribuan warga Rohingya berdemonstrasi di Kutupalong, Bangladesh memperingati setahun sejak mereka terusir dari Myanmar. Selama ini, ratusan ribu jiwa hidup terlantung-lantung di daerah yang disebut “tempat tak bertuan“.
Foto: Reuters/M.P. Hossain
Rohingya tuntut PBB
Lebih dari 15 ribu warga Rohingya turut ambil bagian dalam demonstrasi di tempat pengungsian di Kutupalong, Distrik Cox Bazar, di sebelah selatan Bangladesh (25/08). Mereka menutut "keadilan dari PBB“. Pada sebuah spanduk tertulis: "Tidak terulang lagi: Hari Peringatan Genosida Rohingya, 25 Agustus 2018“.
Foto: Reuters/M.P. Hossain
PBB akui genosida
PBB menyebutkan bahwa peristiwa kekerasan yang dialami warga Rohingya di Myanmar sebagai bentuk "pembersihan etnis". Maret lalu, pejabat khusus PBB untuk Myanmar, Yanghee Lee mengungkapkan tentang adanya "genosida".
Foto: Reuters/M.P. Hossain
Ribuan terbunuh
Menurut data yang dirilis "Doctors Without Borders" pada bulan pertama ketika kekerasan merebak, sedikitnya 6.700 warga Rohingya terbunuh. Saat ini ada sekitar 900.000 warga Rohingya yang mengungsi di Bangladesh.
Foto: Reuters/M.P. Hossain
Tempat pengungsian terbesar dunia
Selama setahun, para pengungsi Rohingya tidak disebar ke berbagai lokasi di Bangladesh, melainkan hanya menempati lahan seluas 14 kilometer persegi, ini hanya seluas sebuah desa kecil. Tempat itu dikenal saat ini sebagai lokasi pengungsian terbesar di dunia.
Foto: Reuters/M.P. Hossain
Hidup di tenda
Ribuan pengungsi di Kutupalong tidak diperbolehkan meninggalkan kamp dengan bebas atau menetap di tempat lain di Bangladesh. Warga Rohingya pun hidup berhimpitan dalam tenda sederhana. Mereka mencoba membangun kembali rumah, lengkap dengan masjid dan toko-toko, di daerah yang mereka namai "tempat tak bertuan".
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Qadri
Kembali ke rumah
Mungkinkah kembali? Jawabannya tak mudah, meski Bangladesh dan Myanmar telah melakukan perjanjian repatriasi, implementasinya masih tertunda. Persoalan berikutnya: ke mana mereka harus pergi? Meski demikian warga Rohingnya tetap menyuarakan harapan saat demonstrasi berlangsung: "Kami diusir dari negara kami, dari rumah kami. Kami menginginkan keadilan, kami ingin kembali ke rumah kami."
Foto: Reuters/M.P. Hossain
6 foto1 | 6
Kesepakatan tertunda
Di penghujung 2017, Bangladesh dan Myanmar menyepakati perjanjian kepulangan pengungsi. "Namun baru pada akhir 2022 lalu Myanmar yang kini dikuasai junta militer, menyanggupi repatriasi, setelah mendapat jaminan bantuan dari pemerintah Cina", kata Menteri Luar Negeri Bangladesh, AK Abdul Momen, saat itu dalam sebuah jumpa pers di Dhaka.
Iklan
Kini, desa berfasilitas lengkap yang disyaratkan dalam perjanjian repatriasi nyaris rampung. "Delegasi akan mengunjungi berbagai fasilitas yang dibangun untuk memfasilitasi kepulangan pengungsi ke Myanmar,” kata Hosein, pejabat Bangladesh untuk pemulangan Rohingya.
AFP melaporkan, otoritas Bangladesh mengharapkan gelombang pertama pengungsi Rohingya sudah bisa menempati desa tersebut pada akhir Mei, sebelum musim hujan tiba.
Namun bagi pengungsi Rohingya yang hidup menyempil di kamp pengungsi Bangladesh selama enam tahun, program kepulangan justru mengundang kecurigaan.
Potret Warga Rohingya Rela Bertaruh Nyawa di Lautan Hingga Terdampar di Aceh
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan kelaparan dan kehausan di atas kapal motor rusak di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Ini bukan kali pertama etnis yang terusir dari Myanmar ini terdampar di perairan Indonesia.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terombang-ambing di lautan
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di atas sebuah kapal di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Mereka ditemukan oleh nelayan sekitar yang kebetulan sedang melintas di sekitar lokasi. Ini bukan kali pertama sebuah kapal motor bermuatan puluhan bahkan ratusan pengungsi Rohingya terdampar di perairan Aceh Utara.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Bertaruh nyawa
Para pengungsi rela bertaruh nyawa melintasi lautan selama berminggu-minggu dengan perbekalan minim. Mereka yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak ini, berharap dapat mengadu nasib dan mencari pekerjaan di negara tujuan. Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan sebanyak 15 pengungsi tewas di perjalanan dan dilarung ke laut. Diduga akan ada kapal-kapal lain yang menyusul.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terusir dari rumah
Kaum Rohingya yang berasal dari Myanmar ini, terpaksa mencari suaka ke negara-negara Asia Tenggara lainnya karena etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Mereka kerap dianiaya, dikucilkan, dan diusir ke kamp-kamp pengungsian setelah penumpasan militer tahun 2017 silam. Bahkan dalam laporan PBB tahun 2018 dilaporkan adanya pembunuhan massal 10 ribu kaum Rohingya di Rakhine.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Rasa kemanusiaan
Para pengungsi kemudian ditampung sementara di Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Aceh. Meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, tidak menyurutkan niat masyarakat setempat untuk menyelamatkan para pengungsi tersebut. "Ini tidak lebih dari rasa kemanusiaan dan bagian dari tradisi kami para nelayan Aceh Utara," ujar Hamdani salah seorang nelayan yang ikut mengevakuasi para pengungsi dilansir Reuters.
Foto: Getty Images/AFP/R. Mirza
Non-reaktif Covid-19
Dari hasil pemeriksaan cepat (rapid test) virus corona yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dilaporkan seluruh pengungsi Kaum Rohingya yang terdampar di perairan Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh utara, Rabu (24/06), non-reaktif Covid-19. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Selain rapid test, pemeriksaan kesehatan secara umum juga turut dilakukan.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
Apresiasi dunia internasional
Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann mengapresiasi Indonesia yang telah menyelamatkan para pengungsi Kaum Rohingya. Organisasi non-pemerintah Amnesty International juga memuji mayarakat Aceh yang telah menunjukkan rasa solidaritas kemanusiaan mereka. Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan resminya Jumat (26/06) berjanji akan penuhi kebutuhan dasar dan kesehatan 99 pengungsi Rohingya.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
6 foto1 | 6
Pengakuan bagi Rohingya di Myanmar
Hambatan terbesar bagi warga Rohingya adalah pengakuan terhadap hak dan status kewarganegaraan yang selama ini belum disanggupi pemerintahan junta militer. Di Myanmar, etnis Rohingya dideklarasikan sebagai pendatang ilegal dan sebabnya tidak tercatat sebagai warga negara.
"Apakah kami akan dikirimkan kembali ke Myanmar tanpa kewarganegaraan?” tanya seorang pengungsi anggota delegasi Rohingya kepada AFP.
"Badan Pengungsi PBB tidak terlibat dalam memfasilitasi kunjungan tersebut,” kata juru bicara UNHCR, Regina De La Portilla. Dia menegaskan, setiap program repatriasi harus bersifat sukarela, dalam kondisi yang aman dan bermartabat. "Tidak seorangpun pengungsi boleh dipaksa pulang,” tandasnya.
Namun otoritas di Bangladesh menepis adanya paksaan. Sebab itu pemerintah memfasilitasi kunjungan satu hari oleh delegasi Rohingya di Myanmar.
"Kami ingin menunjukkan kepada mereka apa yang sudah dikerjakan untuk memudahkan kepulangan,” kata Komisioner Pengungsi Bangladesh, Mohammed Mizanur Rahman.
"Kami ingin memupuk kepercayaan mereka kepada proses repatriasi untuk menjamin partisipasi secara sukarela. Bangladesh sejak awal menuntut kepulangan yang bermartabat dan berkelanjutan dan kunjungan ini adalah upaya menuju ke sana,” pungkasnya.