Derita Pekerja, di Surga Wisata
18 April 2008Kawasan wisata Cancun di Meksiko terkenal ke seluruh dunia. Jadi tidaklah mengherankan bila setiap tahunnya lebih dari satu juta wisatawan dari segala penjuru dunia mengunjungi tempat tersebut. Tidak hanya wisatawan, melainkan politisi kelas dunia juga mengadakan pertemuan di kawasan wisata tersebut. Juga beberapa pimpinan dunia, yang diundang pemerintah Meksiko mengadakan pembicaraan di kawasan wisata ini. Konferensi dan pertemuan itu diselenggarakan di hotel-hotel mewah.
Untuk memenuhi sarana dan fasilitas sebagai tempat wisata yang menarik, di kawasan Cancun di Meksiko, terjadi boom pembangunan hotel-hotel mewah. Sejumlah hotel mewah dibangun di kawasan pantai yang bernama Riviera Maya.Tapi bagaimana nasib para pekerja yang membangun hotel-hotel mewah itu. Seorang pekerja mengungkapkan:
"Kami berharap, di sini dapat memperoleh sesuatu yang lebih baik, agar dapat mengirimkan uang kepada keluarga. Kenyataannya kami di sini menderita.“
Itulah ungkapan yang dapat dikatakan mewakili apa yang dialami para pekerja yang membangun hotel-hotel mewah di sepanjang pantai Riviera Maya, di kawasan Cancun. Mereka hendak menggambarkan, bahwa mereka mengalami penderitaan di kawasan surga wisata.
Pantai Riviera Maya dipantai Laut Karibia membentang sepanjang 100 km. Pasir putih, pohon palem dan laut yang biru, mendukung keindahan pantainya. Setiap tahun jumlah wisatawan yang berkunjung terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan, hotel-hotel baru terus dibangun. Pengusaha perhotelan dan para politisi menghendaki peningkatan dua kali lipat jumlah kamar hotel dalam waktu secepatnya.
Tahun 2007, perusahaan wisata di negara bagian Quinatana Roo menanamkan investasi sebesar satu miliar Dollar. Lebih dari 90 persen dananya berasal dari Spanyol. Sebuah kajian, atas tugas yang diberikan lembaga bantuan Katolik Caritas, mengungkapkan, dalam waktu lima tahun mendatang, diperlukan 250 ribu pekerja untuk membangun hotel-hotel di kawasan itu.
Alajendro de Hoyos Yaniz, dari lembaga bantuan Katolik Caritas di Quintano Roo, mengungkapkan, para pekerja yang membangun hotel-hotel tersebut umumnya berasal dari kawasan miskin Chiapas. Mengapa? Ia menjawab:
"Pekerja dari kawasan Ciapas sangat disenangi, mereka baik, hormat dan rajin.“
Setiap hari mereka harus bekerja antara 10 sampai 12 jam. Demikian diungkapkan Alejandro de Hoyos Yaniz. Chiapas adalah negara bagian yang miskin di Meksiko. Dan para pekerja itu memerlukan waktu sehari dengan naik bus menuju pantai Riveira Maya. Meskipun demikian warga dari kawasan Chiapas tetap berbondong-bondong untuk mendapatkan pekerjaan di kawasan Cancun. Soalnya mereka tidak punya kemungkinan mendapatkan pekerjaan yang dekat dari tempat tinggal mereka.
Sementara itu, pihak yang membangun hotel di kawasan Cancun tidak mampu menyediakan tempat penampungan yang layak bagi mereka. Para pekerja itu sebagian besar tidur di bedeng-bedeng yang didirikan di komplek proyek pembangunan hotel. Sedangkan proyek-proyek yang besar menyediakan tempat penampungan yang terbuat dari seng. Para pekerja beristirahat atau tidur di tempat tersebut dengan berdesak-desakan. Seorang pekerja, Caralampio Santiago Velazco, mengungkapkan:
"Terkadang kami tidur di jalanan atau di taman-taman, bila tidak ada tempat lain, di mana kami dapat sekedar memejamkan mata.“
Di setiap pojok jalan di kawasan pantai Riviere Maya terdapat iklan penawaran apartemen maupun vila. Bila apartemennya agak sedikit jauh dari pinggir pantai, harganya mencapai 250 ribu Dollar. Sedangkan vila yang persis terletak di pinggir pantai berharga 3,5 juta Dollar. Semua penawarannya ditulis dalam Bahasa Inggris. Sementara para pekerjanya sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Malah ada yang juga tidak bisa berbahasa Spanyol. Mereka hanya bisa berbahasa dialek daerah mereka. Para pekerja yang dapat dikatakan hampir semuanya berasal dari kawasan Chiapas itu , sering dilecehkan warga setempat dan dinilai sebagai warga kelas dunia. Caralampio Santiago Velazco menambahkan.
"Di sini, kami para pekerja dari kawasan Chiapas sering dinilai sebagai penjahat. Bila berada di jalanan dengan berpakaian buruk, polisi segera datang dan menanyakan, apakah kami pencuri atau tidak. Memang ada beberapa yang bersikap ramah dan bersahabat. Tapi yang lain bersikap sebaliknya dan mengatakan, menyingkirlah, kamu bau.“
Selain itu, juga muncul masalah lain yang dihadapi para pekerja yang merasa kesepian. Umumnya mereka mencari alkohol, narkoba atau pekerja seks. Beberapa orang diantaranya akhirnya tidak membawa uang sepeserpun untuk keluarganya, melainkan yang dibawanya penyankit AIDS. Caralampio Santiago Velazco mengatakan:
"Bila saya merasa kesepian, maka lebih baik saya kembali pulang untuk sepekan atau dua pekan. Kemudian saya kembali lagi ke tempat bekerja. Setelah itu saya tidak merasa kesepian lagi.“
Para pekerja di proyek pembangunan hotel di kawasan Cancun mendapat upah sekitar 2 ribu Pesos atau sekitar 200 Dollar seminggu. Jumlah itu sama dengan biaya menginap semalam di hotel mewah yang ada di kawasan tersebut. Upah tersebut sangat kecil, bila dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya serta untuk dikirimkan kepada keluarga.
Di tempat bekerja, mereka harus mengeluarkan biaya makan dan menyewa bedeng untuk tidur. Harga makanan sangat mahal, karena mereka bekerja di kawasan wisata yang mewah. Jadi sisa upahnya yang dapat dikirimkan kepada keluargnya tidak banyak. Belum lagi ongkos kirimnya yang cukup mahal. Paling banter keluarganya setiap pekan hanya menerima kiriman uang antara 50 sampai 60 Dollar. Caralampio Santiago Velaczo menambahkan:
"Kami meninggalkan rumah, karena ingin melakukan sesuatu yang baik, agar anak-anak kami tidak mengalami nasib seperti yang kami alami.“ (ar)