1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sadegh Zibakalam Dianugerahi DW Freedom of Speech Award 2018

3 Mei 2018

Akibat pernyataannya dalam sebuah interview dengan DW, pakar politik Sadegh Zibakalam terancam dihukum penjara. Ini bukan yang pertama. Untuk kritiknya yang berani terhadap pemerintah Iran, ia dianugerahi penghargaan.

dw freedom Prof Sadegh Zibakalam

"Saya pikir, kejahatan yang saya lakukan adalah, bahwa dalam sebuah Interview dengan Deutsche Welle, saya melontarkan pendapat politik, yang menentang pendapat pemerintah“, ujar Sadegh Zibakalam. Jika pemerintah mengatakan, kerusuhan didalangi oleh musuh Iran, maka pemerintah juga mengharapkan semua orang mengikuti pandangan ini dan terus mengulangnya.“

Juga "mantra sosial mengancam"

Pakar ilmu politik Iran Sadegh Zibakalam yang divonis hukuman penjara, dalam sebuah surat menggugat proses pengadilan tersebut. Zibakalam mengatakan: "Di Iran, barang siapa memiliki pendapat berbeda dari kelompok penguasa, adalah penjahat politik yang akan diburon."

Akademisi terkenal itu, yang pada 13 April lalu divonis hukuman penjara selama 18 bulan, mengirim surat kepada jaksa agung Sadegh Larijani. Ia menulis, pembelaannya diabaikan oleh pengadilan, dan dia dihukum cuma akibat berbeda pendapat dengan penguasa Republik Islam Iran. 

Zibakalam, profesor ilmu politik an dari Universitas Teheran, dihukum gara-gara sebuah wawancara dengan redaksi Persia DW. Dalan wawancara itu ia mengomentari aksi kerusuhan yang melanda seluruh Iran.

"Realitas pahitnya adalah, bahwa memiliki perbedaan pendapat adalah sebuah kejahatan politik yang bisa dihukum". Demikian pungkas akademisi ini dalam suratnya.

Zibakalam mengajukan naik banding atas vonis tersebut.

Siapa Zibakalam?

Sadegh Zibakalam yang lahir 1948 di Teheran merupakan salah satu tokoh intelektual dan pakar politik paling terkenal di Iran.

Profesor dengan orientasi reformis dan neoliberal itu terkenal dengan debat intensif yang ia lancarkan melawan kelompok garis keras. Secara terbuka dia banyak mempertanyakan secara kritis posisi pemerintah, terkait politik dalam dan luar negeri termasuk program atom Iran.

Ia juga menulis sejumlah buku dalam bahasa Persia yang jadi "bestseller". Diantaranya "Bagaimana kita menjadi siapa kita", "Hashemi tanpa polesan", "Tradisi dan Modern" serta sebuah  "Pengantar Revolusi Islam".

Ditahan di jaman Shah Iran

Zibakalam meraih gelar Master dalam bidang teknik kimia dari University of Huddersfield di Inggris. Promosi Doktor dalam bidang yang sama di University of Bradford gagal ia tuntaskan, akibat penangkapan dan penahanan selama 3 tahun saat ia pulang ke Iran pada tahun 1974.

Zibakalam saat itu ditangkap polisi rahasia rejim Pahlavi. Tuduhannya: "sabotase untuk merusak negara dan aktivitas propaganda melawan rejim."

Setelah revolusi Islam, Zibakalam pada tahun 1984 kembali ke Inggris, di mana ia memperoleh gelar master dari Pusat Perdamaian Universitas Bradford dan dianugerahi gelar doktor. Tahun 1990 ia pulang ke Iran dan dua tahun kemudian memulai karirnya di Universitas Teheran.

Sejak itu Zibakalam secara rutin tampil sebagai komentator dan mitra wawancara lembaga penyiaran internasional seperti BBC dan Al Jazeera.

Tahun 2000 Sadegh Zibakalam tampil sebagai kandidat anggota parlemen dalam pemilu parlemen di kota Zanjan di barat laut Iran. Pencalonannya dinyatakan tidak sah oleh Dewan Pengawas Revolusi.

Untuk keberaniannya, terus mengritik pemerintah, Zibakalam kini dianugerahi  Deutsche Welle Freedom of Speech Award 2018. “Penghargaan hendak memberi dorongan kepada masyarakat sipil di Iran dan sekaligus mengiritk keputusan pemerintah, melakukan reprersi atas Zibakalam akibat menyatakan pendapatnya“, ujar Direktur Jenderal DW Peter Limbourg.

Dalam waktu bersamaan Limbourg juga menegaskan: “Tapi saya yakin, banyak warga Iran, lelaki dan perempuan, yang jauh lebih menderita, untuk menegakkan hak mereka atas kebebasan menyatakan pendapat. Ada ratusan warga Iran di sana, yang juga layak mendapat penghargaan ini.

Klein, Rahel/Ahadi, Sharam/Barzegar, Jamshid (as/vlz)