Demonstran Anti-Kudeta Myanmar Protes dengan Telur Paskah
5 April 2021
Para demonstran di Myanmar menggunakan telur Paskah sebagai bentuk protes menentang kudeta militer. Pengunjuk rasa menuliskan pesan pembangkangan pada telur yang menjadi simbol perayaan umat Kristen tersebut.
Iklan
Demonstran anti-kudeta Myanmar menggelar protes bertema telur Paskah pada Minggu (04/04). Pengunjuk rasa menuliskan pesan pembangkangan pada telur yang menjadi simbol tradisional hari raya umat Kristen tersebut.
Rakyat Myanmar menggunakan berbagai metode untuk melaksanakan protes, sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang semakin mematikan terhadap pengunjuk rasa. Sedikitnya 550 orang, termasuk anak-anak, menjadi korban meninggal dunia sejak demonstrasi dimulai.
Protes telur Paskah Myanmar
Pesan yang dituliskan pada telur Paskah di antaranya, "Revolusi Musim Semi," "Kita harus menang," dan "Turunkan MAH (panglima militer Min Aung Hlaing)."
Telur-telur juga dihiasi dengan gambar Aung San Suu Kyi dan ''tiga jari'' yang menjadi simbol gerakan protes. Ada juga pesan seperti "selamatkan rakyat kami" dan "selamatkan demokrasi."
Kalangan muda di Yangon membagikan telur-telur yang sudah ditulikan pesan protes, seperti yang terlihat di foto, dan meletakkannya di depan pintu rumah warga.
‘‘Kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta‘‘
Dalam pesan Paskahnya di Basilika Santo Petrus pada Minggu (04/04), Paus Fransiskus mengatakan kaum muda di Myanmar "berkomitmen untuk mendukung demokrasi dan membuat suara mereka didengar dengan damai, bahwa kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta."
Uskup Agung Katolik Roma di Myanmar, Kardinal Charles Bo, juga membagikan pesan Paskah di Twitternya bertuliskan: "Yesus telah bangkit: Haleluya - Myanmar akan bangkit kembali!"
Myanmar adalah negara yang didominasi oleh penganut Buddha, tetapi juga merupakan rumah bagi minoritas Kristen yang jumlahnya tidak sedikit.
Iklan
Protes harian tetap berlangsung
Protes reguler tetap berjalan seperti biasa pada Minggu (04/04). Namun, pasukan keamanan Myammar masih menggunakan kekuatan mematikan dengan menembaki para demonstran.
Di ibu kota, Naypyitaw, dua pria tewas ketika polisi menembaki pengunjuk rasa yang mengendarai sepeda motor, demikian dilaporkan situs berita Irrawaddy.
Sementara outlet berita Myanmar Now melaporkan sebelumnya seorang pria tewas di kota utara Bhamo.
Demonstran ubah taktik unjuk rasa
Pada masa awal protes menentang kudeta militer, puluhan ribu orang ikut dalam demonstrasi. Tetapi kini jumlah pemrotes berkurang, di antaranya karena eskalasi penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan terhadap para demonstran.
Pengunjuk rasa kini mengubah taktik dengan melakukan protes skala kecil dan berlangsung cepat sebelum pasukan keamanan melakukan tindakan.
Unjuk rasa menentang kudeta militer juga di antaranya berupa kampanye pembangkangan sipil seperti aksi mogok kerja dan tindakan pemberontakan yang menyebar di media sosial. Pemberontakan ini termasuk acara menyalakan lilin, serta "protes membawa bunga" untuk menghormati para demonstran yang menjadi korban meninggal dunia.
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Kecaman internasional terhadap kudeta
Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain mengecam kudeta tersebut dan menyerukan pembebasan Suu Kyi. Sementara, Dewan Keamanan PBB mengecam keras kematian ratusan warga sipil dan penggunaan kekerasan mematikan terhadap pengunjuk rasa.