1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dewan Legislatif Hong Kong Protes Komentar Peristiwa Tiananmen

15 Mei 2009

Pemerintah Cina 1989 mengerahkan militer untuk membubarkan aksi mahasiswa yang menuntut demokrasi. Kamis (14/05), komentar Gubernur Hong Kong tentang peristiwa itu memicu walk-out hampir separuh anggota dewan legislatif.

5 Juni 1989, seorang demonstran mencoba menghentikan panser militer CinaFoto: AP

Gubernur Hong Kong Donald Tsang sudah minta maaf setelah sejumlah anggota dewan legislatif memrotes komentarnya mengenai pembantaian Tiananmen di tahun 1989. Namun Lee Chuk Yan, anggota dewan legislatif Hong Kong belum puas. Tuturnya, "Ia tidak tampak bersedia menyatakan pandangannya secara publik mengenai pembantaian yang berlangsung 20 tahun lalu itu. Karenanya kami menilai permintaan maafnya tidak jujur, dan bahwa dia tidak memiliki nurani cukup bersih untuk menyatakan sikapnya mengenai pembantaian itu.“

Sebelumnya, dalam acara tanya jawab parlemen, Donald Tsang yang juga disebut CEO atau direktur eksekutif utama Hong Kong, mengatakan bahwa sejak peristiwa Tiananmen 20 tahun lalu, Cina telah melakukan banyak perbaikan di berbagai bidang, khususnya di bidang ekonomi. Pernyataan Tsang ini kontan memicu amarah di antara hadirin, seperti ungkap Lee Chuk Yan: "Meskipun ada perbaikan ekonomi, hal itu tidak dapat digunakan sebagai pembenaran terhadap pembantaian 1989. Kami mengecam keras pernyataan Donald Tsang di mana ia seolah-olah membenarkan pembunuhan para mahasiswa itu demi perkembangan ekonomi.“

Lee Chuk Yan juga mengeluhkan sikap Donald Tsang yang berbicara seolah-olah bagi seluruh rakyat di Hong Kong. Apalagi ketika Tsang yang menempati jabatannya karena ditunjuk oleh sebuah komisi pemilu pro-Beijing, tidak berhenti di situ. Tsang juga mengemukakan harapannya bahwa penduduk Hong Kong dapat mengerti kaitan antara peristiwa Tiananmen dan perkembangan Cina.

Bagai menyiram minyak ke atas api, hal ini mendorong sedikitnya 20 anggota legislatif yang pro-demokrasi untuk serentak meninggalkan ruangan. Dewan legislatif Hong Kong terdiri dari 60 orang. Tiga puluh anggotanya terpilih dan tiga puluh anggota lainnya ditunjuk oleh kelompok-kelompok khusus. Para pelaku walk-out, yang hampir semuanya dipilih oleh rakyat itu menuntut agar Tsang meminta maaf secara publik.

Pembantaian ratusan mahasiswa Cina pada 4 Juni 1989 di lapangan Tiananmen, merupakan tema yang dilarang dibicarakan di Cina. Namun setiap tahunnya, sedikitnya 50 ribu penduduk Hong Kong memperingati peristiwa itu dengan menyalakan lilin dan berjaga sepanjang malam. Tahun ini diperkirakan jumlah pesertanya akan bertambah, melebihi 80 ribu orang. Lee Chuk Yan yang juga memimpin Aliansi Hong Kong Pendukung Demokratisasi Patriotik di Cina mengatakan, "Kami di Hong Kong akan terus memperjuangkan Cina yang demokratis. Menurut saya inilah satu-satunya jalan bagi kami untuk membalas budi para korban Tiananmen.“

Hong Kong kembali ke bawah kekuasaan Cina pada tahun 1997, setelah 156 tahun sebagai koloni Inggris. Kebijakan “satu negara, dua sistem” yang berlaku di Hong Kong menjamin kebebasan bersuara dan berpendapat 7 juta penduduknya.

EK/ZER/dpa/afp/reuters