Demonstrasi di Iran Desak Transparansi Kematian Masha Amini
20 September 2022
Para demonstran bentrok dengan polisi di seluruh Iran pada Senin (19/09), ketika ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes kematian seorang perempuan yang ditangkap atas pelanggaran aturan berpakaian.
Iklan
Warga Iran di ibu kota Teheran serta massa dari universitas-universitas di seluruh negeri turun ke jalan selama tiga hari berturut-turut untuk memprotes kematian Masha Amini, perempuan berusia 22 tahun yang meninggal saat berada dalam tahanan.
Lima orang dikabarkan telah tewas selama demonstrasi di wilayah Kurdi, Iran, pada Senin (19/09) setelah pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa. Muncul juga laporan pemadaman internet di seluruh wilayah Teheran dan Kurdi.
Kelompok pengawas yang berbasis di London, NetBlocks, mengonfirmasi adanya, "gangguan hampir menyeluruh terhadap konektivitas internet di Sanandaj, ibu kota Provinsi Kurdistan di Iran barat," menurut cuitan yang dirilis Senin (19/09) malam.
Kelompok hak asasi internasional Hengaw pada Senin (19/09) mengklaim dua orang telah tewas dalam protes di kota Divandarreh, Kurdi. Para pejabat Iran menyanggah "beberapa klaim kematian di media sosial" dengan hanya mengatakan bahwa telah dilakukan penangkapan.
Saat dalam tahanan, Amini pingsan dan dilarikan ke rumah sakit di mana dia dinyatakan meninggal. Polisi menyangkal Amini dianiaya, seraya mengklaim bahwa kematiannya disebabkan karena serangan jantung. Namun, keluarganya mengatakan dia tidak memiliki catatan penyakit dan dalam keadaan sehat ketika ditangkap.
Polisi juga merilis CCTV yang diduga menunjukkan Amini pingsan saat berada di kantor polisi.
Menyingkap Asal Usul dan Polemik Kerudung Penutup Kepala
Lewat foto bersejarah, desain busana mewah juga video dan lukisan, pameran berjudul "Terselubung, Tidak Terselubung: Kerudung Kepala" di Wina soroti kerudung dan maknanya dalam berbagai agama, daerah dan sejarah.
Menyingkap Penutup Kepala
Di masyarakat Barat masa kini, penutup kepala otomatis diasosiasikan dengan kerudung yang digunakan dengan alasan religius, terutama yang dikenakan perempuan Muslim. Tetapi ide dan praktek menyelubungi kepala tidak dibatasi agama, kebudayaan dan wilayah negeri. Pameran berjudul "Veiled, Unveiled! The Headscarf" di Weltmuseum (museum dunia), di kota Wina memaparkan hal ini.
Kerudung dalam Agama Kristen
Dalam agama Kristen, kerudung dipandang sebagai tanda keperawanan dan kesederhanaan. Tampak di kiri lukisan Santa Maria yang mengenakan kerudung berwarna biru dengan motif bintang. Alkitab menilai rambut perempuan tidak layak ditunjukkan ketika berdoa. Namun demikian ada juga perempuan Kristen yang mengenakan kerudung setiap saat. Gambar kiri adalah foto perempuan Kristen di Turki dari tahun 1886.
Kerudung bagi Perempuan dan Pria
Pameran di Wina juga mempertunjukkan kerudung dari berbagai bagian dunia, tidak hanya figur-figur yang mengenakannya. Dan bukan hanya kerudung perempuan saja yang dipertunjukkan, melainkan juga yang dikenakan pria. Gambar kiri adalah kerudung pengantin Tunisia dari pertengahan abad ke-20. Kerudung di kanan dengan motif dua elang digunakan anggota pria sebuah ordo agama di Guatemala.
Penutup Kepala dan Wajah bagi Pria di Kawasan Gurun
Foto yang dibuat Ludwig Gustav Alois Zöhrer asal Wina, menunjukkan pria Tuareg yang mengenakan penutup wajah tradisional dari suku peternak nomad di Afrika Utara. Penutup kepala, kerap berwarna biru indigo, diyakini bisa menghalau roh jahat. Mengenakan penutup kepala adalah ritual penting bagi pria, sebagai tanda ia sudah dewasa. Perempuan, sebaliknya, biasanya tidak menutup wajah mereka.
Foto: KHM-Museumsverband
Keputusan Diri Sendiri
Kerudung dan penutup kepala yang dikenakan sejumlah perempuan Muslim kerap jadi perdebatan. Nilbar Güres angkat topik ini dalam video berjudul "Soyunma/Undressing" (2006). Di video ia menyingkap sejumlah lapisan penutup kepala yang diberikan oleh sejumlah perempuan, yang namanya ia sebut satu persatu. Ini langkah otobiografis yang menekankan bagaimana perempuan Muslim "mengutamakan diri sendiri."
Foto: Courtesy Galerie Martin Janda, Wien
Penggambaran Abstrak
Pameran di Wina juga mengikutsertakan benda-benda yang mengetengahkan penutup kepala secara abstrak. Gambar menunjukkan karya fotografer Austria, Tina Lechner, yang berjudul "Xiao," yang menampilkan bagian belakang kepala perempuan, yang diselubungi kain panjang berkerut.
Foto: Courtesy Galerie Hubert Winter, Wien
Penutup Kepala Tua Tapi Baru dari Suzanne Jongmans
Dilihat sepintas, orang bisa salah mengira karya Jongman yang berjudul "Mind over Matter — Julie, Portrait of a Lady" adalah lukisan karya pelukis Belanda, Weyden dari abad ke-15, yang berjudul "Portrait of a Lady." Tapi ternyata kerudung yang dikenakan berasal dari kertas pengemas. Selain itu, cincinnya adalah tutup kaleng. Dan bajunya dijepit di bagian tengah dengan jarum pentul.
Foto: Courtesy Galerie Wilms
Dari Konservatif Menuju Emansipasi
Di Austria, di masa sebelum Perang Dunia II, perempuan yang mengenakan penutup kepala dengan busana tradisional Dirndl dianggap berakar kuat, praktis dan konservatif serta patriotis. Tapi di tahun 1950-an, penutup kepala sudah berubah jadi benda mewah. Kerap terbuat dari sutera dan jadi simbol perempuan elegan dan beremansipasi. Gambar menunjukkan pemenang pertama kompetisi fesyen dari tahun 1964.
Foto: Modeschule der Stadt Wien im Schloss Hetzendorf
Penutup Kepala Mewah 'Haute Couture'
Sejak 2003 desainer Austria, Susanne Bisovsky terkenal dengan koleksinya "Viennese Chic" (gaya keren Wina). Karyanya kerap berupa renda yang dipenuhi motif bunga, dan berdasar pada busana bersejarah Austria, dan dirancang untuk permpuan modern Wina. Koleksi 2018 (lihat foto) dibuat spesial untuk pameran di Weltmuseum, dan melibatkan penutup kepala yang memesona. Penulis: Cristina Burack (ml/hp)
9 foto1 | 9
Ledakan unjuk rasa di pemakaman Amini
Ledakan aksi protes terjadi pada Sabtu (17/09), ketika Amini, yang merupakan orang Kurdi, dimakamkan di rumahnya di Iran Barat, Saqez. Para pengunjuk rasa menghancurkan jendela dan membakar tempat sampah sebelum polisi melakukan beberapa penangkapan dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Presiden Iran Ebrahim Raisi berbicara dengan keluarga Amini dan menjanjikan penyelidikan penuh. Penyelidikan yudisial dan parlemen juga telah diperintahkan.
Pada Senin (19/09), lebih banyak protes berlangsung di universitas-universitas di sejumlah kota di Iran. Para demonstran menyerukan transparansi atas kematian Amini serta pembongkaran polisi moralitas. Unit itu telah dikritik karena perlakuan terhadap mereka yang ditangkap, terutama perempuan muda.
Di Washington DC, Gedung Putih menyerukan pertanggungjawaban dan melabeli kematian Amini sebagai "tindakan yang sangat buruk dan mengerikan terhadap hak asasi manusia" serta menuntut agar Iran "mengakhiri penggunaan kekerasan terhadap perempuan untuk menjalankan kebebasan fundamental mereka."
Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk penangkapan dan kekerasan yang menyebabkan kematian Amini. Kementerian mengatakan bahwa kematian perempuan Iran di tangan polisi moralitas Iran itu "sangat mengejutkan" dan menyerukan penyelidikan transparan untuk memeriksa penyebab kematiannya.
Kaum perempuan telah diwajibkan secara hukum untuk mengenakan jilbab di Iran sejak Republik Islam berdiri pada tahun 1979.