1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPakistan

Demo Pro-Khan Pakistan Picu Kekhawatiran Akan Kudeta Militer

27 November 2024

Para demonstran bentrok dengan pasukan keamanan di Islamabad, menuntut pembebasan mantan Perdana Menteri Imran Khan. Tentara telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban. Apakah militer akan mengambil alih kekuasaan?

Militer dikerahkan dalam demo di Pakistan
Polisi, pasukan paramiliter dan tentara reguler semuanya dikerahkan untuk meredam kerusuhan di PakistanFoto: Salahuddin/REUTERS

Ribuan pendukung mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, memadati ibu kota Islamabad, pekan ini. Mereka menggelar protes keras dan menuntut pembebasan Khan dari penjara. Pemerintah melaporkan bahwa beberapa anggota pasukan keamanan menjadi korban tewas dalam kerusuhan ini.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan tambahan personel telah dikerahkan untuk melindungi misi diplomatik di Red Zone, kawasan paling aman di Islamabad yang menjadi lokasi gedung-gedung pemerintahan dan kedutaan besar.

Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengecam aksi kekerasan tersebut sebagai bentuk "ekstremisme" untuk mencapai "tujuan politik jahat."

Namun, dengan meningkatnya kekerasan, banyak yang bertanya-tanya apakah Sharif akan tetap memimpin atau disingkirkan oleh militer yang sangat berkuasa di Pakistan.

Apa yang menjadi tuntutan demonstran?

Partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), menuntut pembebasan semua pemimpinnya, termasuk Imran Khan, yang dipenjara sejak Agustus 2023 atas tuduhan korupsi.

Pendukung Khan juga menuduh koalisi pemerintahan Sharif melakukan kecurangan dalam pemilu tahun ini. Pemerintah saat ini menghadapi desakan untuk mundur.

Namun, pemerintah Sharif tidak menunjukkan tanda-tanda akan memenuhi tuntutan tersebut. Sebaliknya, pihak berwenang telah memblokir jalan-jalan utama menuju Islamabad dengan kontainer, serta mengerahkan polisi dan pasukan paramiliter dengan perlengkapan anti huru-hara. Pertemuan-pertemuan publik juga telah dilarang di Islamabad.

Selain itu, layanan internet seluler dilaporkan terganggu, dan sekolah-sekolah di Islamabad serta kota garnisun Rawalpindi yang berdekatan, ditutup.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

'Segalanya bisa kacau' jika militer jadi korban

Militer juga telah dikerahkan ke kota untuk menjaga ketertiban. Namun, para analis khawatir bentrokan antara tentara dan demonstran bisa membuat situasi semakin berbahaya.

"Jika situasi memicu kekerasan, kemungkinan intervensi langsung militer akan semakin besar, yang dapat memperburuk keadaan," kata pengamat politik Zahid Husain kepada DW.

"Jika tentara memaksa untuk menekan demonstran, situasi bisa menjadi tidak terkendali," tambahnya.

Ahli hukum Osama Malik mengatakan kepada DW bahwa intervensi penuh dari militer "tidak mungkin terjadi."

"Namun, jika ada tentara yang terbunuh dalam bentrokan dengan massa bersenjata ini, segalanya bisa kacau," ujarnya.

"Fakta bahwa militer sudah dikerahkan menunjukkan mereka terlibat dalam krisis ini. Kudeta militer bukan solusi. Pertanyaannya adalah apakah militer dapat berperan sebagai penengah untuk menyelesaikan krisis ini secara damai," kata Malik.

Imran Khan dipenjara sejak Agustus 2023 atas tuduhan korupsiFoto: Akhtar Soomro/REUTERS

'Kami siap mati untuk Khan'

Para demonstran di Islamabad mengatakan mereka tidak akan meninggalkan jalanan hingga Khan dibebaskan.

"Kami telah menghadapi semua rintangan demi Imran Khan yang memperjuangkan hak rakyat, dan kami tidak akan pergi sampai dia dibebaskan," kata seorang demonstran, Adnan Khan, kepada DW.

"Kami siap mati untuk Khan," tambahnya.

Pakistan berada "di ambang krisis besar" dan bisa menghadapi situasi yang lebih buruk jika tidak ada solusi politik, kata Maleeha Lodhi, mantan duta besar Pakistan untuk AS, Inggris, dan PBB, kepada DW.

“Belum pasti apakah para demonstran dapat memaksa pembebasan Khan, tetapi mereka tampaknya sangat gigih dan tidak gentar menghadapi pemerintah. Namun, sulit memprediksi bagaimana situasi ini akan berkembang,” kata Lodhi.

“Ancaman kekerasan terus ada, dengan ribuan orang di jalanan ibu kota dan pasukan polisi, paramiliter, serta tentara saling berhadapan langsung,” tambahnya.

Pemeirntah memblokade akses menuju ibu kota Islamabad untuk mencegah demonstran memasuki area pemerintahanFoto: Anjum Naveed/AP/picture alliance

Sekutu Khan sebut pemerintah coba meneror demonstran

Protes ini dipimpin oleh istri Imran Khan, Bushra Bibi, yang menyebut aksi ini sebagai aksi "hidup atau mati."

Penasihat media Khan, Zulfikar Bukhari, mengatakan bahwa pemerintah hanya bisa menghentikan protes dengan "meningkatkan intensitas kekerasan", dan menuduh pasukan keamanan telah menewaskan tiga demonstran.

“Skenario paling berbahaya saat ini adalah pemerintah memberi perintah kepada pasukan untuk menembak langsung ke arah demonstran yang melakukan aksi damai. Saya pikir mereka mencari alasan untuk menembak dan meningkatkan brutalitas agar ribuan demonstran menjadi takut,” kata Bukhari kepada DW.

Pemerintah menambah personel keamanan untuk melindungi gedung-gedung pemerintahan dan kedutaan besar di IslamabadFoto: Aamir Qureshi/AFP

Sejarah protes dan kudeta

Pakistan telah mengalami serangkaian protes keras yang terus berlanjut sejak Imran Khan dicopot dari kekuasaan, termasuk bentrokan selama beberapa hari di Islamabad bulan lalu.

Negara ini memiliki sejarah panjang politik yang tidak stabil dan kerusuhan sipil, termasuk beberapa kudeta militer. Kudeta terbaru terjadi pada tahun 1999 ketika Jenderal Pervez Musharraf menggulingkan Nawaz Sharif, saudara dari Perdana Menteri saat ini. Pakistan juga telah menghabiskan puluhan tahun di bawah pemerintahan militer.

Imran Khan sempat mengisyaratkan adanya keterlibatan militer dan konspirasi asing di balik pencopotannya setelah kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen pada April 2022, tetapi para pemimpin militer membantah tuduhan tersebut.

Tulisan diadaptasi dari DW berbahasa Inggris

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait