1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dewan Muslim di Jerman Desak Perlindungan Lebih

21 Februari 2020

Perubahan apa yang harus dilakukan Jerman agar serangan teror mematikan seperti yang terjadi di Hanau tidak terulang lagi di masa mendatang? Berikut wawancara dengan Dewan Pusat Muslim di Jerman.

Hanau Gedenken deutschlandweit / München
Duka di HanauFoto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel

Serangan teror di Hanau, Jerman yang menewaskan warga migran, berlatar belakang aksi rasisme ekstrem sayap kanan. Hari Rabu malam (19/02) Tobias R.,menembak beberapa orang di dua lokasi tempat para warga migran berkumpul di kota itu. Ia juga membunuh ibunya sebelum akhirnya bunuh diri. Di internet dia sempat mengunggah video dan pernyataan penuh kebencian terhadap kaum pendatang. Pemerintah Jerman berjanji bersikap lebih tegas lagi atas ekstremisme sayap. Perubahan apa yang harus dilakukan Jerman agar hal itu tidak terulang lagi di masa mendatang? Berikut wawancara dengan Sekretaris Jenderal Dewan Pusat Muslim di Jerman, Abdassamad El Yazidi, setelah serangan di Hanau. Ia mengunjungi kota itu, sehari setelah insiden terjadi.

DW: Setelah serangan di Hanau, Dewan Pusat Muslim di Jerman (ZMD) meminta umat Islam di Jerman untuk lebih waspada, di antaranya mengambil "langkah-langkah perlindungan mereka sendiri" untuk diri mereka sendiri, keluarga mereka, tempat ibadah dan lembaga mereka. Tindakan protektif apa yang akan diambil Dewan Pusat sendiri dalam waktu dekat? Bagaimana sebaiknya minoritas di Jerman melindungi diri mereka sendiri?

Wawancara dengan Sekjen Dewan Pusat Muslim di Jerman Abdassamad El Yazidi Foto: picture alliance/AA/A. Hosbas

Yazidi: Kami telah berkali-kali menyerukan jawatan keamanan untuk menganalisakembali upaya mereka dalam mengantisipasi risiko di tempat beribadah kaum muslim, mereka harus lebih bisa melindungi masjid-masjid. Ada puluhan ancaman terhadap komunitas masjid-masjid di Jerman. Dua minggu lalu, empat ancaman diterima oleh pihak  keamanan, hingga komunitas terpaksa harus dievakuasi. Sebelumnya, kami telah menawarkan pelatihan, mengundang para ahli yang telah menawarkan pelatihan perlindungan bangunan dan individu, kami sekarang ingin menyelenggarakan konferensi regional untuk melindungi masjid-masjid kami. Rencana itu sudah masuk dalam agenda kerja kami. Kami akan memantau sejauh mana kita bisa melindungi umat kami dengan sumber daya kami sendiri.

Serangan ini terjadi empat hari setelah aksi kekerasan di Berlin yang terjadi di dekat pertunjukan komedi Turki di aula konser Tempodrom yang merenggut nyawa. Mengapa ancaman kekerasan terus meningkat ?

Sebelum terjadi serangan terhadap individu dan serangan fisik, ada serangan verbal yang terjadi di perlemen Jerman atau Bundestag atau di parlemen negara bagian yang diberitakan tanpa disaring oleh berbagai media. Ada kebencian besar terhadap kaum muslim dan terhadap pengungsi di Jerman dan kita tidak bereaksi keras atas serangan verbal ini. Ini cuma persoalan waktu, sebelum serangan tersebut diikuti oleh serangan fisik yang menyebabkan kematian sepuluh orang tak bersalah. Kami selalu mengatakan bahwa serangan seperti yang terjadi di Christchurch juga ditiru di Jerman. Bahwa kaum muslimin tidak lagi merasa aman, sayangnya peringatan kami belum didengar.

Ada banyak dan juga reaksi dari politisi setelah serangan ini. Menurut Anda, apakah reaksi pemerintah, otoritas, dan politisi sudah pada tempatnya?

Reaksi dari presiden, kanselir kami, Angela Merkel, menteri dalam negeri, pemerintah negara bagian Hessen dan lembaga-lembaga lain seperti gereja,  dewan pusat Yahudi dan berbagai lembaga lainnya begitu jelas dan pada tempatnya. Hanya saja tidak cukup dengan pernyataan. Harus ada perubahan di Jerman sekarang ini. Kita tidak bisa lagi berpangku tangan atas serangan terhadap kaum minoritas dan muslim. Kita harus memastikan bahwa mayoritas kaum toleran di Jerman juga terlihat sebagai mayoritas dan sementara itu kaum Neonazi ingin membawa Jerman ke dalam kekacauan di sini. Tindakan kaum Nazi harus ‘dikepung‘oleh mayoritas masyarakat sipil, politik dan media.

Jawatan keamanan dituduh gagal dalam kasus sel teror kelompok teroris sayap kanan NSU. Apakah penanganan radikalisme di Jerman membaik  sejak saat itu? Apakah sebenranya serangan seperti di Hanau ini seharusnya bisa dicegah? Mungkin serangan ini bisa dicegah?

Aksi teror NSU adalah babak hitam dalam sejarah negara kami. Sangat lambat prosesnya dalam menuju situasi yang lebih cerah (baik). Dibutuhkan 'pencerahan' yang sangat jelas agar aksi teror "tidak akan pernah terjadi lagi". Saat ini kami tidak melihat hal itu mungkin, terutama dalam perlindungan konsititusi. Apalagi saat kepimpinan Hans-Georg Maaßen, Badan Federal untuk Perlindungan Konstitusi ini buta atas ancaman teror kanan dan sebaliknya lebih sering mengaitkan kaum muslim dengan ancaman ideologi islamisme. Mereka tidak melihat perbedaan tajam dalam terminologi ini. Musuh yang melawan aturan harus sama-sama dimintai pertanggungjawaban atas kekerasan yang dilakukan mereka dalam melawan  hukum. Apa yang tidak tepat dilakukan jawatan harus dimintai klarifikasi. Itulah persyaratan dasar agar kita dapat membuat perubahan di Jerman.

Setelah sekian kali serangan, para ahli secara eksplisit memperingatkan bahaya akan ekstremis sayap kanan lainnya. Bagaimana peran internet (media sosial) dalam hal ini?

Banyak kaum fasis dan radikal sayap kanan, yang rasis ini, mendapat masukan dan pembenaran di internet. Sekarang ada banyak kejahatan dan serangan rasial terhadap orang-orang kalau kita baca di internet. Hal itu perlu ditangani, dicek secara lebih baik lagi. Tentu saja, internet adalah cara mudah bagi orang-orang ini untuk menyebarkan ideologi mereka. Lewat internet mereka meniru dan berjejaring dengan orang-orang lainnya. Itu benar.

Partai sayap kanan AfD dituduh memicu ketakutan di kalangan penduduk dengan mengangkat isu pengungsi dan orang asing. Apakah kebangkitan partai ini dan cara isu-isu asing tertentu dibahas juga berperan dalam radikalisasi para pembunuh?

Tentu saja AfD memikul tanggung jawab utama atas apa yang terkait dengan aksi radikalisme dan rasisme sayap kanan di Jerman dalam beberapa tahun terakhir, karena membawa ideologi mereka ke parlemen. Banyak orang yang memiliki perspektif sayap kanan radikal dan tadinya tidak berani mengekspresikannya ke publik, kini merasa termotivasi oleh politisi dari AfD atau organisasi PEGIDA dan lainnya untuk menyebarkan ideologi ini dan bertindak dengan lebih percaya diri. Ini juga telah menurunkan ambang hambatan terhadap serangan, terutama terhadap muslim, karena selalu menganggap muslim sebagai orang-orang kelas dua. Mereka telah menyebarkan ideologi ini dalam semua pidatonya dan pekerjaan politiknya. (ap/vlz)

 

Abdassamad El Yazidi lahir tahun 1975 di Langen, Hessen. Dia lulus dari sekolah dasar dan sekolah menengah di Jerman. Sempat 
tinggal selama limat tahun di Maroko, belajar bahasa Arab dan Islamisme. Ia pemimpin masjid Moad ben Jabal di Pfungstadt.
Dari tahun 2010 hingga 2013 ia menjadi ketua Asosiasi Islam Jerman untuk kawasan Rhein. Dia bekerja secara aktif setelah reformasi struktural  Dewan Pusat Muslim di Jerman ZMD dan pada bulan Maret 2014 mendirikan asosiasi ZMD pertama di Hessen. Sejak tanggal 8 Mei 2016, ia  terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pusat Muslim, ZMD. El Yazidi terlibat dalam dialog antaragama dan mengorganisir perjalanan studi ke Maroko dengan melibatkan kaum Yahudi, Kristen, dan Muslim pada bulan April 2015. El Yazidi juga merupakan koordinator proyek "Kualifikasi Budaya Antar Imam" dari Goethe Institute.