Pemimpin AS, Qatar, dan Mesir meminta Israel dan Hamas melanjutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera. Sementara itu, Uni Eropa mengecam usulan Israel untuk memotong bantuan ke Gaza.
Pengumuman ini dikeluarkan setelah adanya seruan dari Amerika Serikat, Qatar dan Mesir agar Israel dan Hamas melanjutkan perundingan gencatan senjata. Israel akan mengirimkan sebuah delegasi untuk "menyelesaikan rincian dan mengimplementasikan kesepakatan kerangka kerja," kata kantor Netanyahu.
Pembicaraan tersebut kemungkinan akan berlangsung di Kairo atau Doha, dengan Mesir dan Qatar sebagai mediator bersama Amerika Serikat.
Ketiga mediator pada Kamis (08/8) juga telah mendesak kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan dan menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas, yang telah memasuki bulan ke-11 pada minggu ini.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata yang berlangsung sekitar satu minggu pada akhir November 2023, di mana para sandera ditukar dengan para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, namun gagal mencapai kesepakatan serupa sejak saat itu meskipun sudah sering dilakukan mediasi. Masing-masing pihak cenderung saling menyalahkan satu sama lain atas kebuntuan tersebut.
Iklan
AS, Mesir, Qatar desak perundingan gencatan senjata
Para pemimpin Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir mendesak Israel dan Hamas untuk melanjutkan perundingan di Doha atau Kairo minggu depan untuk membicarakan perbedaan-perbedaan yang ada terkait potensi gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Dalam sebuah pernyataan bersama, ketiga mediator tersebut mengundang kedua belah pihak yang bertikai untuk melanjutkan perundingan pada tanggal 15 Agustus, dan mengatakan bahwa sebuah kesepakatan kerangka kerja telah ada di atas meja, dengan hanya rincian implementasi yang belum ada.
"Tidak ada lagi waktu yang terbuang atau alasan dari pihak manapun untuk penundaan lebih lanjut," kata pernyataan tersebut, yang ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi, dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
"Ini adalah waktu yang tepat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan membebaskan para sandera dan tawanan," tambah pernyataan tersebut.
Israel memperkirakan bahwa sekitar 130 sandera masih berada dalam tawanan Hamas.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
Uni Eropa kecam wacana untuk hentikan bantuan di Gaza
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengecam keras pernyataan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich baru-baru ini, dimana Smotrich melontarkan ide untuk membuat 2 juta warga Gaza kelaparan hingga para sandera dikembalikan ke Israel.
"Kelaparan yang disengaja terhadap warga sipil merupakan kejahatan perang," kata Borrell dalam sebuah pernyataan.
"Menteri Smotrich yang mengatakan bahwa 'mungkin dibenarkan dan bermoral' untuk membiarkan Israel 'menyebabkan 2 juta warga sipil mati kelaparan' sampai 'para sandera dikembalikan' sangat memalukan," lanjut Borrell.
"Ini menunjukkan, sekali lagi, penghinaan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan," tambah Borrell.
Diplomat tertinggi Uni Eropa itu kemudian meminta pemerintah Israel untuk "secara tegas menjauhkan diri dari kata-kata" Smotrich, yang merupakan salah satu anggota koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang paling ekstrem.
Jerman, Prancis dan Inggris juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengecam pernyataan Smotrich.
AS: 'terkejut' sikapi wacana untuk hentikan bantuan di Gaza
Pemerintahan Biden mengatakan bahwa pihaknya "terkejut" dengan saran Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich untuk menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza sampai para sandera dikembalikan.
"Kami terkejut dengan komentar-komentar ini dan menegaskan bahwa retorika ini berbahaya dan mengganggu," The Times of Israel mengutip juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang mengatakan dalam sebuah pernyataan di koran tersebut.
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Presiden AS Joe Biden dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah berulang kali menekankan "perlunya mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza, menghilangkan segala hambatan terhadap aliran bantuan dan memulihkan layanan dasar bagi mereka yang membutuhkan," tambah pernyataan tersebut.
Konflik di Gaza dimulai setelah militan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara termasuk Jerman dan Amerika Serikat.