1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Delhi 'Mendidih', RS Dirikan Unit Khusus Tangani Pasien

28 Mei 2024

Pemerintah di New Delhi telah meminta rumah-rumah sakit untuk menyiapkan rencana aksi untuk menangani pasien terkait panas. Jumlah warga yang jatuh sakit akibat panas ekstrem meningkat dalam dua minggu terakhir.

Gelombang Panas di New Delhi, India
Masyarakat India menderita di tengah suhu yang sangat panasFoto: Murali Krishnan/DW

Panas terik yang menyelimuti New Delhi, India telah menimbulkan dampak buruk yang enggak main-main. Rohit Garg, seorang pekerja gig berusia 24 tahun, terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Safdarjung di ibu kota India itu karena ia pingsan di perhentian terakhir saat mengirimkan pesanan makanan dengan kendaraan roda duanya.

"Kadar gulanya turun, dan dia menderita dehidrasi parah. Kami harus memberinya terapi rehidrasi karena dia mengalami heat stroke,” kata dokter Ashutosh Singh kepada DW.

Jagan Das, seorang pekerja konstruksi, juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Kabar baiknya, ia telah dilaporkan pulih setelah menjalani rawat inap selama empat hari di rumah sakit.

"Saya mengalami dehidrasi dan beruntung bisa bertahan hidup. Shift kerja 10 jam dalam suhu tinggi membuat saya jatuh sakit,” kata Das kepada DW.

Delhi ‘mendidih'

Mengingat panas terik yang masih terus mengancam, beberapa rumah sakit di Delhi telah mendirikan unit-unit khusus untuk merawat pasien yang sakit akibat cuaca panas.

Pemerintah Delhi juga telah meminta rumah sakit untuk memulai rencana aksi penanggulangan panas dan memastikan kesiapan menghadapi Insiden Terkait Panas (Heat Related Incidents/HRIs).

Hal tersebut masuk akal, karena dalam dua minggu terakhir, ada sekitar 10-15% lebih banyak pasien terkait panas yang datang ke Departemen Rawat Jalan (OPD) dan sekitar 10% ke unit gawat darurat (UGD).

"Staf rumah sakit kami dilatih untuk bisa mendapatkan diagnosis dengan cepat dan kami siap dengan terapi rehidrasi, tergantung pada tingkat keparahan pasien heat stroke yang datang,” kata Sumit Ray, direktur medis Holy Family Hospital, kepada DW.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Departemen Meteorologi India telah mengeluarkan "red alert” tentang panas ekstrem di ibu kota negara tersebut. Najafgarh, salah satu kota di selatan Delhi, dilaporkan telah mencatat suhu maksimum 47,8 derajat Celcius, suhu tertinggi sejauh ini.

Pemerintah Delhi juga telah meminta sekolah-sekolah yang belum tutup untuk liburan musim panas agar segera melakukan penutupan.

Tidak sampai di situ, cuaca panas juga telah membuat pengunjung taman-taman dan pasar-pasar umum semakin sedikit. Sementara itu, otoritas kebun binatang dilaporkan telah mulai menerapkan beberapa tindakan pencegahan terkait panas, seperti melakukan penyemprotan terhadap hewan dan memasang pendingin di kandang.

Hewan juga menderita akibat panas ekstrem di DelhiFoto: Murali Krishnan/DW

Nasib warga miskin dan tunawisma

Para pekerja luar ruangan dan rumah tangga berpenghasilan rendah menjadi salah satu kelompok terdampak paling buruk akibat panas ekstrem di Delhi.

Tidak ada bantuan yang diberikan kepada mereka, padahal bekerja di bawah suhu tinggi dapat menimbulkan risiko kesehatan serius terhadap mereka.

"Kami menanggung beban terberat akibat gelombang panas, dehidrasi dan heat stroke, hampir setiap hari, dan tidak ada fasilitas dasar untuk menghadapi panas ekstrem ini,” kata Meena Devi, seorang pekerja konstruksi harian, kepada DW.

Menurut Devi, banyak kontraktor yang gagal menyediakan kebutuhan esensial kepada pekerjanya. Kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai dan kondisi kerja yang tidak aman juga semakin memperburuk situasi.

"Susah memang untuk bekerja, tapi kalau saya tidak bekerja, saya tidak mendapat uang,” kata Devi seraya menambahkan bahwa cuaca panas ekstrem ini juga telah berdampak buruk terhadap kedua anaknya yang masih kecil, yang kerap ia bawa ke tempat kerjanya.

Selain warga miskin, para tunawisma juga menjadi kelompok terdampak paling buruk akibat panas ekstrem di Delhi. Banyak di antara mereka yang mengambil tindakan darurat, seperti menggunakan terpal dan mencari tempat berteduh di dekat pepohonan dan taman, untuk sedikit melindungi diri dari dampak panas ekstrem.

"Bukan hanya suhu pada siang hari saja yang harus kita hadapi, namun suhu malam hari juga tinggi,” kata Hiralal Paswan, seorang pemulung, kepada DW.

Bekerja di tengah gelombang panas adalah hal yang masih harus dilakukan banyak warga India untuk bertahan hidupFoto: Murali Krishnan/DW

Panas ekstrem ganggu kampanye pemilu

Panas ekstrem juga ternyata berdampak terhadap jalannya kampanye pemilu di New Delhi. Banyak kandidat pemilu dan pekerja partai yang mengambil jeda dari kampanye di luar ruangan, terutama saat siang hari.

"Saat matahari sedang terik seperti saat ini, kampanye rumah ke rumah, di mana para pekerja membagikan pamflet, menempelkan stiker, dan berbincang dengan pemilih terkait partai, terhenti sejenak,” kata Raghu Jain, seorang aktivis partai politik, kepada DW.

"Tapi hal itu hanya menunda dampak buruk panasnya untuk sementara. Ada beberapa pekerja yang kemudian jatuh sakit karena kelelahan,” tambah Jain.

Para ahli mengungkapkan bahwa jika tren pemanasan seperti saat ini terus berlanjut, maka apa yang disebut sebagai "suhu bola basah”, sebuah ukuran panas dan kelembapan yang menunjukkan titik di mana tubuh tidak dapat lagi mendinginkan diri, akan menjadi sangat tinggi, sehingga orang yang terpapar panas selama enam jam atau lebih akan kesulitan untuk bertahan hidup.

"Sebagian besar penduduk kita sangat rentan terhadap gelombang panas karena kurangnya fasilitas rumah tangga serta rendahnya tingkat literasi dan akses terhadap air dan sanitasi,” kata Sunita Narain, direktur Pusat Sains dan Lingkungan, kepada DW.

Konsentrasi bangunan yang padat dengan permukaan jalan beraspal, juga dinilai ikut andil dalam peningkatan suhu, terutama di daerah dengan sedikit tutupan pohon atau ruang hijau. (gtp/rs)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait